Rangkuman Berita Utama Kamis 6 Februari 2025

Jakarta, ICMES. Berbagai negara Arab ramai-ramai menentang keinginan Presiden AS Donald Trump untuk “mengambil alih” Jalur Gaza.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian menanggapi pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai “kebijakan tekanan maksimum” terhadap Teheran, dan mengatakan bahwa AS keliru dalam memperhitungkan Iran.

Iran telah memamerkan sistem pertahanan udara canggih Bavar-373 buatannya yang ditingkatkan serta  menunjukkan integrasi efektifnya dengan S-300 dalam menghancurkan target.

Berita selengkapnya:

Negara-Negara Arab Ramai-Ramai Tolak Keinginan Trump untuk “Ambil Alih” Jalur Gaza

Berbagai negara Arab ramai-ramai menentang keinginan Presiden AS Donald Trump untuk “mengambil alih” Jalur Gaza.

Arab Saudi bereaksi cepat dengan menegaskan kembali bahwa tidak akan ada kesepakatan normalisasi dengan Israel sampai Palestina menerima negara merdeka mereka sendiri.

“Pembentukan negara Palestina adalah pendirian yang tegas dan tidak tergoyahkan,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataan panjang di platform X, Rabu (5/2).

Kementerian itu menjelaskan; “Yang Mulia (Putra Mahkota dan Perdana Menteri Mohammed bin Salman) telah menegaskan pendirian ini dengan cara yang jelas dan eksplisit yang tidak memungkinkan adanya interpretasi apa pun dalam keadaan apa pun.

“Yang Mulia menekankan Kerajaan Arab Saudi tidak akan menghentikan kerja kerasnya yang tak kenal lelah untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Quds (Yerusalem Timur) sebagai ibu kotanya, dan Kerajaan (Saudi) tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa itu.”

Trump pada hari Selasa mengatakan bahwa AS akan mengambil alih Jalur Gaza setelah warga Palestina dimukimkan kembali di tempat lain dan mengembangkannya secara ekonomi menjadi “Riviera Timur Tengah”. Dia berkata demikian pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung ke AS.

Menanggapi pernyataan itu pula, Pengadilan Kerajaan Yordania menyatakan, “Yang Mulia Raja Abdullah II menekankan perlunya menghentikan perluasan permukiman (Israel), dan menyatakan penolakan terhadap segala upaya pencaplokan tanah dan penggusuran warga Palestina.”

Seorang pejabat Qatar mengatakan masih terlalu dini untuk membahas siapa yang akan mengendalikan Gaza dengan gencatan senjata yang rapuh antara Hamas dan Israel yang masih dalam tahap awal.

“Kami tahu ada banyak trauma di pihak Palestina terkait pengungsian. Namun, sekali lagi, masih terlalu dini untuk membicarakan hal ini, karena kami tidak tahu bagaimana perang ini akan berakhir,” kata Majed al-Ansari.

Qatar adalah mediator utama dalam gencatan senjata Gaza yang goyah, dan yang seharusnya segera memasuki fase kedua. Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani akan bertemu utusan Timur Tengah Trump, Steve Witkoff, di Florida pada hari Kamis untuk membahas langkah selanjutnya.

Penolakan terhadap pernyataan Trump juga dinyatakan oleh Kerajaan Oman. Kementerian Luar Negeri Oman menegaskan, “Segala rencana yang bertujuan untuk memindahkan warga Palestina dari tanah mereka merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan resolusi legitimasi internasional, serta merupakan ancaman terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan.”

Senada dengan ini, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) menekankan “pentingnya menghindari segala hal yang dapat menyebabkan meluasnya konflik di kawasan.”

“Prioritas sekarang, setelah gencatan senjata di Jalur Gaza, adalah mengakhiri ekstremisme, ketegangan dan kekerasan, melindungi kehidupan seluruh warga sipil dan mengirimkan bantuan kemanusiaan dengan segera, aman dan berkelanjutan ke Jalur Gaza,” ungkap kementerian itu.

Penolakan terhadap pernyataan Trump bahkan juga dinyatakan oleh Jerman dan Prancis. (aljazeera/raialyoum)

Tanggapi Trump, Presiden Iran: AS Keliru dalam Memperhitungkan Iran

Presiden Iran Masoud Pezeshkian menanggapi pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai “kebijakan tekanan maksimum” terhadap Teheran, dan mengatakan bahwa AS keliru dalam memperhitungkan Iran.

“AS berpikir bahwa segala sesuatu yang kita lakukan bergantung pada minyak dan mereka ingin menghentikan ekspor minyak kita, sementara ada banyak cara untuk menetralisir tujuan mereka, yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan masalah kita, berinteraksi dengan tetangga kita, dan menyediakan lingkungan yang tepat untuk kehidupan yang layak bagi rakyat negara kita,” ujar  Pezeshkian, Rabu (5/2).

“Anda harus terus menempuh jalan ini hingga kita mencapai titik yang menjamin martabat dan kebanggaan rakyat dan negara, serta apa yang pantas bagi kita,” lanjutnya.

Dia menjelaskan, “Amerika mengatakan akan mengenakan sanksi terhadap Iran, sementara jika kita mengelola aset kita dengan baik dan memiliki hubungan baik dengan negara-negara tetangga, bagaimana mungkin begitu mudah mengenakan sanksi terhadap negara yang memiliki kekuatan seperti ini dan hubungan yang telah lama terjalin dengan negara-negara tetangganya?”

Pada Selasa malam, Trump menandatangani memorandum presiden tentang Iran, yang bertujuan menghidupkan kembali apa yang disebut kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, dan memungkinkan penerapan tindakan ekonomi, politik, dan militer terhadap Iran.

“Semoga saja kita tidak perlu menggunakan memorandum itu, dan kita lihat apakah kita bisa membuat kesepakatan dengan Iran,” kata Trump.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengomentari pernyataan dan ancaman Trump terhadap Iran itu dengan mengatakan kepada wartawan,”Pengalaman kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran telah gagal, dan pengulangan upaya demikian juga akan gagal.”

Dia menambahkan, “Jika isu utamanya adalah Iran tidak mencari senjata nuklir  maka ini bisa dicapai. Iran adalah anggota berkomitmen dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, dan pendiriannya dalam hal ini cukup jelas, dan ada juga fatwa yang dikeluarkan oleh Pemimpin Revolusi Islam yang menjelaskan kewajiban setiap orang dalam hal ini.” (alalam)

Iran Pamerkan Sistem Pertahanan Udara Bavar 373 yang Telah Ditingkatkan

Iran telah memamerkan sistem pertahanan udara canggih Bavar-373 buatannya yang ditingkatkan serta  menunjukkan integrasi efektifnya dengan S-300 dalam menghancurkan target.

Pada hari terakhir fase kedua latihan pertahanan udara  Eqtedar 1403  berskala besar pada hari Rabu (5/2), Angkatan Bersenjata Iran mengaktifkan Bavar-373 Generasi Kedua untuk menyerang pesawat musuh buatan yang menyerang area latihan di Gurun Kavir, dan berhasil menghancurkan target musuh pada ketinggian optimal.

Peluncur Bavar-373, yang pada versi awal tidak memiliki radar dan mengandalkan radar pusat untuk pelacakan dan penghancuran target, kini dapat beroperasi secara independen.

Lebih jauh, Bavar-373 yang dikembangkan Iran dan S-300 buatan Rusia diintegrasikan ke dalam jaringan pertahanan udara nasional untuk pertama kalinya, beroperasi secara bersamaan selama latihan perang.

Keberhasilan pengoperasian S-300 dalam manuver tersebut praktis juga menepis klaim Israel bahwa semua sistem pertahanan rudal S-300 di Iran telah dihancurkan dalam serangan udara Israel terhadap Iran pada Oktober 2024.

Sehari sebelumnya, Angkatan Bersenjata Iran juga berhasil menguji sistem pertahanan rudal Majid yang dikembangkan secara lokal.

Dipelopori oleh Angkatan Pertahanan Udara Angkatan Darat, latihan perang skala besar tersebut ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Republik Islam. Latihan tersebut berlangsung di wilayah-wilayah utama, termasuk zona pertahanan udara di wilayah barat dan utara negara tersebut.

Dalam beberapa minggu terakhir, Iran juga telah meluncurkan pangkalan rudal bawah tanah baru yang berisi sejumlah rudal balistik dan jelajah, pangkalan angkatan laut bawah tanah baru yang menampung speedboat yang membawa rudal antikapal, bersama dengan serangkaian senjata lainnya, termasuk model rudal balistik baru yang mampu mencapai Israel. (presstv)