Jakarta, ICMES. Sebulan setelah perang Israel terhadap Iran, yang berakhir setelah AS mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat, pendirian Iran menjadi semakin solid, disertai pesan-pesan politik dan militer yang menegaskan bahwa keadaan setelah perang tersebut tidak akan sama dengan sebelumnya.

Pemimpin gerakan Ansarullah di Yaman, Sayyid Abdul Malik al-Houthimemastikan pasukan Yaman akan terus membela Gaza, dan bahwa pengumuman mereka mengenai operasi pembelaan tahap keempat merupakan langkah penting di tengah memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengumumkan peledakan ranjau darat berdaya ledak tinggi terhadap buldoser militer Israel di Jabalia, sementara Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menyebut perang di Jalur Gaza ilegal dan bermotif pribadi Netanyahu.
Berita selengkapnya:
Iran Tuntut AS Bayar Ganti Rugi jika Ingin Bernegosiasi Lagi Soal Nuklir
Sebulan setelah perang Israel terhadap Iran, yang berakhir setelah AS mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat, pendirian Iran menjadi semakin solid, disertai pesan-pesan politik dan militer yang menegaskan bahwa keadaan setelah perang tersebut tidak akan sama dengan sebelumnya.
Dalam pidatonya, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan negaranya telah “mengalahkan Israel dengan Iron Dome-nya dan Amerika Serikat dengan peralatan militer canggihnya,” dan bahwa “tidak ada kekuatan yang dapat melumpuhkan bangsa yang bersatu.”
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mematok kompensasi atas kerugian yang diderita Iran akibat agresi Israel sebagai prasyarat untuk memasuki perundingan nuklir.
Dalam wawancara dengan Financial Times, Araghchi mengatakan bahwa Iran menuntut kompensasi atas kerusakan yang dideritanya akibat agresi 12 hari tersebut.
Araghchi juga mendesak Washington memberikan penjelasan mengenai alasan di balik agresinya terhadap Iran di tengah negosiasi, dan menyodorkan jaminan bahwa tindakan tersebut tidak akan terulang.
Menteri Luar Negeri Iran menilai bahwa agresi tersebut membuktikan bahwa solusi militer tidak berlaku untuk program nuklir Iran dan bahwa solusi yang dinegosiasikan adalah pilihan yang dapat dicapai.
Dia juga memastikan komitmen Iran kepada program nuklir damainya, dan kepatuhannya kepada fatwa Pemimpin Besarnya, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, yang mengharamkan produksi senjata nuklir.
Araghchi menjelaskan bahwa Iran berkemampuan membangun kembali fasilitas nuklirnya dan melanjutkan pengayaan uranium, namun waktu dan tempatnya bergantung pada keadaan.
Kementerian Luar Negeri Iran mengecam langkah-langkah baru AS, yang menargetkan individu, lembaga, dan kapal yang terkait dengan sektor energi dan minyak.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Esmail Baghaei mengatakan bahwa tindakan demikian merupakan “kejahatan terhadap kemanusiaan,” dan menekankan bahwa Washington “telah kecanduan menggunakan instrumen unilateral dan ilegal yang mengancam tatanan global.” (alalam)
Pemimpin Ansarullah Pastikan akan Terus Menyerang Kapal yang Bekerjasama dengan Israel
Pemimpin gerakan Ansarullah di Yaman, Sayyid Abdul Malik al-Houthi, dalam pidatonya mingguannya pada hari Kamis (31/7) memastikan pasukan Yaman akan terus membela Gaza, dan bahwa pengumuman mereka mengenai operasi pembelaan tahap keempat merupakan langkah penting di tengah memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Dia menjelaskan bahwa tahap keempat, yang diumumkan Angkatan Bersenjata Yaman tiga hari sebelumnya, mencakup penargetan kapal-kapal perusahaan mana pun yang berbisnis dengan Israel.
Dia juga menyebutkan bahwa dalam pekan ini mereka telah melancarkan “10 operasi rudal dan pesawat nirawak, yang antara lain menyasar Bandara Lod (Ben Gurion).”
Minggu lalu, Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan keputusan mereka meningkatkan operasi militer terhadap Israel, dan menegaskan bahwa mereka telah memulai tahap keempat blokade terhadap Israel yang mereka sebut “musuh”.
Juru bicara militer Yaman kubu Ansarullah, Brigjen Yahya Saree, saat itu mengatakan bahwa fase keempat pembelaan tersebut mencakup “penargetan semua kapal milik perusahaan mana pun yang bertransaksi dengan pelabuhan pihak musuh, di mana pun mereka dapat menjangkaunya.”
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Saree mengonfirmasi bahwa perusahaan yang mengabaikan peringatan akan diserang, terlepas dari tujuan atau kewarganegaraan mereka.
“Angkatan Bersenjata Yaman memperingatkan semua perusahaan untuk berhenti bertransaksi dengan pelabuhan Israel, terhitung sejak pernyataan ini diumumkan. Jika mereka tidak merespon maka kapal mereka, terlepas dari tujuannya, akan ditargetkan di mana pun mereka dapat dijangkau oleh rudal dan drone kami.”
Saree memperingatkan, “Semua negara jika ingin menghindari eskalasi ini harus menekan musuh untuk menghentikan agresinya dan mencabut blokade di Jalur Gaza. Tidak ada orang bebas di bumi ini yang dapat menerima apa yang sedang terjadi.”
Dalam perkembangan terbaru, Saree pada hari Kamis mengumumkan keberhasilan pelaksanaan tiga operasi militer pasukan pesawat nirawak, yang membidik tiga target penting musuh Israel dengan lima unit drone. Tiga target itu ialah lokasi sensitif di wilayah dengan dua drone, situs militer di wilayah Ashkelon dengan dua drone, dan situs militer di wilayah Negev dengan sebuah drone.
Pekan lalu, Sayyid al-Houthi menyatakan pihaknya sedang mempertimbangkan opsi eskalasi tambahan untuk mendukung warga Palestina di Gaza, seiring berlanjutnya operasi maritim pasukan Yaman terhadap kapal-kapal milik atau yang menuju Israel.
Dalam pidatonya mengenai perkembangan terbaru agresi di Jalur Gaza, dia mengatakan bahwa pendirian resmi dan populis mereka, di semua tingkatan, akan mengerahkan segala upaya untuk mendukung rakyat Palestina.
Dia menyebutkan ihwal pengembangan kemampuan militer Yaman yang berkelanjutan agar lebih efektif dalam “menghukum dan menekan musuh.”
Dia juga mengonfirmasikan kontinyuitas “larangan pelayaran bagi Israel” dan bahwa pelabuhan Umm al-Rashrash (Eilat) telah kembali ditutup total, yang menurut Sayyid Al-Houthi, telah menyebabkan kerugian signifikan bagi Israel. (raialyoum/alalam)
Brigade Al-Qassam Ledakaan Buldoser Israel di Gaza, Olmert Minta Netanyahu Diadili
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengumumkan peledakan ranjau darat berdaya ledak tinggi terhadap buldoser militer Israel di Jabalia.
Dalam pernyataan singkatnya, Brigade Al-Qassam, pada hari Kamis (31/7) menyatakan bahwa para pejuangnya “setelah kembali dari garis pertempuran, menginformasikan peledakan ranjau darat berdaya ledak tinggi terhadap buldoser militer Israel D9 di dekat Masjid Al-Omari di Jabalia, bagian utara Jalur Gaza, pada 28 Juli 2025.”
Faksi-faksi pejuang Palestina terus mendokumentasikan operasi mereka melawan pasukan pendudukan Zionis sejak dimulainya serangan darat ke Jalur Gaza pada 27 Oktober 2023. Mereka melakukan penyergapan yang mengakibatkan kerugian manusia dan material yang signifikan di pihak Israel, selain menjatuhi kota-kota dan permukiman dengan roket jarak menengah dan jauh.
Pasukan Israel, yang didukung oleh AS dan Eropa, telah melanjutkan agresinya terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, mencegah masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Agresi militer dalam bentuk genosida di Gaza sejauh ini telah menjatuhkan korban jiwa lebih dari 60.000 warga Palestina dan korban luka lebih dari 147.000 orang.
Sementara itu, Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menyebut perang di Jalur Gaza ilegal dan bermotif pribadi.
“Perang Gaza adalah perang ilegal yang dilancarkan untuk kepentingan pribadi dan politik perdana menteri (Benjamin Netanyahu), dan akibatnya, tentara kita terbunuh,” ujarnya.
“Tidak seorang pun yang bertanggung jawab di Israel dapat menjelaskan apa yang sedang kami lakukan di Gaza,” sambungnya.
Dia juga mengatakan, “Kita telah cukup banyak membunuh dan menghancurkan di Gaza.”
Dia menilai sejumlah insiden di Jalur Gaza dapat dianggap sebagai kejahatan perang, dan karena itu dia menyerukan pengadilan terhadap Netanyahu.
“Netanyahu harus diadili atas kejahatan yang dilakukannya setiap hari terhadap Israel dan rakyatnya,” tegasnya.
Olmert juga mengecam keras rencana “kota kemanusiaan” di Gaza selatan, menyebutnya “menjijikkan” dan berpotensi ditafsirkan sebagai kamp konsentrasi, serta menyebut perumusan rencana demikian sebagai “kejahatan.”
Mantan Perdana Menteri Israel itu menilai Presiden AS Donald Trump sebagai satu-satunya orang yang mampu mengubah keadaan. Menurutnya, jika Trump memberi tahu Netanyahu bahwa situasi di Gaza telah mencapai batasnya maka Netanyahu akan mengambil langkah mundur. (alalam/raialyoum)









