Rangkuman Berita Utama Kamis 14 Agustus 2025

Jakarta, ICMES. Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran (SNSC), Ali Larijani, menepis tuduhan bahwa Iran berupaya mencampuri urusan dalam negeri Lebanon. Dia mengimbau para politisi Lebanon cermat membedakan antara kawan dan lawan, dan Iran adalah kawan yang siap memberikan bantuan militer jika diminta Lebanon untuk melawan Israel.

Hamas menyerukan kepada negara-negara Arab untuk mengambil sikap tegas terhadap pernyataan dan visi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai “Visi Israel Raya”.

Channel 12 Israel pada Rabu malam (13/8) melaporkan bahwa Israel sedang mengadakan perundingan dengan lima negara: Indonesia, Somaliland, Uganda, Sudan Selatan, dan Libya, mengenai kemungkinan imigrasi warga Palestina dari Jalur Gaza.

Berita selengkapnya:

Larijani: Jika Diminta, Iran Siap Beri Bantuan Militer kepada Lebanon untuk Melawan Israel

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran (SNSC), Ali Larijani, menepis tuduhan bahwa Iran berupaya mencampuri urusan dalam negeri Lebanon. Dia mengimbau para politisi Lebanon cermat membedakan antara kawan dan lawan, dan Iran adalah kawan yang siap memberikan bantuan militer jika diminta Lebanon untuk melawan Israel.

Dalam konferensi pers bersama Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri di Beirut, Rabu (13/8), Larijani menyebut kunjungannya membawa pesan dukungan Iran bagi kemerdekaan dan kekuatan negara-negara di kawasan sekitar.

Menanggapi tuntutan AS untuk pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan Lebanon, termasuk Hizbullah, dia menyatakan Lebanon mampu menentukan jalannya sendiri.

“Negara-negara di luar Lebanon tidak boleh mendikte Lebanon. Bangsa Lebanon adalah bangsa yang bijaksana dan dapat memutuskan sendiri, dan kami menghormati setiap keputusan yang dibuat pemerintah Lebanon setelah berkonsultasi dengan kubu perlawanan,” ujarnya.

Larijani juga membahas sikap pemerintah Lebanon menerima seruan AS untuk melucuti senjata kubu perlawanan, dan mengimbau Lebanon menghargai mereka yang membela negara dari agresi Israel.

“Berhati-hatilah agar Israel tidak memaksakan kepada Anda melalui cara lain apa yang tidak dapat dicapainya melalui perang. Mereka ingin menggunakan propaganda untuk membalikkan peran teman dan musuh. Perlawanan adalah aset nasional Lebanon dan semua negara Islam. Musuh Anda adalah Israel, yang menyerang Anda, dan teman Anda adalah orang yang melawan Israel, jadi hargailah mereka,” imbaunya.

Larijani menganjurkan dialog internal di Lebanon untuk penyelesaian perpecahan terkait senjata perlawanan.

“Pemerintah Lebanon harus berbicara dengan berbagai sekte dan mencapai kesepakatan. Pihak yang mencampuri urusan Lebanon adalah pihak (AS) yang, dari jarak ribuan kilometer, memberi Anda rencana dan jadwal tindakan. Kami tidak memberi Anda rencana apa pun,” tuturnya..

Sekretaris SNSC menekankan bahwa Iran tidak pernah memperlakukan sekutu Lebanonnya sebagai alat, dan pihak perlawanan Lebanon tidak membutuhkan arahan dari pihak lain.

Mantan ketua parlemen Iran itu juga menekankan bahwa Poros Perlawanan di kawasan Asia Barat dibentuk bukan oleh arahan asing, melainkan sebagai respon terhadap pendudukan dan agresi.

“Jika Anda melihat sejarah Perlawanan, Anda akan melihat bahwa ia selalu muncul dalam perlawanan terhadap arus asing. Di Lebanon, ketika Israel merebut Beirut, Hizbullah dibentuk; ketika Irak diduduki oleh Amerika, gerakan perlawanan muncul; di Yaman, ketika Yaman dibom, perlawanan muncul,” paparnya.

Mengenai kemungkinan Iran memberikan dukungan militer kepada Lebanon jika Israel menginvasi lagi, dia menegaskan, “Jika pemerintah Lebanon meminta bantuan militer dari kami, kami akan membantu.”

Larijani, yang mengunjungi Lebanon setelah lawatannya ke Irak, mengadakan pembicaraan dengan Presiden Lebanon Joseph Aoun pada Rabu pagi. (alalam/presstv)

Tanggapi Pernyataan Netanyahu Mengenai “Israel Raya”, Hamas Tuntut Sikap Tegas Arab

Hamas menyerukan kepada negara-negara Arab untuk mengambil sikap tegas terhadap pernyataan dan visi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai “Visi Israel Raya”.

Dalam pernyataan pada hari Rabu (13/8), sikap tegas yang diminta Hamas itu antara lain pemutusan hubungan, penarikan duta besar, penghentian normalisasi, dan dukungan kepada perlawaan.

Hamas mengecam pernyataan Netanyahu, yang mencakup “penguasaan Mesir, Yordania, Suriah, dan wilayah Arab lainnya.”

“Pernyataan-pernyataan ini dengan jelas menegaskan bahaya yang ditimbulkan oleh entitas fasis ini terhadap semua negara dan masyarakat di kawasan ini, serta rencana ekspansionisnya yang tidak mengecualikan negara mana pun,” ungkap Hamas.

Dia menambahkan bahwa Hamas “menyerukan pendirian jelas Arab, terutama mengambil langkah-langkah serius untuk mendukung keteguhan Palestina, memutuskan hubungan dan menarik duta besar dari entitas fasis ini, menghentikan semua langkah normalisasi yang memalukan, dan bersatu di belakang pilihan untuk menghadapi pendudukan dan melawan rencananya.”

Hamas juga menyerukan kepada masyarakat internasional agar mengutuk pernyataan Netanyahu dan “mengambil tindakan untuk mengendalikan pemerintahannya, menghentikan perang brutalnya terhadap warga sipil di Gaza, dan menghadapi ambisinya untuk memperluas agresinya sebagai tanggapan atas ramalan dan delusi fasis, yang mengancam keamanan regional dan internasional.”

Dalam wawancara dengan saluran i24 pada Selasa malam (12/8), Netanyahu mengaku “sangat terikat pada visi Israel Raya,” saat menanggapi pertanyaan tentang apakah dia merasa “berada dalam misi atas nama orang-orang Yahudi.”

Israel Raya, menurut klaim Israel, mencakup wilayah Palestina, serta sebagian Yordania, Lebanon, Suriah, dan Mesir.

Menurut The Times of Israel, istilah “Israel Raya” digunakan setelah perang 1967 untuk merujuk pada Israel, Al-Quds Timur, Tepi Barat, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai di Mesir, dan Dataran Tinggi Golan di Suriah. (raialyoum)

Israel Dilaporkan Adakan Pembicaraan dengan 5 Negara, Termasuk RI, untuk Penampungan Pengungsi Gaza

Channel 12 Israel pada Rabu malam (13/8) melaporkan bahwa Israel sedang mengadakan perundingan dengan lima negara: Indonesia, Somaliland, Uganda, Sudan Selatan, dan Libya, mengenai kemungkinan imigrasi warga Palestina dari Jalur Gaza.

Channel tersebut mengutip seorang sumber diplomatik yang mengatakan, “Beberapa negara lebih terbuka daripada sebelumnya untuk menerima migrasi sukarela dari Jalur Gaza,” khususnya merujuk pada Indonesia dan Somaliland, namun belum ada keputusan konkret yang dicapai.

Somaliland adalah wilayah yang memisahkan diri dari Somalia, dan para pemimpinnya berharap mendapatkan pengakuan internasional melalui kesepakatan potensial ini.

Bersamaan dengan ini, Associated Press melaporkan bahwa Israel telah mempertimbangkan untuk mengimigrasikan warga Palestina dari Gaza ke Sudan Selatan, namun klaim ini dibantah oleh pemerintah Sudan Selatan, yang menyebutnya sebagai “tuduhan tak berdasar” dan tidak mencerminkan kebijakan resmi Sudan Selatan.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran Israel i24, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali dukungannya kepada gagasan “migrasi massal” penduduk Gaza, sebuah kebijakan yang didukung oleh Presiden AS Donald Trump pada awal tahun ini.

Dia menjelaskan bahwa Israel sedang menghubungi “beberapa negara” untuk menerima warga sipil yang mengungsi dari Jalur Gaza.

“Saya rasa ini wajar saja. Siapa pun yang mengaku peduli kepada Palestina dan ingin membantu mereka harus membuka pintu bagi mereka. Kami tidak mengusir mereka; kami mengizinkan mereka pergi, baik dari zona pertempuran maupun dari Jalur Gaza sendiri, jika mereka mau,” katanya.

Mengenai alasan terhambatnya proses ini, Netanyahu menjelaskan, “Proses ini membutuhkan negara-negara penerima, dan kami sedang berdiskusi dengan beberapa negara, tapi saya tidak akan merinci nama-nama mereka di sini.” (raialyoum)