Jakarta, ICMES. Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang Bandara Ben Gurion di bagian tengah Palestina pendudukan dengan rudal balistik hipersonik dan tiga “target sensitif” lain di kota Tel Aviv, Ashkelon, dan Eilat dengan pesawat nirawak.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Israel telah menyetujui persyaratan untuk gencatan senjata selama 60 hari di Gaza, dan memperingatkan Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut sebelum kondisi memburuk.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memastikan teknologi dan sains yang dibutuhkan untuk pengayaan uranium tidak dapat dihancurkan dengan pengeboman.
Berita selengkapnya:
Pasukan Yaman Serang Bandara Ben Gurion dan Tiga Tempat Lain di Palestina Pendudukan
Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang Bandara Ben Gurion di bagian tengah Palestina pendudukan dengan rudal balistik hipersonik dan tiga “target sensitif” lain di kota Tel Aviv, Ashkelon, dan Eilat dengan pesawat nirawak.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigjen Yahya Saree, saat mengumumkan serangan itu dalam siaran televisi pada Selasa malam (1/7) mengatakan bahwa pasukan Yaman “melaksanakan empat operasi militer hari ini, satu di antaranya menyasar Bandara Lod (Bandara Ben Gurion) di wilayah pendudukan Jaffa (Tel Aviv) dengan rudal balistik hipersonik Palestine 2.”
Dia menambahkan , “Operasi lainnya menargetkan tiga target sensitif musuh, Zionis, di wilayah Jaffa, Ashkelon, dan Umm al-Rashrash (Eilat) di wilayah Palestina pendudukan dengan tiga pesawat nirawak.”
Sebelumnya di hari yang sama, militer Israel mengaku telah mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman dan memicu sirene serangan udara di beberapa daerah.
Militer Israel tidak melaporkan adanya pendeteksian atau pencegatan pesawat nirawak yang datang dari Yaman.
Para aktivis menyiarkan rekaman video suasana ketakutan dan kepanikan di antara para pemukim, serta rekaman lain yang terdokumentasi tentang rudal Yaman yang melintasi wilayah udara Palestina yang diduduki.
Dilaporkan bahwa ledakan-ledakan dahsyat terdengar di berbagai kota di Tepi Barat, dan wilayah udara segera ditutup sementara, bersama dengan penutupan Bandara Ben Gurion, setelah peluncuran rudal dari Yaman.
Pasukan Yaman menegaskan pihaknya akan terus menyerang Israel hingga Israel mengakhiri perang genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, yang telah berlangsung selama lebih dari 20 bulan.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan perang genosida di Gaza, termasuk pembunuhan, pelaparan, penghancuran, dan pemindahan paksa. Israel dalam hal ini mengabaikan semua seruan internasional dan perintah dari Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.
Genosida yang didukung AS tersebut telah menjatuhkan korban jiwa dan luka sekira 191.000 orang Palestina, yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan wanita, dan menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang. Selain itu, ratusan ribu orang Palestina terpaksa mengungsi, dan kelaparan telah merenggut banyak nyawa, termasuk puluhan anak-anak. (raialyoum)
Trump Umumkan Keputusan Penting Mengenai Perang di Gaza
Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (1/7) mengatakan bahwa Israel telah menyetujui persyaratan untuk gencatan senjata selama 60 hari di Gaza, dan memperingatkan Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut sebelum kondisi memburuk.
Trump mengumumkan perkembangan tersebut saat ia bersiap untuk menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk berunding di Gedung Putih pada hari Senin. Pemimpin AS tersebut telah meningkatkan tekanan pada pemerintah Israel dan Hamas untuk menjadi perantara gencatan senjata dan perjanjian mengenai tawanan serta mengakhiri perang di Gaza.
“Perwakilan saya mengadakan pertemuan yang panjang dan produktif dengan Israel hari ini di Gaza. Israel telah menyetujui persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan GENCATAN SENJATA 60 Hari, di mana kami akan bekerja dengan semua pihak untuk mengakhiri Perang,” tulis Trump di Social Truth, sembari menyebutkan bahwa Qatar dan Mesir akan menyampaikan proposal akhir.
“Saya berharap, demi kebaikan Timur Tengah, Hamas menerima Kesepakatan ini, karena ini tidak akan menjadi lebih baik — INI HANYA AKAN MENJADI LEBIH BURUK,” sambungnya.
Janji Trump bahwa tawaran itu adalah yang terbaik dan terakhir mungkin akan mendapat tanggapan skeptis dari Hamas. Bahkan sebelum berakhirnya gencatan senjata terlama dalam perang tersebut pada bulan Maret, Trump telah berulang kali mengeluarkan ultimatum dramatis untuk menekan Hamas agar menyetujui jeda yang lebih lama dalam pertempuran yang akan mengakibatkan pembebasan lebih banyak sandera dan pengembalian lebih banyak bantuan kepada penduduk sipil Gaza.
Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer berada di Washington pada hari Selasa untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat senior pemerintahan guna membahas potensi gencatan senjata Gaza, Iran, dan masalah lainnya. Dermer diperkirakan akan bertemu dengan Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan utusan khusus Steve Witkoff.
Sebelumnya pada hari Selasa, Trump mengulangi harapannya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas minggu depan.
Ketika ditanya apakah sudah waktunya untuk menekan Netanyahu agar mencapai kesepakatan gencatan senjata, Trump mengatakan perdana menteri Israel siap untuk mencapai kesepakatan.
“Dia ingin. Saya pikir kita akan mencapai kesepakatan minggu depan,” kata Trump tentang Netanyahu dalam percakapan dengan wartawan saat mengunjungi fasilitas penahanan imigrasi baru di Florida.
Pembicaraan antara Israel dan Hamas telah berulang kali tersendat karena satu hal yang menjadi pokok perdebatan — apakah perang harus diakhiri sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata. Sekitar 50 orang Israel masih ditawan di Gaza, dengan kurang dari setengahnya diyakini masih hidup.
Perkembangan itu terjadi setelah lebih dari 150 lembaga amal dan kelompok kemanusiaan internasional menyerukan pembubaran sistem kontroversial yang didukung Israel dan AS untuk distribusi bantuan di Gaza karena kacau dan sarat kekerasan yang mematikan terhadap warga Palestina yang mencari makanan. (raialyoum/cnbc)
Menlu Iran Pastikan Teknologi Nuklir Negaranya Tak Bisa Dimusnahkan dengan Pemboman
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memastikan teknologi dan sains yang dibutuhkan untuk pengayaan uranium tidak dapat dihancurkan dengan pengeboman.
Araghchi mengatakan demikian dalam wawancara dengan CBS News sembari menanggapi pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai kemungkinan negosiasi AS dengan Iran dilanjutkan minggu ini.
“Saya tidak berpikir negosiasi akan dilanjutkan secepat ini,” ujar Araghchi.
Dia menjelaskan, “Agar kami memutuskan untuk kembali berunding, pertama-tama kami harus memastikan bahwa AS tidak akan menyerang kami dengan serangan militer lagi selama negosiasi.”
Dia menambahkan, “Saya yakin, dengan semua pertimbangan ini, kami masih membutuhkan lebih banyak waktu, tapi pintu diplomasi tidak akan pernah tertutup.”
Menanggapi klaim AS mengenai “penghancuran” fasilitas nuklir Iran, Araghchi mengatakan, “Teknologi dan sains pengayaan uranium tidak dapat dihancurkan dengan pengeboman. Jika kami memiliki kemauan—dan kemauan ini ada—untuk memajukan industri ini lagi, kami akan dapat dengan cepat mengganti kerugian dan waktu yang hilang.”
Ketika ditanya apakah Iran bermaksud melanjutkan pengayaan uranium, Araghchi menekankan bahwa program nuklir damai Iran telah menjadi masalah kebanggaan dan martabat nasional di mana rakyat Iran tidak akan dengan mudah meninggalkan pengayaan itu.
“Kami telah membuktikan bahwa kami mampu mempertahankan diri selama perang yang dipaksakan kepada kami selama 12 hari ini, dan kami akan terus mempertahankan diri jika kami menjadi sasaran agresi apa pun,”pungkasnya. (presstv)