Jakarta, ICMES. Universitas Al-Azhar Al-Sharif mengumumkan alasan mengapa pihaknya menarik pernyataan dan seruannya mengenai situasi di Jalur Gaza.

Koresponden Al-Mayadeen di Jalur Gaza melaporkan pada hari Rabu (23/7) bahwa lebih dari 70 orang, termasuk banyak pencari bantuan, gugur akibat tembakan tentara Israel sejak dini hari.
Sebuah helikopter Angkatan Laut Iran telah mencegat kapal perusak AS USS Fitzgerald di Laut Oman, mengeluarkan sinyal peringatan hingga memaksa kapal tersebut mengubah arahnya ke selatan.
Berita selengkapnya:
Al-Azhar Cabut Seruannya tentang Gaza, Ini Alasannya
Universitas Al-Azhar Al-Sharif pada hari Rabu (23/7) mengumumkan alasan mengapa pihaknya menarik pernyataan dan seruannya mengenai situasi di Jalur Gaza.
Al-Azhar mengumumkan alasan itu setelah menarik pernyataan Imam Besarnya, Syeikh Ahmad al-Tayeb, beberapa menit setelah diunggah di akun media sosialnya pada Selasa malam (22/7).
Pernyataan tersebut berisi seruan penyelamatan warga Palestina di Jalur Gaza dari kelaparan mematikan, dan desakan kepada masyarakat dunia agar segera mengambil tindakan guna menghentikan genosida yang telah berlangsung selama hampir 22 bulan.
Pusat Media Al-Azhar menyebutkan pihaknya telah menyimak berbagai komentar yang muncul di media sosial terkait pernyataan mengenai situasi di Gaza tersebut.
Al-Azhar menjelaskan pihaknya “berinisiatif menarik pernyataannya dengan keberanian dan tanggung jawab di hadapan Allah ketika menyadari bahwa pernyataan tersebut dapat memengaruhi negosiasi yang sedang berlangsung mengenai gencatan senjata kemanusiaan di Gaza demi menyelamatkan orang-orang tak berdosa, dan untuk mencegah pernyataan ini digunakan sebagai dalih untuk mundur dari negosiasi atau tawar menawar di dalamnya.”
Al-Azhar menambahkan bahwa keputusan untuk menarik pernyataan tersebut “didasarkan pada tanggung jawab Al-Azhar di hadapan Allah SWT terkait isu-isu umat Arab dan Islam kita, terutama adalah perjuangan Palestina dan dukungan bagi penduduk Gaza yang tertindas.”
Al-Azhar menekankan bahwa pihaknya “mengutamakan kepentingan penghentian pertumpahan darah yang berlangsung setiap hari di Gaza, dan berharap negosiasi akan mengarah pada penghentian segera pertumpahan darah dan penyediaan kebutuhan hidup paling mendasar, yang telah dirampas dari rakyat tertindas Palestina.”
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Selasa dan kemudian telah ditarik, Imam Besar Al-Azhar menyatakan, “Kami menyampaikan seruan duka dan permohonan duka cita kami untuk menyerukan kepada hati nurani yang hidup dari orang-orang merdeka, berakal sehat serta para bijakawan di dunia untuk menyelamatkan penduduk Gaza dari kelaparan yang ditimbulkan oleh rezim pendudukan (Isael) dengan kekuatan dan kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam sebuah pemandangan yang tiada bandingannya dalam sejarah.”
Syeikh Ahmad al-Tayeb menegaskan, “Rezim pendudukan sengaja melaparkan penduduk Gaza -yang sedang mencari sepotong roti atau seteguk air- dan menembaki tempat penampungan pengungsian dan pusat distribusi bantuan.”
Dia juga menegaskan, “Orang yang mendukung entitas Israel dengan senjata atau mendorongnya dengan keputusan atau pernyataan munafik maka dia adalah mitra dalam genosida ini.”
Syeikh al-Tayeb menambahkan, “Kepada Allah kami berlepas diri dari kebungkaman global yang mencurigakan ini dan dari ketidak becusan khalayak internasional dalam mendukung rakyat yang tak berdaya ini. Kami juga menolak seruan apa pun untuk menggusur rakyat Gaza, dan kami lemparkan tanggungjawab kepada siapa pun yang menerima atau berpartisipasi dalam kejahatan ini.” (raialyoum)
70-an Orang Gugur Ditembak Pasukan Zionis di Gaza, dan 25 Anak Gugur Kelaparan
Koresponden Al-Mayadeen di Jalur Gaza melaporkan pada hari Rabu (23/7) bahwa lebih dari 70 orang, termasuk banyak pencari bantuan, gugur akibat tembakan tentara Israel sejak dini hari.
Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan kedatangan 113 korban gugur, termasuk 13 korban yang baru dievakuasi dari reruntuhan, dan 534 korban luka, ke rumah sakit di Jalur Gaza dalam 24 jam sebelum pengumuman tersebut.
Dengan demikian, jumlah korban gugur akibat perang genosida Israel di Jalur Gaza menjadi 59.219 jiwa dan 143.045 jiwa terluka sejak 7 Oktober 2023.
Sejak dimulainya kembali perang pada 18 Maret, perang tersebut juga telah mengakibatkan 8.363 warga Palestina gugur dan 31.004 lainnya menderita luka.
Sementara itu, jumlah korban yang menunggu bantuan telah mencapai 34 jiwa, dan lebih dari 644 jiwa terluka dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban yang tiba di rumah sakit menjadi 1.060 korban gugur dan lebih dari 7.207 korban luka.
Kementerian itu juga menyebutkan bahwa terdapat sejumlah korban di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan belum dapat dijangkau oleh ambulan serta kru pertahanan sipil.
Lebih lanjut, kementerian mengumumkan 10 orang gugur akibat kelaparan dan malnutrisi di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah total korban kelaparan menjadi 111, termasuk 25 anak-anak yang gugur dalam tiga hari terakhir, menurut sumber medis di Gaza.
Sumber tersebut menambahkan bahwa 900.000 anak di Gaza menderita kelaparan, 70.000 di antaranya telah memasuki tahap malnutrisi.
Sumber yang sama menyatakan 17.000 anak menderita malnutrisi parah. Selain itu, nyawa pasien diabetes dan ginjal terancam malnutrisi, dan mereka mengalami kelaparan parah akibat rezim pendudukan yang membuat penduduk Jalur Gaza kelaparan.
Disebutkan pula bahwa pasien dirawat karena stres dan kehilangan ingatan akibat kelaparan parah, dan rumah sakit kekurangan tempat tidur medis dan obat-obatan yang memadai untuk sejumlah besar penderita malnutrisi parah.
Seiring meningkatnya perang pelaparan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza dan telah merenggut nyawa puluhan warga Palestina setiap hari, lebih dari 100 organisasi bantuan kemanusiaan dan HAM mendesak negara-negara dunia untuk mengambil tindakan segera dan konkret, termasuk gencatan senjata permanen dan pencabutan semua pembatasan aliran pasokan bantuan ke Jalur Gaza. Mereka juga memperingatkan perihal “kelaparan massal” di Jalur Gaza. (almayadeen)
AL Iran Cegat Kapal Perusak AS di Laut Oman
Sebuah helikopter Angkatan Laut Iran telah mencegat kapal perusak AS USS Fitzgerald di Laut Oman, mengeluarkan sinyal peringatan hingga memaksa kapal tersebut mengubah arahnya ke selatan.
Menurut pernyataan militer Iran, kapal perang AS tersebut mendekati perairan yang dipantau oleh Iran, sehingga sebuah helikopter reaksi cepat Iran dikerahkan dari Wilayah Laut Ketiga Angkatan Laut Angkatan Darat Iran (NEDAJA).
Helikopter tersebut membayangi kapal perusak tersebut dan menyampaikan peringatan radio agar menjauh dari perairan yang dipantau Iran.
Awak kapal USS Fitzgerald sempat mengancam akan menyerang helikopter tersebut jika tetap berada di dekatnya. Namun, Komando Pertahanan Udara Angkatan Bersenjata Iran kemudian turun tangan dengan menyatakan helikopter tersebut berada di bawah perlindungan penuh pertahanan udara, dan memerintahkan kapal perusak AS tersebut untuk mengubah arah.
USS Fitzgerald lantas mematuhi perintah tersebut, dan bergerak ke selatan menjauhi wilayah yang dipersoalkan.
Militer AS belum mengeluarkan pernyataan publik terkait insiden tersebut, yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Teluk Persia menyusul perang AS-Israel baru-baru ini terhadap Iran. (presstv)









