Rangkuman Berita Utama  Jumat 30 Mei 2025

Jakarta, ICMES. Militer Yaman kembali melancarkan operasi anti-Israel dengan menyerang Bandara Ben Gurion di Palestina pendudukan dengan rudal hipersonik sebagai tanggapan atas agresi militer Zionis yang terus berlangsung di Gaza.

Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayyid Abdul-Malik al-Houthi, menegaskan bahwa pelayaran di Laut Merah masih ditutup dibagi Israel, dan bahwa sebagian besar alat transportasi pengiriman di Laut Mediterania yang membawa  komoditas ke Israel adalah milik lima rezim Arab dan Islam.

Arab Saudi, Qatar, dan UEA telah memberi tahu Presiden AS Donald Trump bahwa mereka menentang kemungkinan serangan militer AS terhadap Iran.

Berita selengkapnya:

Yaman Kembali Merudal Israel, Pertandingan Sepak Bola Buyar, Ribuan Suporter Panik

Militer Yaman kembali melancarkan operasi anti-Israel dengan menyerang Bandara Ben Gurion di Palestina pendudukan dengan rudal hipersonik sebagai tanggapan atas agresi militer Zionis yang terus berlangsung di Gaza.

Juru bicara Angkatan bersenjata Yaman, Brigadir Jenderal Yahya Saree, saat mengumumkan hal itu pada hari Kamis (29/5), juga menegaskan Yaman akan terus memenuhi kewajiban agama, moral, dan kemanusiaannya terhadap rakyat Palestina hingga agresi dan blokade Israel terhadap Gaza berhenti.

Saree juga berjanji bahwa Angkatan Bersenjata Yaman akan membalas setiap serangan Israel terhadap Yaman, termasuk dengan terus memblokade lalu lintas udara ke dan dari Bandara Ben Gurion.

Yaman telah memberlakukan blokade strategis pada rute udara dan laut vital Israel untuk menghalangi pengiriman pasokan militer ke rezim tersebut atas perang genosida di Gaza.

Saree menambahkan bahwa pihaknya akan meningkatkan akselarasi operasi pembalasan mereka terhadap entitas Zionis di dalam wilayah Palestina pendudukan.

Sebuah rekaman video memperlihatkan pertandingan sepak bola dihentikan di Tel Aviv, sementara sebagian suporter memanjat tribun serta meninggalkan stadion setelah sebuah rudal ditembakkan dari Yaman.

Media Israel melaporkan bahwa dalam peristiwa itu Presiden Israel Isaac Herzog bersama istrinya dievakuasi, sementara sekira 30 ribuan suporter yang berada di dalam stadion diminta bertiarap selama 10 menit.

Seiring meningkatnya perang genosida di Gaza, Yaman memberlakukan blokade strategis pada rute-rute maritim penting, dengan tujuan menghalangi pengiriman pasokan militer ke Israel dan mendesak masyarakat internasional mengambil tindakan terkait keadaan darurat kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza. (presstv/alaraby/aljazeera)

Pemimpin Ansarullah: Beberapa Rezim Arab Jalankan Kapalnya untuk Kirim Barang ke Israel

Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayyid Abdul-Malik al-Houthi, menegaskan bahwa pelayaran di Laut Merah masih ditutup dibagi Israel, dan bahwa sebagian besar alat transportasi pengiriman di Laut Mediterania yang membawa  komoditas ke Israel adalah milik lima rezim Arab dan Islam.

Dalam pidato mingguan tentang perkembangan terbaru agresi di Jalur Gaza serta perkembangan regional dan internasional, Sayid Al-Houthi, Kamis (29/5), mengatakan, “Apa yang dilakukan beberapa rezim Arab dan Islam adalah upaya  menghindari tindakan yang diambil oleh Yaman dalam mendukung rakyat Palestina.”

Dia lantas mengatakan, “Saya kembali menyampaikan imbauan kepada rezim-rezim Arab dan Islam, yaitu sekira lima rezim, yang bekerja sama dengan Israel di bidang ekonomi, kerja sama yang krusial, yakni dengan volume yang besar, melalui pergerakan kapal-kapal di Laut Mediterania yang membawa komoditas ke dan dari musuh, Israel. Kapal-kapal itu adalah milik lima rezim Arab dan Islam.”

Dia menambahkan, “Ini sungguh memprihatikan dan sangat menyedihkan, merupakan pengkhianatan terhadap Islam dan Muslimin, dan partisipasi dalam apa yang dilakukan Israel.”

Dia juga menegaskan, “Agresi Israel di Bandara Sanaa tidak akan menghentikan operasi Yaman dalam mendukung rakyat Palestina. Angkatan bersenjata Yaman berusaha untuk meningkatkan operasi mereka pada periode mendatang agar lebih efektif dan berdampak terhadap musuh, Israel.”

Beberapa hari yang lalu, Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan dimulainya pekerjaan untuk memberlakukan blokade laut di pelabuhan Haifa di Palestina pendudukan sebagai tanggapan atas eskalasi agresi pendudukan Israel di Jalur Gaza dan blokade serta aksi pelaparan yang terus berlanjut terhadap penduduk Gaza.

Sayyid Al-Houthi mengumumkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman melakukan beberapa operasi militer pada minggu ini dengan  melesatkan 14 rudal hipersonik dan balistik serta sebuah pesawat nirawak ke wilayah Palestina pendudukan.

Menurutnya, operasi militer Yaman minggu ini menyasar target   di Jaffa, Haifa, Ashkelon, dan Umm al-Rashash di wilayah Palestina yang diduduki.

Dia menilai bahwa pendirian Yaman “terintegrasi secara politik, militer, dan kerakyatan, dan bukti terpentingnya adalah kegagalan Amerika untuk meningkatkan eskalasi terhadap Yaman.”

Ia juga menekankan, “Kondisi perang di Yaman tidak dapat menundukkan negara kami, baik secara resmi maupun populer, dan mencegahnya dari melaksanakan tugas-tugas sucinya.” (alalam)

Negara-Negara Arab Teluk Menentang Kemungkinan Serangan AS terhadap Iran

Arab Saudi, Qatar, dan UEA telah memberi tahu Presiden AS Donald Trump bahwa mereka menentang kemungkinan serangan militer AS terhadap Iran.

AS dan Iran telah mengadakan lima putaran perundingan nuklir sejak 12 April dan diperkirakan akan bertemu lagi untuk negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan baru. Kedua negara berselisih pendapat tajam mengenai tingkat pengayaan uranium.

Trump mengatakan pada hari Rabu (28/5) mengaku secara pribadi telah memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak mengganggu perundingan tersebut.

Mengutip sumber anonim yang mengetahui ihwal perundingan itu, saluran berita Amerika Axios pada hari Kamis (29/5) melaporkan bahwa para pemimpin Saudi, Qatar, dan UEA sama-sama meminta Trump dalam kunjungannya ke Timteng pada tanggal 13-16 Mei lalu agar berusaha keras mencapai perjanjian nuklir baru dengan Teheran.

Pada tahun 2018, Trump keluar dari perjanjian penting antara Iran dan beberapa negara lain yang memberikannya keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran.

Negara-negara Arab Teluk itu semula menentang kesepakatan nuklir, namun kini lebih memilih diplomasi daripada konflik, dengan alasan kekhawatiran bahwa serangan akan memancing pembalasan Iran, terutama karena ketiga negara itu menampung pangkalan militer AS, tulis Axios.

Menurut Axios, Trump diberitahu langsung oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Presiden UEA Mohammed bin Zayed, dan Emir Qatar Tamim al-Thani bahwa negara mereka keberatan atas risiko menanggung beban eskalasi.

Para pemimpin Arab itu juga khawatir tentang tindakan sepihak Netanyahu atau memengaruhi presiden AS untuk meninggalkan perundingan demi tindakan militer.

Riyadh, Doha, dan Abu Dhabi secara khusus menyatakan kekhawatiran atas serangan Israel terhadap Iran, dan menegaskan kembali dukungan mereka terhadap negosiasi diplomatik. (presstv)