Jakarta, ICMES. Global Sumud Flotilla (GSF), armada aktivis yang sedang melakukan pelayaran untuk misi pendobrakan blokade Israel terhadap Jalur Gaza, menuding Italia malah berusaha menggagalkan misi tersebut.

Gerakan Ansarullah Yaman mengumumkan niatnya untuk menyerang kapal perusahaan-perusahaan raksasa minyak AS, termasuk ExxonMobil dan Chevron.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku telah bersepakat dengan Presiden AS Donald Trump mengenai beberapa syarat dalam rencana 21 poin yang akan menguntungkan Israel, termasuk mekanisme pelucutan senjata Hamas dan tidak dilibatkannya Otoritas Palestina dalam pengelolaan Gaza.
Berita selengkapnya:
GSF Tuding Italia Berusaha Gagalkan Misi Dobrak Blokade Gaza
Global Sumud Flotilla (GSF), armada aktivis yang sedang melakukan pelayaran untuk misi pendobrakan blokade Israel terhadap Jalur Gaza, menuding Italia malah berusaha menggagalkan misi tersebut.
“Kementerian Luar Negeri Italia memberi tahu kami bahwa fregat yang mengawal armada akan meminta para peserta untuk kembali… Apa yang dilakukan Italia bukanlah perlindungan, melainkan sabotase dan upaya untuk menggagalkan misi,” ungkap GSF dalam sebuah pernyataan singkat pada Selasa malam (30/9).
GSF menyebut Italia malah bertindak sebagai alat bagi Israel, alih-alih melindungi para relawan. GSF menegaskan bahwa para peserta sepenuhnya menyadari bahaya misi mereka, namun tidak akan mundur dari upaya mematahkan blokade.
Kementerian Pertahanan Italia mengumumkan bahwa fregat yang dikirimnya untuk mengawal GSF untuk Pendobrakan Blokade Jalur Gaza akan mundur ketika armada mencapai jarak 150 mil laut (278 kilometer) dari pantai.”
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni pada hari Selasa mengatakan bahwa armada kemanusiaan GSF yang bergerak menuju Gaza harus dihentikan agar kesepakatan dapat dicapai antara kedua pihak yang berkonflik di Jalur Gaza yang hancur.
Dalam sebuah pernyataan, Meloni mengatakan, “Rencana perdamaian Timur Tengah yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump menawarkan harapan bagi tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri perang dan penderitaan penduduk sipil Palestina serta membangun stabilitas di kawasan tersebut.”
Dia menambahkan, “Harapan ini bertumpu pada keseimbangan rapuh yang dengan senang hati akan dirusak oleh banyak orang.”
Meloni, yang secara ideologis cukup dekat dengan Donald Trump, menambahkan, “Saya sangat kuatir upaya GSF untuk mematahkan blokade laut Israel (di Gaza) akan digunakan sebagai dalih.”
Dia juga mengatakan, “Karena alasan ini, saya yakin armada itu harus berhenti sekarang dan menerima salah satu dari sekian banyak proposal yang diajukan untuk penyaluran bantuan dengan aman.”
Meloni menyimpulkan, “Pilihan lain apa pun dapat menjadi dalih untuk mencegah perdamaian, memicu konflik, dan selanjutnya merugikan rakyat Gaza, yang seharusnya menjadi sasaran bantuan.”
Pada hari Senin, Trump mempresentasikan rencana untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan puluhan ribu orang di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Beberapa armada bergabung dengan GSF utama, yang berlayar dari Barcelona, Spanyol, untuk menerobos blokade laut Israel dan mengirimkan bantuan kepada warga sipil Palestina.
GSF diperkirakan akan mencapai zona terlarang Israel, sekitar 240 kilometer dari pantai, pada malam hari.
Armada tersebut terdiri dari lebih dari 50 kapal dan ratusan aktivis dari sekitar 45 negara, termasuk 54 warga negara Prancis dan 15 warga negara Belgia, serta para dokter dan tokoh terkemuka.
Armada itu berangkat secara berkelompok sejak akhir bulan lalu dari pelabuhan Barcelona, Spanyol, dan Genoa, Italia, dan kemudian bergabung dengan kapal-kapal dari negara lain. Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah kapal diserang oleh pesawat nirawak Israel.
Pasukan Israel belakangan mengancam akan mencegah armada memasuki apa yang mereka sebut “zona tempur”, dan menegaskan niat mereka untuk menegakkan blokade dengan kekerasan. Sementara itu, lebih dari 140 artis, penulis, dan jurnalis di Prancis dan Belgia mendesak pemerintah mereka untuk memberikan perlindungan diplomatik bagi para peserta. (ry/afp)
Pasukan Yaman Umumkan akan Kembali Menyerang Kapal AS
Gerakan Ansarullah Yaman mengumumkan niatnya untuk menyerang kapal perusahaan-perusahaan raksasa minyak AS, termasuk ExxonMobil dan Chevron.
Pusat Koordinasi Kemanusiaan di Sanaa, yang berafiliasi dengan pasukan Ansarullah, pada hari Selasa (30/9), menyatakan pihaknya telah mencantumkan 13 perusahaan AS, sembilan individu, dan dua kapal dalam daftar sanksi kelompok tersebut, menurut TV Al Masirah.
Pusat tersebut, yang bekerja sebagai penghubung antara pasukan kelompok tersebut dan perusahaan pelayaran komersial, menjelaskan di situs webnya bahwa entitas-entitas yang terdaftar “akan ditangani sesuai dengan prinsip konfrontasi,” yang menunjukkan bahwa mereka dianggap sebagai entitas yang bermusuhan dan terancam diserang.
Daftar tersebut juga mencakup ConocoPhillips dan Diamond S Shipping.
Pasukan Yaman kubu Ansarullah, selain menyerang Israel dan kapal-kapal yang terkait dengannya, juga menyerang kapal-kapal AS dan Inggris di Laut Merah sejak November 2023, sebagai tanggapan atas perang Israel di Jalur Gaza.
Sejak Tel Aviv melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza pada 18 Maret, pasukan Yaman telah mengintensifkan serangannya terhadap Israel dan kapal-kapal yang terkait dengannya, serta terhadap AS dan Inggris.
Hal ini mendorong pasukan AS untuk melancarkan ratusan serangan udara terhadap Yaman. Ansarullah dan AS mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 6 Mei. Namun, Ansarullah menegaskan bahwa “perjanjian tersebut tidak mencakup operasi melawan Israel.” (almasirah)
Netanyahu Ungkap Detail Kesepakatan dengan Trump Soal Gaza
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku telah bersepakat dengan Presiden AS Donald Trump mengenai beberapa syarat dalam rencana 21 poin yang akan menguntungkan Israel, termasuk mekanisme pelucutan senjata Hamas dan tidak dilibatkannya Otoritas Palestina dalam pengelolaan Gaza.
Dia mengatakan, “Israel akan menjadi pihak yang melucuti senjata Hamas dan menyingkirkan senjata dari Jalur Gaza, di bawah rencana Trump, jika Dewan Perdamaian yang diumumkan Trump gagal menjalankan misinya.”
Dia menambahkan, “Jika para pihak terkait tidak melaksanakan langkah-langkah perlucutan senjata Jalur Gaza dan Hamas, kami akan melakukannya. Ini telah disepakati antara saya dan Trump. Kesepakatan itu berjalan lebih baik dari yang Anda bayangkan.”
Dia juga mengatakan, “Trump memberi mereka batas waktu 3-4 hari. Saya akan membahas hal ini dengan para pemimpin partai, dan ada peluang yang sangat besar di sini…Ini akan berakhir baik atau buruk, atau keduanya.”
Menanggapi kritik terhadap potensi kendali Otoritas Palestina di Jalur Gaza di masa mendatang, Netanyahu mengatakan, “Ada formulasi yang keliru mengenai negara Palestina. Otoritas Palestina berada di luarnya, bahkan Dewan Perdamaian pun tidak menunjuk perwakilannya.”
Dia menambahkan, “Israel dan AS-lah yang menentukan apakah otoritas itu akan memenuhi persyaratan, dan ada banyak sekali persyaratan.” (ry)









