Rangkuman Berita Utama  Jumat 13 Juni 2025

Jakarta, ICMES. Kementerian Intelijen Iran menerbitkan babak pertama pembongkaran dokumen Rezim Zionis Israel yang berhasil dicuri oleh intelijen Iran. Pada babak ini, Iran membongkar persekongkolan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, dengan Israel terkait proyek nuklir Iran.

Iran mengecam resolusi “bermotif politik” yang diadopsi oleh Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA),  dan menegaskan akan membangun fasilitas baru pengayaan uranium di lokasi yang aman.

Presiden AS Donald Trump memperingatkan adanya “peluang konflik besar” di Timur Tengah, dan “kemungkinan” serangan Israel terhadap Iran.

Berita selengkapnya:

Rilis Babak Pertama Dokumen Israel, Iran Bongkar Skandal Pengkhianatan Dirjen IAEA

Kementerian Intelijen Iran menerbitkan babak pertama pembongkaran dokumen Rezim Zionis Israel yang berhasil dicuri oleh intelijen Iran.

Pada babak ini, Iran memperlihatkan dokumen membongkar adanya koordinasi erat dan kerja sama penuh antara Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, dan Israel, terkait dengan proyek nuklir sipil Iran.

Menurut  dokumen ini, Grossi memulai kerja sama dengan Israel pada tahun 2016, menyesuaikan laporannya tentang Iran dengan agenda kotor Israel dan pelaksanaan perintahnya.

Salah satu dokumen menunjukkan bahwa koordinasi antara Grossi dan Israel mencapai puncaknya hanya lima bulan setelah penandatanganan perjanjian nuklir, karena kedua belah pihak berusaha membangkitkan ketegangan terhadap Iran demi merusak perjanjian tersebut.

Dokumen itu juga mengungkap komunikasi langsung dan terkoordinasi Grossi dengan perwakilan Israel di IAEA, Merav Zafary-Odiz. Satu dokumen menyatakan bahwa Odiz meminta pertemuan mendesak dengan Grossi pada 10 Mei 2016, sebagai bagian dari rencana terkoordinasi untuk menghalangi kegiatan nuklir damai Iran.

Informasi yang bocor itu menunjukkan bahwa Odiz ditugaskan oleh otoritas Israel untuk mengalihkan perhatian internasional dari persenjataan nuklir Israel yang tidak dideklarasikan, dan di saat yang sama berupaya untuk mendistorsi citra program nuklir damai Republik Islam Iran.

Dari dokumen itu juga diketahui bahwa beberapa ilmuwan nuklir terkemuka Iran terbunuh karena nama mereka diungkapkan oleh IAEA.

Dilaporkan bahwa dokumen tersebut membuktikan bahwa surat resmi dan rahasia Iran kepada IAEA , yang berisi informasi sensitif, ternyata disalurkan ke badan intelijen Israel melalui saluran rahasia.

Kementerian Intelijen Iran baru-baru ini mengumumkan pihaknya  telah melakukan operasi keamanan yang kompleks di dalam wilayah Palestina pendudukan dan berhasil memperoleh sejumlah besar dokumen sensitif di bidang keamanan dan nuklir Israel dan perilaku tersembunyinya di panggung internasional. (alalam)

Kecam Resolusi “Politis” IAEA, Iran akan Bangun Fasilitas Pengayaan Uranium Baru di Lokasi Aman

Iran mengecam resolusi “bermotif politik” yang diadopsi oleh Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA),  dan menegaskan akan membangun fasilitas baru pengayaan uranium di lokasi yang aman.

Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) dan Kementerian Luar Negeri pada hari Kamis (12/6) merilis pernyataan bersama setelah Dewan Gubernur IAEA yang beranggotakan 35 negara mengeluarkan resolusi yang menuduh Iran “tidak mematuhi” kewajibannya di bidang nuklir.

Resolusi yang dirancang oleh AS, Inggris, Prancis, dan Jerman tersebut disahkan dengan 19 suara mendukung, tiga suara menentang, dan 11 suara abstain. Rusia, Tiongkok, dan Burkina Faso memberikan suara menentang, sementara negara-negara yang abstain antara lain ialah Indonesia, Afrika Selatan, India, Pakistan, Mesir, dan Brasil.

“Seperti yang telah kami umumkan sebelumnya, Republik Islam Iran tidak punya pilihan selain menanggapi resolusi politis ini,” bunyi pernyataan bersama itu sebagai reaksi terhadap resolusi tersebut.

Pernyataan itu menyebutkan bahwa Kepala AEOI Mohammad Eslami telah mengeluarkan instruksi yang diperlukan untuk “membangun pusat pengayaan baru di lokasi yang aman”, dan situs baru itu  akan menggantikan mesin pengayaan generasi pertama di fasilitas nuklir Fordow dengan mesin canggih generasi keenam.

Kementerian Luar Negeri Iran dan AEOI mengatakan resolusi tersebut merupakan penggunaan instrumen lain dari dewan pengurus yang didasarkan pada motif politik dan tidak memiliki dasar teknis dan hukum.

Mereka juga  menegaskan kembali kepatuhan penuh Iran kepada komitmennya, dan menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada laporan IAEA yang menunjukkan ketidakpatuhan Teheran terhadap komitmennya atau adanya penyimpangan apa pun dari kegiatan nuklirnya.

Pernyataan bersama itu menyebut laporan IAEA bersifat “politis dan bias”, dan menilai AS dan Troika Eropa (Inggris, Prancis dan Jerman) telah melangkah lebih jauh dengan menyusun resolusi yang konten utamanya juga bertentangan dengan laporan dirjen IAEA.

Pernyataan itu juga mengecam keempat negara tersebut karena tetap bungkam terhadap keengganan Israel bergabung dengan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) dan program terselubunganya untuk mengembangkan senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir. (presstv)

Trump Peringatkan Kemungkinan Pecahnya “Konflik Besar” Iran VS Israel

Presiden AS Donald Trump memperingatkan adanya “peluang konflik besar” di Timur Tengah, dan “kemungkinan” serangan Israel terhadap Iran.

Kepada wartawan pada hari Kamis (12/6), Trump mengaku “ingin menghindari konflik” dan mengimbau Israel menunda rencana serangannya terhadap situs nuklir Iran mengingat bahwa Washington dan Teheran masih melanjutkan negosiasi di bidang nuklir.

“Saya ingin mencapai kesepakatan dengan Iran. Kami cukup dekat dengan kesepakatan… Saya lebih suka kesepakatan,” ungkapnya.

Dia menambahkan, “Selama saya pikir ada kesepakatan, saya tidak ingin mereka (Israel) masuk karena saya pikir itu akan merusaknya – mungkin sebenarnya membantu, tetapi juga bisa merusaknya.”

Meski demikian, Trump juga mengatakan bahwa serangan Israel “sangat mungkin terjadi”, tanpa merinci apakah AS akan berpartisipasi atau membantu dalam serangan.

Sehari sebelumnya, AS menarik beberapa diplomatnya dari kawasan yang rawan terdampak konflik, dan menempatkan kedutaannya dalam siaga tinggi di tengah laporan kemungkinan serangan Israel terhadap Iran.

Dia mengatakan, “Ada kemungkinan konflik besar. Kami memiliki banyak orang Amerika di kawasan ini. Dan saya berkata: Kita harus memberi tahu mereka untuk keluar karena sesuatu bisa segera terjadi, dan saya tidak ingin menjadi orang yang tidak memberi peringatan, dan rudal terbang ke gedung-gedung mereka. Itu mungkin terjadi.”

Kemudian, presiden AS pada hari Kamis menegaskan kembali komitmennya untuk berdiplomasi dengan Iran.

“Seluruh Pemerintahan saya telah diarahkan untuk bernegosiasi dengan Iran. Mereka bisa menjadi Negara Besar, tapi mereka pertama-tama harus sepenuhnya menanggalkan harapan untuk memperoleh senjata nuklir,” tulisnya dalam sebuah postingan di media sosial. (mm/aljazeera)