Rangkuman Berita Utama Kamis 2 Oktober 2025

Jakarta, ICMES. Angkatan Laut (AL) Rezim Zionis Israel mencegat Global Flotilla Sumud (GSF)l, armada aktivis kemanusiaan dari berbagai negara dunia yang berupaya menembus blokade Israel terhadap Jalur Gaza.

Militer Iran menampik seruan Eropa untuk agar negara republik Islam itu membatasi kemampuan rudalnya, dan menegaskan bahwa jangkauan rudal Iran justru akan ditingkatkan untuk mencapai titik mana pun yang dianggap perlu.

Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam, melancarkan operasi kualitatif terhadap pasukan pendudukan Israel di permukiman Al-Nasr, sebelah barat Kota Gaza, hingga mengakibatkan tewasnya dan hilangnya sejumlah tentara Zionis.

Berita selengkapnya:

Pasukan Israel Cegat Global Sumud Flotilla Dekat Gaza

Angkatan Laut (AL) Rezim Zionis Israel mencegat Global Flotilla Sumud (GSF)l, armada aktivis kemanusiaan dari berbagai negara dunia yang berupaya menembus blokade Israel terhadap Jalur Gaza.

Menurut pihak GSF, kapal patroli Israel mengepung armada tersebut dan mencegat setidaknya dua kapal di dekat Gaza.

Armada tersebut mengatakan kapal-kapalnya berjarak kurang dari 90 mil laut dari Gaza.

“Banyak kapal GSF, terutama Alma, Surius, Adara, dicegat dan dinaiki secara ilegal oleh Pasukan Pendudukan Israel di perairan internasional,” kata penyelenggara.

Kapal-kapal lain, termasuk Yulara dan Meteque, “telah menjadi sasaran meriam air,” lapor GSF.

“Serangan ilegal terhadap kapal-kapal kemanusiaan tak bersenjata ini merupakan kejahatan perang,” tambahnya.

GSF menjelaskan, “Sebelum menaiki kapal secara ilegal, tampaknya kapal-kapal AL Israel sengaja merusak komunikasi kapal, dalam upaya memblokir sinyal marabahaya dan menghentikan siaran langsung penyerbuan kapal ilegal mereka.”

GSF menyesalkan bahwa liputan siaran langsung dan komunikasi telah terputus dengan beberapa kapal lainnya.

Hal ini terjadi setelah Angkatan Laut Israel berulang kali memerintahkan GSF untuk dialihkan ke pelabuhan Ashdod di wilayah pendudukan Palestina 1948.

Armada tersebut menyatakan akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyampaikan informasi tentang status kapal, penahanan, korban cedera, dan potensi korban jiwa.

Penyelenggara menyerukan kepada pemerintah, para pemimpin dunia, dan lembaga-lembaga internasional untuk menuntut keselamatan dan pembebasan semua orang di atas kapal serta terus memantau situasi dengan cermat.

GSF menegaskan bahwa mereka berada 70 mil laut dari wilayah Palestina, dan bahwa meskipun dicegat dan disabotase, kapal-kapal mereka “akan terus bergerak tanpa gentar.”

GSF terdiri dari lebih dari 50 kapal telah berangkat dari Barcelona akhir bulan lalu dengan misi menerobos apa yang telah dikecam oleh berbagai lembaga HAM sebagai salah satu blokade paling ketat dan paling tidak manusiawi di dunia.

GSF digambarkan sebagai misi maritim terbesar dalam beberapa dekade, dan membawa delegasi dari setidaknya 44 negara.

Dalam perjalanan mereka ke Gaza, para peserta melaporkan beberapa contoh eskalasi “berbahaya” oleh rezim, termasuk ledakan, serangan drone besar-besaran, dan gangguan komunikasi.

Mereka menggambarkan insiden tersebut sebagai pertanda agresi yang lebih kuat terhadap lebih dari 500 relawan sipil armada tersebut.

Para aktivis mengatakan bahwa serangan terhadap kapal-kapal GSF mencerminkan “seberapa jauh penjajah akan berusaha untuk membuat Gaza kelaparan.” (presstv)

Didesak Eropa, Militer Iran Malah Menyatakan akan Menambah Jarak Jangkau Rudalnya

Militer Iran menampik seruan Eropa untuk agar negara republik Islam itu membatasi kemampuan rudalnya, dan menegaskan bahwa jangkauan rudal Iran justru akan ditingkatkan untuk mencapai titik mana pun yang dianggap perlu.

Wakil Inspektur Markas Besar Khatam al-Anbiya, Brigadir Jenderal Asadi, memastikan pasukan Iran “sepenuhnya siap.”

“Kami 100% siap. Kami tidak mencari perang, tetapi jika ada yang berani menyerang negara kami, kami akan memberikan respons yang tegas,” katanya, Rabu (1/10).

Menanggapi desakan Eropa bahwa Iran harus membatasi jangkauan rudalnya, Asadi dengan tegas menolak mentah-mentah tuntutan tersebut.

“Mereka sepenuhnya salah membuat pernyataan demikian,” tegasnya.

Dia menyebutkan bahwa pengalaman di masa lalu telah menunjukkan peran yang menentukan dari kekuatan penangkal rudal Republik Islam, termasuk dalam perang 12 hari melawan Israel dan AS.

Sementara itu, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Larijani, dalam sebuah wawancara televisi menegaskan bahwa pembunuhan para pemimpin Hizbullah Lebanon dan ilmuwan nuklir Iran tidak akan melumpuhkan gerakan perlawanan maupun kemampuan sains Iran.

Menyinggung kunjungannya ke Lebanon dan pengarahannya mengenai kondisi Hizbullah, Larijani, mengatakan, “Tidak dapat disangkal bahwa Hizbullah terpukul atas gugurnya para komandan dan sekjennya, Sayyid Hassan Nasrallah. Namun, gerakan ini bukan hanya tidak akan hancur, melainkan kemampuannya justru akan ditingkatkan berkat ideologi dan perjuangannya.”

Dia  mengaku bahwa dalam kunjungannya ke Lebanon dia telah menyaksikan Hizbullah dengan cepat membangun kembali dan melanjutkan perlawanannya.

Larijani menekankan bahwa pengalaman membangun kembali dan melanjutkan perlawanan sangatlah berharga, dan tren ini tidak hilang dengan kematian individu.

Menyinggung gugurnya para ilmuwan nuklir Iran, dia mengatakan, “Ilmuwan nuklir Iran telah dibunuh, dan Trump mengatakan, ‘Saya mengebom pembangkit listrik tenaga nuklir Iran.’ Namun, ia harus menyadari bahwa Iran telah mengkader sejumlah besar ilmuwan dan tidak akan menghancurkan teknologi nuklirnya.”

Di bagian lain pidatonya, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran membahas perilaku militer AS di kawasan Timur Tengah. Dengan nada sarkastis dia mengatakan, “Jika Amerika ingin mengubur mayat setiap hari, mereka harus menyerang berbagai negara.” (fna/mehr)

Serangan Pejuang Brigade Al-Quds Tewaskan Sejumlah Tentara Zionis di Gaza

Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam, melancarkan operasi kualitatif terhadap pasukan pendudukan Israel di permukiman Al-Nasr, sebelah barat Kota Gaza, hingga mengakibatkan tewasnya dan hilangnya sejumlah tentara Zionis.

Berdasarkan rincian yang diungkapkan oleh Brigade Al-Quds dalam pernyataannya pada hari Rabu (1/10), para pejuang perlawanan meledakkan sebuah rumah yang sebelumnya telah dipasangi bom rakitan di permukiman Al-Nasr dengan beberapa alat peledak rakitan, serta alat peledak sisa pasukan pendudukan lainnya yang telah direkayasa ulang.

Dijelaskan bahwa rumah tersebut diledakkan ketika pasukan Israel memasuki wilayah tersebut untuk memasang bom rakitan dan meledakkannya. Sebuah drone Hudhud turut serta dalam operasi ini, mendokumentasikan momen ketika pasukan pendudukan masuk dan rumah tersebut meledak.

Ledakan di rumah itu memastikan bahwa tidak ada tentara Israel yang selamat; mereka tewas atau hilang. Tak satu pun dari mereka yang terluka, menurut Brigade al-Quds.

Setelah itu, pasukan pendudukan melancarkan serangan yang sangat brutal dan belum pernah terjadi sebelumnya di sekitar lokasi operasi.

Brigade al-Quds juga mengebom permukiman Meflasim dan Kfar Saad, di wilayah Gaza, dengan rentetan roket, sebagai tanggapan atas kejahatan tentara Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Selain itu, dalam operasi lain yang dilancarkan oleh Brigade Al-Quds pada hari Senin dan diumumkan pada hari Rabu, para pejuang perlawanan meledakkan rudal GBU, yang ditinggalkan oleh tentara pendudukan, ke arah kendaraan-kendaraan Israel di sekitar wilayah Zaharneh, barat laut Kota Gaza.

Dalam operasi gabungan yang dilancarkan oleh Brigade Al-Quds dan Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas, para pejuang perlawanan mengebom sebuah pos komando dan kendali Israel di poros Morag, selatan Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan, dengan beberapa peluru mortir berat.

Mereka juga mengebom posisi tentara dan kendaraan Israel di utara Khan Yunis dengan peluru mortir berat. (almayadeen)