Rangkuman Berita Timteng Senin 31 Desember 2018

menlu bahrain Khalid bin Ahmed Al KhalifahJakarta, ICMES: Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed Al Khalifah memuji Suriah sebagai pemain kunci di kancah politik Timteng.

Wakil Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran Brigjen Hossein Salami menegaskan Iran sanggup mencegat Amerika Serikat di udara, darat dan laut.

Media online Rai al-Youm mengungkap beberapa rincian baru mengenai penangkapan diktator Irak mendiang Saddam Hossein pada hari peringatan eksekusinya yang jatuh pada tanggal 30 Desember.

Sekjen gerakan Jihad Islam, Amin Nakhale, menilai tujuan dari semua prakarsa penyelesaian konflik Palestina-Israel sejauh ini adalah untuk melindungi entitas Zionis.

Berita selengkapnya:

Menlu Bahrain Sebut Suriah Negara Arab Utama

Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed Al Khalifah menyebut Suriah sebagai pemain kunci di kancah politik Timteng, dan menegaskan bahwa pemerintah Manama menyokong Suriah dalam perjuangan melindungi kedaulatan dan integritas teritorialnya terhadap segala tindakan agresi.

Hal tersebut dinyatakan Al Khalifah, di halaman Twitter resminya yang bertanggal 28 Desember 2018.

“Suriah adalah negara Arab utama di kawasan. Kami tidak memutuskan hubungan dengan Suriah betapapun sulit situasinya. Kami mendukung upayanya melindungi kedaulatan dan integritasnya dari segala bentuk pelanggaran.  Kami bersamanya dalam upaya memulihkan stabilitas di seluruh wilayahnya, mewujudkan keamanan, dan membawa kesejahteraan bagi bangsanya yang merupakan saudara kami,” tulis Al Khalifa.

Kementerian Luar Negeri Bahrain dalam sebuah pernyataan Jumat lalu mengumumkan bahwa pekerjaan di Kedutaan Besar Bahrain untuk Suriah sedang berlangsung, sementara Kedutaan Besar Suriah untuk Bahrain sedang menjalankan tugasnya, dan penerbangan yang menghubungkan kedua negara bersifat operasional tanpa gangguan.

Kamis lalu Uni Emirat Arab (UEA) secara resmi membuka kembali kedutaan besarnya untuk Suriah di Damaskus.

Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional UEA menyatakan bahwa pembukaan kembali kedutaannya untuk Suriah “menegaskan kembali kepastian UEA untuk memulihkan hubungan antara kedua negara sahabat itu ke jalurnya yang normal.” (presstv)

IRGC: Iran Sanggup Cegat AS Di Udara, Darat, Dan Laut

Wakil Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Brigjen Hossein Salami menegaskan Iran sanggup mencegat Amerika Serikat (AS) di udara, darat dan laut.

“Iran sekarang sanggup mencegat AS melalui udara, darat dan laut (di kawasan Teluk Persia)… AS berada dalam proses kejatuhannya secara politik dan militer. Fakta ini nyata, bukan ilusi,” ujar Salami dalam pidato pada sebuah rapat akbar di Lapangan Imam Hussein, Teheran, Ahad (30/12/2018), pada peringatan peristiwa 30 Desember berupa pemberantasan kerusuhan pasca pemilu presiden tahun 2009.

Dia mengatakan bahwa salah satu manifestasi terpenting dari proses kejatuhan AS itu adalah penarikan pasukan AS dari kawasan dengan tangan kosong tanpa meraih keuntungan apapun.

Dia menambahkan bahwa AS sedang menderita depresi, karena meneken perjanjian nuklir tapi kemudian keluar darinya, sedangkan di Suriah dan Irak telah menghamburkan dana miliaran dolar tanpa mendapatkan laba sama sekali.

Dia melanjutkan bahwa meskipun demikian, AS tetap mengincar bangsa Iran sebagai sasaran konspirasinya.

“Meskipun kalah, AS masih terfokus pada orang-orang Iran, tapi yakinlah bahwa kali inipun mereka juga akan kalah,” sumbar Salami.

Dia memastikan bangsa Iran kini lebih tangguh, optimis, loyal kepada pemimpinnya, dan konsisten kepada cita-citanya. (raialyoum)

Beberapa Fakta Lagi Terungkap Mengenai Penangkapan Saddam Hossein

Media online Rai al-Youm mengungkap beberapa rincian baru mengenai penangkapan diktator Irak mendiang Saddam Hossein pada hari peringatan eksekusinya yang jatuh pada tanggal 30 Desember.

“Saddam Hussein ditangkap oleh pasukan AS setelah operasi intelijen yang melibatkan pihak-pihak Israel, Amerika Serikat (AS), dan Arab,” ungkap surat kabar yang berbasis di London, Inggris, itu berdasarkan keterangan salah satu pemimpin oposisi Yordania, Mohammad Khalaf al-Hadid, yang juga berurusan dengan masalah Irak.

“Benang merah penangkapan Saddam dimulai dengan pelarian seorang perwira Irak ke Yordania bersama sejumlah besar orang lain ketika pasukan AS menyerang bagian barat Baghdad. Nama perwira itu  As’ad Yassin, yang diinterogasi di Yordania. Dia memberikan informasi kepada pihak AS di Amman (Yordania) melalui sebuah negara Arab dari orang lain bernama Mohammed Ibrahim yang dikirim oleh Saddam kepadanya supaya  dia bergabung dengan perlawanan dan menghadap Saddam di  Tikrit,” terang al-Hadid.

Dia mengklaim bahwa informasi tersebut menjadi pegangan dalam operasi pengejaran intelijen yang kompleks di tempat-tempat di mana Saddam diduga dapat ditemukan.

Disebutkan pula bahwa intelijen AS menangkap Ibrahim, seorang Palestina yang terlibat kontak dengan kroni Saddam. Mossad lantas melakukan interogasi disertai penyiksaan terhadapnya dan kemudian memperoleh informasi detail tentang keberadaan Saddam.

Laporan itu mengklaim bahwa “Perdana Menteri Israel (saat itu) Ariel Sharon sangat antusias atas proses tersebut sehingga dia bahkan menjadi pengunjung pertama Saddam Hussein setelah penangkapannya di sebuah penjara untuk dapat melihatnya di balik jeruji besi.”

Rai al-Youm menyebutkan “Perwira Asaad Yassin, yang tinggal di Amman, juga memberikan informasi kepada seorang gadis Maroko yang direkrut oleh Mossad (badan intelijen Israel) terkait dengan senjata pemusnah massal dan reaktor nuklir Irak,” dan Yassin adalah sepupu dan salah satu kroni Saddam.

Pada 30 Desember 2006 otoritas Irak mengeksekusi Saddam atas kejahatannya terhadap kemanusiaan, dan dengan demikian berakhirlah fase sejarah Irak yang diperintah oleh Saddam selama hampir seperempat abad. (raialyoum)

Sekjen Jihad Islam Palestina: Kemampuan Kubu Resistensi Meningkat

Sekjen gerakan Jihad Islam, Amin Nakhale, menilai tujuan dari semua prakarsa penyelesaian konflik Palestina-Israel sejauh ini adalah untuk melindungi entitas Zionis.

“Semua proyek penyelesaian telah gagal karena mereka belum memenuhi tujuan minimum rakyat Palestina… Kami akan terus melawan entitas Zionis sampai Palestina kembali kepada bangsanya,” katanya dalam sebuah wawancara eksklusif dengan televisi Al-Alam, Ahad (30/12/2018), sembari mengingatkan bahwa prinsip tidak boleh diabaikan.

Dia menekankan bahwa prakarsa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat ini merupakan jargon baru untuk plot baru, dan memaksakan sebentuk terorisme di kawasan.

“Prakarsa Trump telah gagal sejak diluncurkan dan tidak ada yang berubah di kawasan… Perlawanan membesar dengan adanya berbagai tantangan, dan menciptakan cara-cara baru untuk menghadapi tantangan ini,” tegasnya.

Nakhale juga menekankan bahwa rakyat Palestina tidak akan menyerahkan hak mereka untuk meniadakan entitas Zionis dari kawasan, dan menekankan bahwa “muqawamah (resistensi) telah membuktikan kemampuannya menghadapi entitas itu, dan rakyat Palestina merawat perlawanan ini.”

“Pesan dari rakyat Palestina adalah bahwa resistensi merupakan tema periode, rakyat Palestina tidak akan menanggalkan opsi ini, dan entitas Zionis sedang menuju kehancuran, insya Allah,” harapnya.

Mengenai kemampuan Kubu Resistensi dalam menghadapi rezim pendudukan Zionis Israel, dia memastikan bahwa kubu ini memiliki kemampuan tempur dan sumber daya manusia yang baik dalam menghadapi proyek Zionis, dan telah menjadi kendala utama bagi proyek Zionis.

Dia menilai “negara-negara Arab telah gagal menjawab pertanyaan tentang eksistensi Israel di kawasan itu,” dan  “perjanjian Oslo terbukti kandas.”

“Proyek perdamaian gagal, dan terjadi keruntuhan Arab, sementara perlawanan meningkat di sisi lain…. Keseimbangan rasa takut yang telah diciptakan oleh Kubu Resistensi di kawasan tidak pernah tercapai sebelumnya, dan kubu ini telah mencetak eksistensinya yang kuat di lapangan,” terangnya.

Dia lantas menekankan bahwa perlawanan bersenjata akan tetap menjadi jargon utama dalam menghadapi Rezim Zionis Israel. (alalam)