Jakarta, ICMES. Militer Iran bersumpah bahwa jika Israel kembali mengagresi Iran maka akan ada “pembalasan melumpuhkan”, yang sedemikian sengit sehingga bahkan AS bisa jadi tidak dapat menyelamatkan Perdana Menteri Israel,Benjamin Netanyahu.

Ali Akbar Velayati, penasihat senior Pemimpin Besar Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, menegaskan kebulatan tekad bangsa Iran untuk berdiri teguh pada hak-haknya yang sah terkait pengembangan sains dan pelestarian martabat nasionalnya.
Sekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menegaskan pihaknya tidak akan menanggapi seruan penyerahan senjata Hizbullah selagi Zionis Israel masih bercokol di tanah Lebanon.
Berita selengkapnya:
Militer Iran: AS pun Takkan Dapat Selamatkan Netanyahu dari Balasan Iran Jika Israel Menyerang lagi
Militer Iran bersumpah bahwa jika Israel kembali mengagresi Iran maka akan ada “pembalasan melumpuhkan”, yang sedemikian sengit sehingga bahkan AS bisa jadi tidak dapat menyelamatkan Perdana Menteri Israel,Benjamin Netanyahu.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayjen Abdolrahim Mousavi, dalam sebuah upacara di Teheran, Jumat (4/7), mengatakan negaranya telah merencanakan pembalasan sesuai dengan arahan Pemimpin Besar Ayatullah Sayyid Ali Khamenei.
“Namun, kesempatan untuk melaksanakannya tidak muncul,” tambah komandan itu, sembari menegaskan bahwa Iran pasti akan melakukan pembalasan demikian jika terjadi pelanggaran baru Israel.
“Jika mereka menyerang Iran lagi, mereka akan melihat apa yang mampu kami lakukan. Dalam hal itu, bahkan AS mungkin tidak dapat menyelamatkan Netanyahu,” tandasnya.
Senada dengan ini, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) memastikan Iran tidak akan lagi mematuhi garis merah jika Israel kembali mengagresi Iran.
“Jika agresi baru terjadi terhadap Iran, tanggapan Iran akan menghancurkan dan kami tidak akan memiliki garis merah,” tegas Brigjen Ali Mohammad Naeini dalam sebuah wawancara dengan saluran berita al-Mayadeen, Jumat.
Dia menyatakan Israel gagal mencapai tujuannya dalam 12 hari agresinya terhadap Iran.
“Respon cepat Iran membuyarkan perhitungan musuh. Dalam perang baru-baru ini, tujuan musuh adalah menghancurkan kemampuan Republik Islam,” katanya.
Dia menyebutkan bahwa Israel telah secara eksplisit mengumumkan tujuannya melancarkan perang terhadap Iran , yaitu memaksanya menyerah dan bahkan menghancurkannya.
Naeini menjelaskan bahwa Israel menggunakan tindakan militer terhadap Iran setelah gagal mencapai tujuannya melalui negosiasi.
“Musuh Iran tidak cukup memahami negara republik Islam ini,” katanya.
Dia juga menekankan bahwa Rezim Zionis membidik para komandan militer Iran dan bermaksud untuk mengganggu stabilitas negara ini, “tetapi kami memberikan respon cepat terhadapnya.”
Rezim Israel kini khawatir tentang respon telak Iran jika melancarkan perang baru terhadap Republik Islam, pungkas Naeini. (presstv/raialyoum)
Penasehat Ayatullah Khamenei: Tak Ada Kekuatan yang Dapat Cegah Iran dari Haknya
Ali Akbar Velayati, penasihat senior Pemimpin Besar Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, menegaskan kebulatan tekad bangsa Iran untuk berdiri teguh pada hak-haknya yang sah terkait pengembangan sains dan pelestarian martabat nasionalnya.
Hal itu dikatakan Velayati pada har Jumat (4/7) sebagai komentar atas perang Israel yang didukung AS terhadap Iran. Dalam perang selama 12 hari tersebut AS memberi dukungan intelijen dan militer dalam bentuk yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga bahkan campur tangan langsung secara militer menjelang akhir rentang waktu 12 hari tersebut.
Israel dan AS melancarkan agresi sembari berdalih dengan resolusi terbaru anti-Iran dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang telah disusun di bawah tekanan Barat.
Velayati menekankan desakan itu untuk tidak akan membuat Iran melepaskan haknya meraih kemajuan sains dan teknologi, termasuk di bidang energi nuklir bertujuan damai, meskipun ada upaya Barat dan Israel untuk menodai upaya sah bangsa Iran.
“Bangsa Iran selalu teguh menghadapi tekanan, ancaman, dan agresi dan tidak akan pernah menyerah. Rakyat akan terus maju dengan tekad yang lebih besar daripada sebelumnya dalam berproses menuju kemajuan sains, kemandirian teknologi, dan (penjagaan) martabat nasional,” tututnya.
Velayati juga memastikan Iran mengagendakan upaya hukum dan diplomatik atas kejahatan-kejahatan tersebut melalui otoritas internasional, khususnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejalan dengan haknya untuk memberikan tanggapan setimpal.
Dia mengutuk agresi gabungan Israel dan AS dan menyebutnya sebagai pelanggaran yang nyata terhadap norma-norma hukum internasional.
Dia juga mendesak PBB bertanggung jawab secara hukum dan moral dengan menyatakan rezim Israel dan AS sebagai agresor.
Menurutnya, PBB juga harus mengambil tindakan hukuman yang tepat terhadap Israel dan AS, termasuk mewajibkan kepadanya keduanya untuk memberikan kompensasi kepada Iran atas kerugiannya secara material maupun moral akibat pelanggaran tersebut. (presstv)
Syeikh Qassem Kecam Pihak Lebanon yang Menuntut Peletakan Senjata Hizbullah
Sekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem menegaskan pihaknya tidak akan menanggapi seruan penyerahan senjata Hizbullah selagi Zionis Israel masih bercokol di tanah Lebanon.
Dalam pidato pada peringatan Asyura di pinggiran selatan Beirut, Jumat (4/7), Syeikh Qassem mengatakan, “Menanggapi mereka yang menuntut agar perlawanan (Hizbullah) menyerahkan senjatanya, pertama-tama tuntutlah diakhirinya agresi. Tidak masuk akal bagi Anda untuk tidak mengkritik pendudukan dan malah hanya menuntut agar para penolaknya menyerahkan senjata mereka.”
Dia menambahkan, “Mereka yang menerima penyerahan diri harus menanggung konsekuensinya sendiri. Adapun kami, kami tidak akan menerimanya…. Pihak perlawanan tidak takut kepada musuh dan tidak menyerahkan hak-hak mereka. Pencapaian sejati adalah pembebasan tanah dan pemulihan kedaulatan, dan kami selalu hadir dan siap untuk panggilan ini.”
Syeikh Qassem juga mengatakan, “Mempertahankan tanah air tidak memerlukan izin dari siapa pun, dan ketika alternatif pertahanan yang serius dan efektif diusulkan, kami siap untuk membahas semua rinciannya.”
Lebanon sedang bersiap untuk mengirim rancangan tanggapan terhadap proposal yang diajukan oleh Utusan Presiden AS untuk Suriah, Thomas Barrack, kepada pejabat Lebanon dalam kunjungannya ke Beirut pada 19 Juni.
Proposal tersebut juga menyerukan reformasi keuangan dan ekonomi, pengawasan perbatasan, pencegahan penyelundupan, peningkatan bea cukai, dan pengetatan prosedur di tempat penyeberangan dan fasilitas umum. (raialyoum)