Rangkuman Berita Utama Rabu 19 Maret 2025

Jakarta, ICMES. Pasukan Zionis Israel mengamuk dan menewaskan sedikitnya 412 warga Palestina, sebagian besarnya anak-anak dan kaum wanita, di seluruh wilayah Jalur Gaza dalam aksi pelanggaran besar-besaran terhadap perjanjian gencatan senjata.

Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah mengaku bertanggung jawab atas serangan ketiga kalinya terhadap kapal induk AS di Laut Merah dalam jangka waktu 48 jam pada Selasa pagi (18/3), sebagai tanggapan atas serangan AS di Yaman, yang telah memicu gelombang unjuk rasa rakyat Yaman.

Israel bersiap menghadapi kemungkinan serangan roket baru dari Gaza dan Yaman, menyusul runtuhnya gencatan senjata dan dimulainya kembali perang pemusnahan di Jalur Palestina.

Berita selengkapnya:

Inna Lillahi, Korban Gugur Akibat Serangan Masif Israel di Gaza Capai 400-an Orang

Pasukan Zionis Israel mengamuk dan menewaskan sedikitnya 412 warga Palestina, sebagian besarnya anak-anak dan kaum wanita, di seluruh wilayah Jalur Gaza dalam aksi pelanggaran besar-besaran terhadap perjanjian gencatan senjata.

Korban gugur antara lain sedikitnya 77 orang di Khan Younis di Gaza selatan dan sedikitnya 20 orang di Kota Gaza di utara. Setidaknya 500 warga Palestina lainnya juga terluka selama aksi pembantaian itu, menurut kantor berita Palestina Sama melaporkan pada hari Selasa (18/3).

Disebutkan bahwa serangan itu tidak menyisakan satu bagian pun dari wilayah pesisir yang telah dilanda perang, dan menyasar bangunan tempat tinggal, sekolah, dan pusat pengungsian.

Al Jazeera melaporkan bahwa ledakan terdengar di seluruh wilayah timur laut Gaza di mana pesawat pengintai dan jet tempur Israel melakukan penerbangan ekstensif.

Gencatan senjata mulai berlaku pada bulan Januari dengan harapan dapat mengakhiri perang genosida yang telah berlangsung selama 15 bulan lebih terhadap Gaza yang dimulai setelah Hamas dan kelompok perlawanan lainnya dari wilayah Palestina melancarkan operasi bersejarah di wilayah Palestina pendudukan.

Dalam operasi tersebut, para pejuang Palestina memasuki wilayah tersebut, mengepung pangkalan-pangkalan strategis Israel dan menawan 240 Zionis, termasuk beberapa warga Amerika-Israel.

Sejak dimulainya kesepakatan gencatan senjata, rezim tersebut secara rutin melanggarnya serta memblokir masuknya barang-barang bantuan vital ke Gaza, termasuk bahan makanan, obat-obatan, dan air, dalam upaya untuk menekan Hamas agar membebaskan para tawanan, yang masih ditawan kelompok tersebut, dalam satu gelombang.

Hamas telah membebaskan 25 tawanan hidup dan jenazah delapan orang lainnya dengan imbalan lebih dari 2.000 tahanan Palestina selama pelaksanaan fase pertama kesepakatan tersebut. Hamas mengecam upaya Tel Aviv dalam menyabotase perjanjian tersebut, dan menekankan bahwa pembebasan tawanan yang tersisa bergantung pada pelaksanaan tahap kedua.

Sebelumnya, surat kabar  Israel Ma’ariv mengutip keterangan sumbernya bahwa Tel Aviv telah menolak proposal untuk, apa yang disebutnya, “pembebasan selektif” para tawanan Amerika.

Sumber itu  mengatakan rezim telah memberi tahu AS bahwa upaya diplomatik untuk memungkinkan pembebasan tawanan yang tersisa telah berakhir. Mereka juga mengatakan apa yang disebut “kabinet keamanan” rezim telah mengizinkan perdana menterinya Benjamin Netanyahu dan menteri urusan militer Israel Katz untuk menentukan waktu dimulainya kembali genosida.

Kantor Netanyahu mengklaim Hamas menolak proposal Washington untuk perpanjangan gencatan senjata.

Hamas  sendiri terus-menerus terlibat dengan mediator Qatar dan Mesir untuk mempertahankan gencatan senjata, meskipun ada upaya Israel yang mengganggu.

Lebih dari 48.000 warga Palestina, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, gugur selama genosida tersebut, di samping ratusan lainnya yang terbunuh akibat pelanggaran Israel terhadap kesepakatan tersebut.

Gedung Putih mengatakan Israel berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebelum melancarkan serangan mendadak di Gaza.

“Pemerintahan Trump dan Gedung Putih telah diajak berkonsultasi oleh Israel mengenai serangan mereka di Gaza malam ini,” kata Sekretaris Pers Karoline Leavitt. (presstv/aljazeera)

Yaman Kembali Serang Kapal Induk AS, dan Nyatakan Siap Jalani Pertempuran Panjang

Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah mengaku bertanggung jawab atas serangan ketiga kalinya terhadap kapal induk AS di Laut Merah dalam jangka waktu 48 jam pada Selasa pagi (18/3), sebagai tanggapan atas serangan AS di Yaman, yang telah memicu gelombang unjuk rasa rakyat Yaman.

Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigjen Yahya Saree,  menyatakan bahwa “sebagai tanggapan atas agresi brutal AS yang terus berkelanjutan terhadap negara kami,” pasukan Yaman telah menyerang “kapal induk AS USS Harry Truman di Laut Merah utara dengan dua rudal jelajah dan dua pesawat nirawak, dan sebuah kapal perusak AS dengan rudal jelajah dan empat pesawat nirawak.”

Pengumuman itu dinyatakan setelah media tersiar laporan bahwa AS melancarkan serangan udara baru di Yaman pada Senin malam.

Sebelumnya, gelombang unjuk rasa akbar anti-AS dan Israel melanda di wilayah Yaman, khususnya di ibu kota, Sanaa, di mana massa mengutuk serangan AS yang dimulai pada Sabtu dan menggugurkan puluhan orang.

Para pengunjuk rasa mengangkat spanduk kecaman serta bendera Yaman dan Palestina, bendera Hizbullah Lebanon, dan foto mantan pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah, yang dibunuh oleh Israel pada bulan September. Demonstran lainnya membawa mushaf Al-Quran dan senjata, menurut siaran langsung di saluran TV Al Masirah yang berafiliasi dengan Ansarullah.

Menteri Pertahanan Yaman Mayjen Mohammed Nasser al-Atifi menjanjikan kesiapan tempur penuh negara ini untuk meladeni provokasi dan agresi musuh, dan memperingatkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman akan terlibat dalam konfrontasi maritim yang berlarut-larut dengan musuh.

Al-Atifi menyatakan demikian saat ketegangan meningkat antara Yaman dan AS setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara mematikan di Yaman pada Minggu malam.

Serangan tersebut dilancarkan beberapa jam setelah gerakan perlawanan Ansarullah memperingatkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman akan menargetkan kapal induk Amerika, dan kapal perang di wilayah tersebut.

Yaman menegaskan bahwa negara ini akan melanjutkan operasi pro-Palestina terhadap target-target sensitif dan strategis di seluruh wilayah pendudukan dan kapal-kapal Israel yang melintasi jalur air utama.

“Yaman telah mengeluarkan peringatan publik bahwa Yaman tak dapat dipaksa untuk tetap diam terhadap agresi Zionis dalam kebrutalan, kelaparan, dan pengepungan terhadap warga Palestina di Gaza, dan bahwa Yaman akan menghadapi blokade dengan blokade dan eskalasi dengan eskalasi,” tegas Atifi. (raialyoum/presstv)

Gencatan Senjata Runtuh, Israel Bersiap Menghadapi Rudal Yaman dan Gaza

Israel bersiap menghadapi kemungkinan serangan roket baru dari Gaza dan Yaman, menyusul runtuhnya gencatan senjata dan dimulainya kembali perang pemusnahan di Jalur Palestina.

Lembaga Penyiaran Resmi Israel menyatakan; “Israel sedang bersiap untuk meluncurkan roket dari Yaman dan Jalur Gaza setelah dimulainya kembali pertempuran dan runtuhnya gencatan senjata.”

Meskipun otoritas Israel tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang sifat persiapan, persiapan biasanya melibatkan pengerahan sistem pertahanan rudal.

Lembaga itu juga mencatat pembukaan tempat penampungan di kota Herzliya, Rishon LeZion, Petah Tikva, dan Rehovot, semuanya di Israel tengah.

Dalam “solidaritas dengan Gaza” dalam menghadapi genosida Israel, Angkatan Bersenjata Yaman mulai menyerang kapal kargo milik Israel atau yang terkait dengannya di Laut Merah atau di mana pun yang dapat dijangkau oleh rudal dan drone pada bulan November 2023. (raialyoum)