Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, mengatakan Israel terpaksa “tunduk dan bergantung pada AS” dalam agresinya selama 12 hari terhadap Iran setelah tak berdaya menghadapi serangan balik Iran.

Juru Bicara Korps Garda Revolusi Islam Iran, Brigjen Ali Mohammad Naeini, menyatakan bahwa agresi Zionis terhadap Iran merupakan perang di mana Iran sendirian menghadapi NATO dan berbagai negara besar dunia.
Israel melancarkan serangan brutal di Damaskus, ibu kota Suriah, pada hari Rabu (16/7), dengan membidik markas besar Kementerian Pertahanan dan Staf Umum, serta area di sekitar istana kepresidenan.
Berita selengkapnya:
Ayatullah Khamenei: Israel Inginkan Gencatan Senjata Setelah Tak Berdaya Menghadapi Serangan Balik Iran
Pemimpin Besar Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, mengatakan Israel terpaksa “tunduk dan bergantung pada AS” dalam agresinya selama 12 hari terhadap Iran setelah tak berdaya menghadapi serangan balik Iran.
Dalam kata sambutannya pada pertemuan dengan para pejabat kehakiman Iran di Teheran pada hari Rabu (16/7), Ayatullah Khamenei mengatakan konfrontasi tersebut tidak hanya menunjukkan kekuatan militer dan strategis Iran, melainjan juga juga ketahanan, kesadaran, dan persatuan nasional Iran.
“Pencapaian besar bangsa ini selama perang 12 hari adalah tekad, tekad, dan kepercayaan diri nasional mereka, karena esensi dari memiliki semangat dan kesiapan menghadapi kekuatan seperti AS dan anjingnya yang terbelenggu, rezim Zionis, sangatlah berharga,” ujarnya.
Ayatullah Khamenei menyinggung transformasi Iran dari status sebagai negara yang tunduk di era rezim Pahlavi menjadi negara yang tegas dan independen.
“Dulu, bahkan secara pribadi, para pejabat tidak berani mengkritik Amerika. Kini, Iran telah mencapai titik di mana ia bukan hanya tidak takut pada AS, melainkan bahkan menanamkan rasa takut padanya,” ungkapnya.
“Semangat dan tekad nasional inilah yang membuat Iran bangga dan mendorongnya untuk mencapai aspirasi besarnya,” sambungnya.
Ayatullah Khamenei menepis asumsi keliru para pemimpin Barat bahwa agresi militer Israel telah memberi mereka kesempatan untuk menekan Iran secara diplomatis. Dia menekankan bahwa Iran tidak akan pernah memasuki arena diplomatik maupun militer sebagai pihak yang lebih lemah.
“Kami memiliki semua perangkat yang diperlukan seperti rasionalitas dan kekuatan militer. Karena itu, di ranah diplomatik maupun medan perang, kapan pun kami terlibat, berkat pertongan Allah, kami akan terjun dengan kekuatan penuh,” ujarnya.
Ayatollah Khamenei menyebutkan bahwa Israel melalui AS telah memohon gencatan senjata setelah 12 hari mengagresi Iran, dan ini merupakan satu bukti nyata ketegasan dan kuatnya serangan balik Iran terhadap rezim Zionis tersebut.
“Jika rezim Zionis tidak tunduk dan bertekuk lutut, dan jika ia mampu mempertahankan diri maka tidak akan berpaling kepada Amerika sedemikian rupa. Namun ia menyadari tidak dapat melawan Republik Islam,” ungkapnya.
Mengenai balasan Iran terhadap serangan AS, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Target yang diserang Iran adalah pusat Amerika yang sangat sensitif (Lanud Al-Udeid, Qatar) di kawasan sekitar, dan setelah sensor media dicabut, akan jelas betapa telaknya pukulan yang dilancarkan Iran. Tentu saja, serangan yang lebih besar dapat dilancarkan kepada AS dan negara-negara lain jika diperlukan.” (alalam/presstv)
IRGC: Yang Dihadapi Iran dalam Perang Melawan Israel adalah NATO
Juru Bicara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Brigjen Ali Mohammad Naeini, menyatakan bahwa agresi Zionis terhadap Iran merupakan perang di mana Iran sendirian menghadapi NATO dan berbagai negara besar dunia.
Dalam sebuah pidato pada rapat perencanaan dan koordinasi peringatan 40 hari sejak agresi Israel, Naeini mengatakan, “Agresi ini merupakan perang yang komprehensif dalam segala dimensinya si mana Iran berdiri sendirian melawan NATO dan berbagai negara adidaya dunia, sementara semua badan intelijen dan keamanan global berpihak pada Mossad.”
Dia menambahkan, “Dalam agresi ini, seluruh kekuatan rudal, udara, pesawat nirawak, dan pertahanan dunia dimobilisasi untuk membantu Rezim Zionis. Seluruh perang siber, media, keamanan, dan kemampuan militer juga dikerahkan terhadap Iran dengan tujuan menggulingkan Republik Islam dan memecah belah Iran.”
Naeini menjelaskan, “Perang 12 hari ini bertujuan untuk mencapai target-target taktis dan strategis, yang paling tidak adalah penghancuran pengetahuan nuklir dan kekuatan rudal Iran, tetapi gagal mencapai satu pun target di antaranya. Sebagaimana dikatakan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam, Rezim Zionis tumbang dan tergilas oleh gempuran Iran.”
Dia menambahkan,”Perang memang menimbulkan berbagai kerugian, namun juga membuahkan berbagai keuntungan berkat hebatnya perjuangan para syuhada. Iran telah tumbuh lebih kuat setelah mengatasi perang ini, meraih prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan meningkatkan kekuatan militer kita.”
Juru Bicara IRGC menekankan bahwa penghormatan kepada para syuhada tidak terbatas pada peringatan pada hari-hari tertentu, melainkan juga penting adanya perencanaan program interpretatif, media, dan propaganda, dan sejauh ini terdapat “lebih dari 65 program interpretatif sedang diproduksi dalam bentuk dokumentasi, wawancara, film pendek, dan buku oleh berbagai media.” (alalam)
Israel Gempur Damaskus dan Kerahkan Pasukan ke Golan Suriah
Israel melancarkan serangan brutal di Damaskus, ibu kota Suriah, pada hari Rabu (16/7), dengan membidik markas besar Kementerian Pertahanan dan Staf Umum, serta area di sekitar istana kepresidenan.
Israel juga memutuskan pengerahan pasukan ke wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan Suriah dengan dalih melindungi warga Druze dari serangan di Suriah selatan.
Markas besar Kementerian Pertahanan dan Staf Umum di Damaskus menjadi sasaran beberapa serangan rudal hingga menyebabkan kerusakan parah.
Militer Israel mengatakan pihaknya menyerang target militer di Damaskus, salah satunya terletak di dekat istana presiden, bersamaan dengan serangan terhadap gedung Staf Umum Militer. Lokasi yang ditargetkan adalah landasan udara di bagian utara istana presiden.
Selain Damaskus, serangan udara Israel juga menyasar beberapa daerah lain, termasuk Qatana, serta kota Daraa (selatan) dan jalan raya internasional di dekatnya serta kawasan pedesaan Daraa dan Sweida.
Kementerian Kesehatan Suriah mengatakan serangan udara di Damaskus menewaskan tiga orang dan melukai 34 lainnya.
Komando Utara Israel mengatakan pasukannya telah menyerang Damaskus dan akan melanjutkan serangan di Suriah selatan.
Saat serangan di Damaskus dimulai, Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz mengatakan serangan menyakitkan terhadap Suriah telah dimulai.
Israel mulai mengebom pasukan Suriah pada Senin malam saat mereka memasuki provinsi selatan Sweida ketika terjadi kontak senjata sengit antara kelompok bersenjata Druze dan kelompok suku Bedouin. (aljazeera)









