Rangkuman Berita Utama Jumat 22 Agustus 2025

Jakarta, ICMES. Angkatan Laut Iran pada hari Kamis (21/8) mulai menggelar latihan rudal maritim besar-besaran selama dua hari dengan sandi Sustainable Power 1404 di Samudra Hindia utara dan Laut Oman.

Iran dan Mesir mengutuk rencana “ilegal dan kriminal” Israel mengokupasi Kota Gaza dan merelokasi paksa penduduknya.

Faksi-faksi Palestina di Lebanon menyatakan bahwa insiden penyerahan senjata di kamp pengungsi Burj al-Barajneh merupakan masalah organisasi yang melibatkan gerakan Fatah dan tidak ada hubungannya dengan isu senjata Palestina di kamp-kamp tersebut.

Berita selengkapnya:

Latihan Tempur Besar, Rudal-Rudal Iran Anti-Kapal Hantam Target di Permukaan Laut

Angkatan Laut Iran pada hari Kamis (21/8) mulai menggelar latihan rudal maritim besar-besaran selama dua hari dengan sandi Sustainable Power 1404 di Samudra Hindia utara dan Laut Oman.

Dalam manuver itu, sistem-sistem rudal dan unit-unit maritim Angkatan Laut Iran berhasil menghancurkan target-target permukaan di laut menggunakan rudal jelajah Qadir dan Nasir, serta rudal jelajah antikapal jarak menengah Qader.

Ketiga rudal jelajah tersebut ditembakkan secara bersamaan dari kapal peluncur rudal Genaveh dan kapal perusak Sabalan.

Sebagai bagian dari tahapan utama latihan militer tersebut, berbagai jenis rudal jelajah angkatan laut dengan beragam jangkauan menghantam target-target mereka di Samudra Hindia utara dan Laut Oman setelah ditembakkan dari kapal-kapal permukaan Angkatan Laut.

Qader adalah rudal jelajah antikapal jarak menengah yang mampu menghindari radar dan berdaya rusak dan berpresisi tinggi, yang dirancang untuk memerangi kapal dan target pesisir.

Qader, yang diluncurkan pada Agustus 2011, berjarak jangkau 300 kilometer dan merupakan salah satu rudal terkuat dan paling presisi milik Angkatan Laut Iran.

Rudal jelajah Nasir memiliki fitur yang sama, namun berjarak jangkau pendek.

Latihan Sustainable Power 1404 melibatkan beragam kemampuan maritim, termasuk kapal permukaan dan bawah permukaan, unit udara, platform rudal pesisir-ke-laut dan berbasis laut, serta sistem peperangan elektronik.

Juru bicara latihan tersebut, Laksamana Abbas Hassani, pada hari Rabu (20/8) mengatakan bahwa berbagai rudal jelajah berpemandu presisi dengan jarak pendek, menengah, dan jauh akan diuji untuk menyerang dan menghancurkan target permukaan.

Dia menambahkan bahwa latihan tersebut bertujuan memperkuat kesiapan tempur, meningkatkan kemampuan perencanaan dan komando, serta menunjukkan kemampuan pencegahan.

Kemampuan Angkatan Laut Iran berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, memungkinkannya melakukan operasi jauh melampaui perairan teritorialnya, dan rutin menggelar latihan tempur dalam beberapa tahun terakhir untuk memperluas kemampuan rudal dan drone-nya.

Angkatan Laut Iran menekankan bahwa meningkatnya kekuatan dan partisipasinya dalam latihan multinasional berfungsi sebagai pesan kepada musuh, khususnya Amerika Serikat –  yang mempertahankan kehadiran militer yang besar di kawasan Asia Barat – bahwa Iran tidak akan menoleransi intervensi asing dalam urusan regional.

Iran juga telah memperingatkan bahwa setiap ancaman terhadap keamanan maritimnya akan ditanggapi dengan respon yang segera dan tegas. (presstv)

Iran dan Mesir Kutuk Rencana Israel Ambil Alih Kota Gaza dan Gusur Penduduknya

Iran dan Mesir mengutuk rencana “ilegal dan kriminal” Israel mengokupasi Kota Gaza dan merelokasi paksa penduduknya.

Dalam percakapan telepon pada hari Rabu (20/8), Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dan sejawatnya dari Mesir, Badr Abdelatty, menyatakan keprihatinan yang mendalam atas berlanjutnya genosida di Gaza oleh rezim Israel.

Keduanya  menekankan keharusan diakhirinya sesegera mungkin genosida terhadap rakyat Palestina dan urgensi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terblokade.

Araghchi mengatakan bahwa pertemuan darurat para menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan diadakan di kota Jeddah, Arab Saudi, pada akhir Agustus atas permintaan Iran dan beberapa negara anggota lainnya untuk membahas perkembangan terbaru di Palestina, khususnya di Jalur Gaza.

Menurutnya, pertemuan di Jeddah akan menjadi kesempatan untuk koordinasi sikap dan pengambilan langkah-langkah praktis guna membantu rakyat tertindas Palestina dan melawan agresivitas Rezim Zionis Israel, termasuk yang terkait visi “Israel Raya”, yang mencanangkan okupasi wilayah sejumlah negara Arab.

Di pihak lain, Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty menyebutkan upaya terbaru negaranya dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Israel pada hari Rabu mulai mengerahkan pasukannya di pinggiran Kota Gaza sebagai persiapan untuk melaksanakan rencananya menduduki wilayah perkotaan terbesar di Jalur Gaza.

Militer Israel melaporkan peluncuran operasi militer “Gideon II”, yang merupakan lanjutan dari serangan brutal pada bulan Mei di mana Israel meningkatkan eskalasi perang genosida di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 hingga sekarang.

Pasukan perlawanan Palestina, Hamas, memperingatkan bahwa Israel akan gagal mewujudkan ambisinya.

Hamas juga menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan melanjutkan serangan tersebut, meskipun Hamas telah menyatakan persetujuannya atas proposal terbaru gencatan senjata, yang dirancang oleh Amerika Serikat dan diajukan oleh Qatar dan Mesir. (presstv)

Faksi-Faksi Palestina di Lebanon Bantah Serahkan Senjata

Faksi-faksi Palestina di Lebanon menyatakan bahwa insiden penyerahan senjata di kamp pengungsi Burj al-Barajneh merupakan masalah organisasi yang melibatkan gerakan Fatah dan tidak ada hubungannya dengan isu senjata Palestina di kamp-kamp tersebut.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (21/8), faksi-faksi itu menjelaskan, “Beberapa media telah menyebarkan laporan tentang niat penyerahan senjata di kamp-kamp Palestina, khususnya di kamp Burj al-Barajneh. Kami, faksi-faksi Palestina di Lebanon, harus dengan tegas mengonfirmasi bahwa berita ini sepenuhnya salah dan tidak faktual.”

Mereka mengklarifikasi bahwa apa yang terjadi di dalam kamp Burj al-Barajneh merupakan masalah internal organisasi gerakan Fatah, dan sama sekali tidak terkait dengan isu senjata Palestina di kamp-kamp tersebut.

“Kami, faksi-faksi Palestina di Lebanon, menegaskan komitmen kami yang berkelanjutan terhadap keamanan dan stabilitas kamp-kamp kami dan sekitarnya, dan menegaskan kembali komitmen penuh kami terhadap hukum Lebanon dan penghormatan kami terhadap kedaulatan negara dan lembaga-lembaganya, seraya berupaya memperkuat hubungan persaudaraan antara rakyat Palestina kami dan rakyat kami di Lebanon,” ungkap mereka.

Mereka menambahkan, “Senjata akan selalu menjadi senjata yang terkait dengan hak untuk pulang dan perjuangan Palestina untuk mendapat keadilan. Senjata-senjata itu akan tetap ada selama pendudukan masih berlangsung di tanah Palestina, dan senjata-senjata itu hanya akan digunakan untuk menghadapi musuh, Zionis, hingga rakyat kami meraih hak mereka untuk pulang, memperoleh kebebasan, dan membentuk negara merdeka mereka di negeri mereka.”

Sebelumnya, juru bicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh, mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai dengan Lebanon untuk memulai penyerahan senjata yang disimpan di kamp-kamp Palestina kepada tentara Lebanon sebagai titipan.

Abu Rudeineh menambahkan bahwa berbagai pihak Palestina telah melakukan gelombang pertama penyerahan senjata yang disimpan di kamp Burj al-Barajneh dan al-Bass kepada tentara Lebanon pada hari Kamis, sementara proses penyerahan di kamp-kamp lainnya akan diselesaikan secara bertahap.

Dia menjelaskan bahwa hal ini sesuai dengan pernyataan presiden yang dikeluarkan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Lebanon Jenderal Joseph Aoun pada 21 Mei, setelah pembicaraan resmi mereka di Beirut. (raialyoum)