Jakarta, ICMES. Petugas penyelamat Palestina telah menemukan banyak jenazah dari reruntuhan di Jalur Gaza, sementara pasukan Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.

Mantan kepala militer Israel Moshe Ya’alon mengecam koalisi yang berkuasa di bawah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan mengatakan bahwa koalisi tersebut tidak bekerja dengan itikad baik untuk membebaskan tawanan.
Pada hari ketiga serangan besar Israel terhadap kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, warga Palestina menjadi sasaran pengusiran, penangkapan massal, dan eksekusi lapangan.
Berita selengkapnya:
137 Jenazah Ditemukan di Gaza di Tengah Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel
Petugas penyelamat Palestina telah menemukan banyak jenazah dari reruntuhan di Jalur Gaza, sementara pasukan Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.
Tim penyelamat dan pertahanan sipil pada hari Kamis (23/1) mengaku menemukan sedikitnya 137 jenazah dari bawah reruntuhan dalam 24 jam terakhir.
Kementerian kesehatan di Gaza mengatakan rumah sakit telah menerima 122 jenazah, 120 di antaranya “ditemukan dari bawah reruntuhan.”
Kementerian tersebut kepada menyerukan kepada warga Gaza untuk menyerahkan informasi tentang orang yang meninggal atau hilang guna membantu memperbarui catatannya.
Ribuan warga Palestina masih terjebak di bawah reruntuhan. Jurnalis Palestina telah membagikan video di platform media sosial yang memperlihatkan para penyintas di Gaza berusaha menemukan kerabat mereka di antara jenazah yang dibungkus kain kafan putih.
Jumlah korban gugur akibat perang Israel di Gaza telah mencapai sekitar 47.300 dan dipastikan akan terus bertambah meskipun ada gencatan senjata karena akan ada temuan jenazah lagi di bawah reruntuhan setiap hari.
Sementara itu, pasukan Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, dan melancarkan serangan baru di seluruh wilayah yang terblokade tersebut.
Dalam agresi Israel terbaru, sedikitnya dua warga Palestina gugur akibat tembakan tank Israel di lingkungan Tal al-Sultan, Rafah.
Serangan quadcopter menyasar warga sipil di kamp pengungsi al-Shaboura dekat Rafah, yang mengakibatkan satu orang gugur dan beberapa lainnya cedera.
Terdapat laporan tembakan sengit dari tank-tank Israel di dekat persimpangan Karem Abu Salem di kota selatan Rafah. Persimpangan tersebut sangat penting untuk pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.
Kapal Angkatan Laut Israel juga menembaki pantai-pantai di Gaza utara dan selatan.
Netanyahu ingin memperpanjang perang
Mantan kepala militer Israel Moshe Ya’alon mengecam koalisi yang berkuasa di bawah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan mengatakan bahwa koalisi tersebut tidak bekerja dengan itikad baik untuk membebaskan tawanan.
Ya’alon mengatakan bahwa pemerintah Netanyahu bertindak melawan kepentingan entitas Israel dengan mencoba memperpanjang perang di Gaza.
“Pemerintah ingin perang berlanjut hingga akhir masa jabatannya, bertentangan dengan kepentingan Israel. Mereka tidak bertindak dengan tulus untuk membebaskan tawanan. Kita bisa saja membebaskan mereka pada November 2023,” katanya kepada Radio Militer Israel.
Itamar Ben-Gvir, mantan menteri sayap kanan Israel yang mengundurkan diri sebagai protes atas perjanjian gencatan senjata, mengecam keras dan menyebutnya sebagai “penyerahan yang gegabah” dan “penghinaan.”
Ben-Gvir dan beberapa menteri lainnya telah mengundurkan diri dari koalisi yang berkuasa di bawah Netanyahu terkait perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich belakangan ini juga mengancam akan menjatuhkan koalisi Netanyahu jika Jalur Gaza tidak diduduki. (presstv)
Israel Lakukan Eksekusi Lapangan dan Usir Warga Palestina dari Jenin
Pada hari ketiga serangan besar Israel terhadap kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, warga Palestina menjadi sasaran pengusiran, penangkapan massal, dan eksekusi lapangan, menurut laporan kantor berita Palestina, Wafa, Kamis (23/1).
Disebutkan bahwa pasukan Israel memblokir kamp itu secara total, mengerahkan unit khusus, pesawat nirawak, dan menggunakan sistem pengenalan biometrik dan wajah untuk memantau dan mengendalikan wilayah tersebut.
Pasukan Israel meningkatkan penangkapan massal, penggeledahan, dan interogasi penduduk, serta mengusir mereka secara paksa dari rumah mereka setelah menyuruh mereka keluar. Penduduk diperintah melalui pengeras suara dan selebaran yang dijatuhkan dari udara.
Kelompok advokasi Masyarakat Tahanan Palestina mengatakan pasukan Israel melakukan eksekusi lapangan sebagai bentuk “hukuman kolektif” untuk melemahkan segala bentuk perlawanan.
Sumber medis mengatakan pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 13 warga Palestina dan melukai 50 orang sejak memulai serangan pada Selasa pagi. Petugas medis yang berusaha merawat korban luka terus menghadapi pembatasan secara ekstrem oleh pasukan Israel.
Pergerakan ambulan dikontrol ketat oleh pasukan Israel, dan personel medis digeledah dan diinterogasi sebelum diizinkan membawa bantuan.
TV Palestine melaporkan bahwa liputan terhadap serbuan pasukan Israel sangat terhambat. Tentara Israel memaksa kru saluran ini agar menutup siaran langsung, menyita kamera dan telepon, dan mengancam akan menyerbu gedung tempat kantor TV tersebut berada.
Tentara mengejar wartawan, bahkan setelah mereka mencoba mundur, sehingga memperjelas bahwa pelaporan mereka tidak diinginkan.
“Kami memperkirakan kantor kami akan diserbu kapan saja,” kata koresponden Amna Bilalo.
Pada hari Selasa, militer Israel mengebom dan menyerbu Jenin saat melancarkan serangan besar-besaran di kota ini, beberapa hari setelah gencatan senjata di Gaza diberlakukan.
Pengeboman tersebut disertai dengan serangan darat skala besar oleh pasukan Israel, yang diperkirakan akan terus berlanjut untuk saat ini.
Invasi tersebut telah menyebabkan ketakutan dan kesulitan yang meluas, dengan infrastruktur lokal rusak parah dan akses medis dibatasi.
Solah, seorang penghuni kamp Jenin, menjelaskan bagaimana teknologi pengenalan biometrik digunakan untuk menargetkan para pemuda untuk diinterogasi dan ditangkap lebih lanjut, seringkali tanpa kecurigaan yang jelas.
“Mereka yang memiliki catatan ditangkap. Anda tidak tahu apa yang terjadi pada mereka setelah mereka ditangkap – apakah mereka dipukuli atau lebih buruk. Anda tidak tahu,” kata Solah.
Para pengamat menilai pemerintahan Presiden AS Donald Trump sejalan dengan serangan Israel untuk membongkar kamp-kamp pengungsi sebagai persiapan untuk aneksasi. Ini merupakan resep untuk bencana dan lebih banyak konflik yang akan datang.
Sejumlah negara Arab, yaitu Arab Saudi, UEA, Kuwait, Mesir dan Irak serta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada hari Kamis mengutuk agresi Israel yang sedang berlangsung di kota Jenin, dan menuntut agar Tel Aviv bertanggung jawab atas kejahatannya di sana. (presstv/raialyoum)
Trump Cantumkan Lagi Ansarullah Yaman dalam Daftar Teroris
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) di Yaman akan dicantumkan kembali ke daftar “organisasi teroris”.
Melalui keputusan presiden, Trump pada hari Rabu 22/1) memutuskan untuk memasukkan kembali kelompok Yaman tersebut ke dalam daftar “organisasi teroris”, setelah pemerintahan pendahulunya Joe Biden menghapusnya dari daftar tersebut.
Trump dalam sebuah pernyataan mengaku menambahkan Ansarullah ke dalam daftar tersebut pada hari-hari terakhir masa jabatan sebelumnya pada tahun 2021, tapi pemerintahan Biden menghapus mereka dari daftar setelah menjabat.
Trump mengklaim bahwa Iran menyebarkan “kegiatan teroris” di kawasan dengan berbagai cara, dan menggunakan Ansarullah “dalam konteks ini.”
Dia menganggap perlu memasukkan kembali Ansarullah ke dalam daftar karena telah menyerang kapal-kapal kargo di Laut Merah.
Pasukan Yaman kubu Ansarullah melancarkan serangan terhadap kapal kargo Israel atau yang terkait dengannya, “sebagai bentuk solidaritas terhadap Jalur Gaza,” yang menjadi sasaran perang pemusnahan Israel dengan dukungan AS sejak 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025. (raialyoum)