Jakarta, ICMES. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyerukan pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membahas “bencana kemanusiaan” yang terjadi di Jalur Gaza.

Juru Bicara Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi, memastikan Poros Perlawanan tetap solid dan menunjukkan kekuatan operasional yang bahkan lebih besar daripada sebelumnya, meskipun Rezim Zionis Israel getol berusaha mengubah perimbangan.
Rakyat Lebanon simpatisan kelompok pejuang Hizbullah turun ke jalan-jalan di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, untuk mendukung Hizbullah dan mengecam keputusan pemerintah Perdana Menteri Nawaf Salam yang menyerukan perlucutan senjata Hizbullah.
Berita selengkapnya:
Iran Serukan Pertemuan Darurat OKI Terkait “Bencana Kemanusiaan” di Jalur Gaza
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyerukan pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membahas “bencana kemanusiaan” yang terjadi di Jalur Gaza.
Dalam surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, dan Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan, Araghchi pada hari Kamis (7/8) mendesak OKI mengadakan sidang luar biasa sebagai tanggapan atas “situasi kemanusiaan yang memburuk dengan cepat” di wilayah Palestina yang terblokade tersebut.
“Situasi yang memprihatinkan di Gaza kini telah menjadi salah satu krisis paling parah yang dihadapi Umat Islam dan komunitas internasional,” ungkap Araghchi.
Dia menambahkan,”Kondisi di Gaza telah melampaui batas daya tahan manusia. Apa yang terjadi bukan sekadar krisis kemanusiaan melainkan penghancuran sistematis terhadap penduduk sipil yang terkepung. Skala dan intensitas kejahatan yang dilakukan menuntut tindakan segera dan terkoordinasi.”
Araghchi melayangkan surat itu ketika Jalur Gaza dilanda kelaparan. Berbagai badan internasional melaporkan tingkat kelaparan yang sangat parah di mana setidaknya 193 orang, termasuk 96 anak-anak, gugur akibat kelaparan dalam beberapa bulan terakhir, sementara konvoi bantuan masih diblokir atau dibatasi secara ketat oleh rezim Israel. Selain itu, lebih dari 1.500 warga Palestina gugur ketika mencoba mengakses bahan makanan.
“Statistik dan laporan terbaru dari semua organisasi kemanusiaan dan sumber media terkemuka menunjukkan bahwa penduduk sipil Gaza menghadapi situasi yang hanya dapat digambarkan dengan satu kata: genosida,” tegas Araghchi.
Menteri luar negeri Iran juga menekankan urgensi pengiriman bantuan kemanusiaan secara terkoordinasi, dan menyerukan sorotan terhadap “niat strategis” rezim Israel untuk menduduki Gaza secara permanen.
“Yang sama mengkhawatirkannya adalah semakin banyaknya bukti niat ilegal dan strategis rezim pendudukan untuk menduduki kembali dan mencaplok Gaza sepenuhnya,” ujarnya.
Dia menjelaskan, “Pernyataan para pejabat senior rezim Zionis, beserta tindakan militer dan postur politiknya, jelas menunjukkan adanya rencana yang disengaja untuk menghapus identitas teritorial dan politik Gaza melalui kontrol permanen, rekayasa demografi, dan penghancuran setiap prospek kedaulatan Palestina.”
Araghchi memperingatkan bahwa para pejabat tinggi Israel telah menyatakan niat “untuk melenyapkan Gaza sebagai entitas politik,” dan bahwa tindakan itu mengindikasikan adanya “desain strategis yang bertujuan untuk menghapus kedaulatan Palestina melalui pendudukan teritorial permanen, pemindahan penduduk paksa, dan manipulasi demografi.”
Menteri Luar Negeri Iran mendesak OKI segera mengadakan pertemuan luar biasa Dewan Menteri Luar Negeri di Jeddah, Arab Saudi. Sidang tersebut, menurutnya, bertujuan mengoordinasikan bantuan kemanusiaan, menilai implikasi hukum dan politik dari tindakan Israel, dan merumuskan tanggapan yang terpadu.
“Pertemuan tersebut harus mengadopsi langkah-langkah terpadu dan dapat ditindaklanjuti — diplomatik, hukum, dan ekonomi — untuk menghentikan agresi, memastikan akuntabilitas, dan menegaskan kembali hak rakyat Palestina atas penentuan nasib sendiri, kedaulatan, dan kepulangan, menandai titik awal untuk memulihkan keadilan,” ujar Araghchi.
Perang genosida rezim Zionis Israel di Gaza sejauh ini telah menggugurkan sedikitnya 61.158 warga Palestina, yang sebagian besarnya perempuan dan anak-anak. (presstv)
Jenderal Iran: Alih-Alih Kalah, Poros Resistensi Justru Menguat
Juru Bicara Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi, memastikan Poros Perlawanan tetap solid dan menunjukkan kekuatan operasional yang bahkan lebih besar daripada sebelumnya, meskipun Rezim Zionis Israel getol berusaha mengubah perimbangan.
Shekarchi menyatakan demikian dalam sebuah upacara pada hari Kamis (7/8), menandai peringatan 40 hari gugurnya beberapa komandan militer Iran dalam agresi Israel-AS terhadap Iran pada bulan Juni.
Dia menyebutkan bahwa Hizbullah Lebanon, Hamas, Ansarullah Yaman, dan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF/Hasdh al-Shaabi) Irak serta pasukan perlawanan di negara-negara lain beroperasi lebih kuat dari sebelumnya.
“Front perlawanan ini tetap tak terkalahkan, dan akan memberikan respons yang proporsional terhadap semua ancaman,” tegasnya.
“Kesyahidan para pejuang perlawanan semakin memperkuat front ini,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa alih-alih melemahkan gerakan, gugurnya para syuhada justru memperkuat kekuatan dan persatuannya.
Jenderal Shekarchi menekankan bahwa para syuhada berperan sebagai tulang punggung strategis Poros Resistensi, berdiri teguh melawan arogansi global,khususnya Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel.
Sementara itu, di hari yang sama, Pemimpin Ansarullah Yaman Sayid Abdul-Malik al-Houthi mengatakan bahwa militer Israel menggunakan bom dan amunisi buatan AS dalam serangan brutalnya terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
“Musuh, Zionis, melanjutkan pembantaiannya dengan bom Amerika dan menargetkan perempuan, anak-anak, dan lansia yang sedang mencari makanan,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Dia juga mengatakan, “Beberapa warga Amerika telah mengangkat senjata di Gaza dan berpartisipasi dalam kejahatan yang sedang berlangsung di Gaza, dan beberapa perwira Amerika telah mengakui fakta tersebut. Seorang perwira Amerika telah mengakui bahwa jebakan maut di Gaza pada dasarnya dirancang untuk membunuh warga Palestina.” (presstv/alalam)
Rakyat Lebanon Gelar Unjuk Rasa Menolak Seruan Perlucutan Senjata Hizbullah
Rakyat Lebanon simpatisan kelompok pejuang Hizbullah turun ke jalan-jalan di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, pada Kamis malam (7/8), untuk mendukung Hizbullah dan mengecam keputusan pemerintah Perdana Menteri Nawaf Salam yang menyerukan perlucutan senjata Hizbullah.
Dilaporkan bahwa para pendukung Hizbullah membanjiri jalanan di pinggiran selatan Beirut dengan mengendara motor sembari mengibarkan bendera Hizbullah dan meneriakkan yel-yel penolakan terhadap penyerahan senjata Hizbullah serta memekikkan slogan-slogan kecaman terhadap Perdana Menteri Nawaf Salam.
Namun demukian, departemen hubungan media Hizbullah membantah kabar adanya pernyataan yang dikeluarkan atas nama Hizbullah dalam aksi itu, dan menekankan bahwa semua publikasi yang bertentangan dengan bantahan ini adalah palsu.
Mereka menekankan bahwa pernyataan resmi hanya dikeluarkan secara eksklusif melalui media-media Hizbullah sendiri, setelah pemerintah Lebanon menyetujui “tujuan” proyeksi AS terkait senjata Hizbullah.
Menteri Penerangan Lebanon, Paul Morcos, menyatakan bahwa Kabinet Lebanon telah menyetujui ketentuan perjanjian yang diusulkan AS untuk perlucutan senjata Hizbullah.
Menurutnya, ketentuan utama perjanjian yang diusulkan AS tersebut meliputi penghapusan bertahap keberadaan militan bersenjata, termasuk Hizbullah, dan dukungan bagi tentara Lebanon serta penempatannya di wilayah selatan negara ini. (alalam)









