Jakarta, ICMES: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Buenos Aires, Argentina, tercatat telah sepenuhnya memasa bodohkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman (MbS).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan kepada masyarakat dunia agar mencarikan solusi secepatnya untuk perang saudara di Yaman.
Militer Iran menegaskan akan terus menguji dan mengembangkan rudal sesuai dengan kebijakan preventifnya, meskipun ditentang keras oleh para pejabat Amerika Serikat (AS).
Mantan wakil kepala dewan negosiasi oposisi Suriah pada “Konferensi Riyadh 2” Khaled Mahameed menyatakan bahwa sesuai kesepakatan internasional Rusia akan bergerak menumpas kelompok teroris Jabhat al-Nusra dan sekutunya.
Berita selengkapnya:
Erdogan Cueki Bin Salman Di KTT G20
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Buenos Aires, Argentina, tercatat telah sepenuhnya memasa bodohkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman (MbS) ketika Erdogan melintas tepat di depannya, padahal di sela tersebut MbS berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sikap Erdogan ini dinilai sebagai cara dia untuk menunjukkan bahwa Turki tidak akan mundur dalam pendiriannya terhadap kasus pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober lalu.
Tak hanya itu, Erdogan bahkan sengaja menghindari peristiwa apapun yang mengesankan adanya hasrat Turki untuk berdialog dengan Saudi di sela KTT G20. Dalam rangka ini, dia sudah berpesan kepada pihak protokoler Turki untuk sedapat mungkin menghindari momen yang dapat dimanfaatkan oleh MbS untuk dialog.
Sikap cuek Erdogan terhadap MbS saat melintas di depannya menandakan berlanjutnya krisis hubungan Turki dengan Saudi, meskipun MbS pada KTT “Davos in Desert 2018” telah berbasi-basi dengan memuji hubungan Saudi-Turki dan menyebut Erdogan sebagai pemimpin besar.
Meski demikian, kepada wartawan di sela KTT G20 Sabtu lalu Erdogan menyinggung Saudi dengan mengatakan bahwa Ankara tak berniat merusak hubungannya dengan Riyadh.
“Kami belum pernah melihat ini sebagai masalah politik. Kami ingin memastikan bahwa pembunuhan terungkap dalam semua aspeknya, dan bahwa para pelaku diadili,” katanya.
Erdogan mengatakan pembunuhan itu diperintahkan oleh pimpinan tertinggi Saudi, tetapi bukan Raja Salman, sehingga MbS-lah yang menjadi sorotan publik.
“Kami tidak tertarik untuk melukai negara Arab Saudi atau keluarga kerajaan Saudi. Kami percaya untuk menerangkan semua aspek pembunuhan, dan penuntutan semua pelaku akan menjadi kepentingan Arab Saudi, ”lanjut Erdogan.
Seperti diketahui, kasus pembunuhan Khashoggi mengusik hubungan Arab Saudi dengan Turki dan Barat serta menjatuhkan citra MbS di mata dunia.
Saudi mengklaim MbS tidak mengetahui sebelumnya pembunuhan itu. Saudi memberikan penjelasan-penjelasan yang tak singkrun satu lain hingga kemudian menyatakan bahwa Khashoggi terbunuh dengan kondisi mayatnya termutilasi. (raialyoum/reuters)
Erdogan: Yaman Diterlantarkan Karena Tak Kaya Minyak
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan kepada masyarakat dunia agar mencarikan solusi secepatnya untuk perang saudara di Yaman.
Dengan menggunakan bahasa Arab di halaman Twitternya, Ahad (2/12/2018), dia menyatakan bahwa situasi di Yaman memburuk hingga tahap yang “melukai bukan hanya hati Muslimin, melainkan juga kemanusiaan secara keseluruhan.”
Dia menuliskan, “Kita harus secepatnya meringankan penderitaan rakyat teraniaya Yaman yang terlantar untuk menentukan nasib sendiri karena hidup di sebuah kawasan geografis yang tidak memiliki kekayaan minyak.”
Cuitan Erdogan ini mengemuka setelah ada upaya-upaya internasional untuk penyelenggaraan perundingan damai di Swedia yang diperkirakan akan diselenggarakan pada pekan mendatang demi meredakan apa yang disebut oleh PBB sebagai “krisis kemanusiaan terburuk di dunia.”
Perundingan ini akan mempertemukan delegasi dua pihak yang bertikai, yaitu kubu mantan presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi yang dibantu secara militer oleh Arab Saudi dan sekutunya di satu pihak dan kubu Ansarullah (Houthi) yang mendapat dukungan politik dari Iran di pihak lain.
Beberapa media Barat menyebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekutunya di Eropa telah mengambil keputusan untuk menekan Riyadh agar mengentikan invasi militernya terhadap Yaman yang dilakukan dengan dalih berusaha memulihkan pemerintahan Mansour Hadi.
Belakangan ini AS dilaporkan telah memutuskan untuk menunda voting untuk draf resolusi yang diajukan Inggris kepada Dewan Keamanan PBB. Draf ini bertujuan menghentikan perang di Pelabuhan Hudaydah di bagian barat Yaman dan memulai lagi pengiriman bantuan kemanusiaan ke semua wilayah negara ini. (rt)
Militer Iran Nyatakan Akan Terus Mengujicoba Rudal
Militer Iran menegaskan akan terus menguji dan mengembangkan rudal sesuai dengan kebijakan preventifnya, meskipun ditentang keras oleh para pejabat Amerika Serikat (AS).
Juru bicara senior Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Abolfazl Shekarchi, Ahad (2/12/2018), menegaskan, “Ujicoba rudal dan kemampuan defensif keseluruhan Republik Islam adalah untuk (tujuan) pertahanan dan sejalan dengan (kebijakan) pencegahan negara kami… Kami akan terus melanjutkan, baik ujicoba maupun pengembangan rudal.”
“Dia menambahkan, “Masalah ini berada di luar kerangka negosiasi dan merupakan bagian dari keamanan nasional kita. Kami tidak akan meminta izin negara apa pun dalam hal ini. ”
Dia kemudian menyampaikan lagi pemberitahuan kepada negara-negara regional bahwa Iran tidak mencampuri kepentingan negara lain dan bahwa kebijakan Iran tersebut semata-mata demi meningkatkan kemampuannya mencegah serangan musuh dan mempertahankan negara.
Pernyataan Shekarchi ini merupakan tanggapan atas klaim Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo melalui akun Twitter-nya bahwa Iran “baru saja menguji-tembak rudal balistik jarak menengah” yang melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 .
Pompeo mengutuk apa yang disebutnya “menumbuhkanpengujian rudal dan proliferasi rudal” Iran, dan menyeru negara republik Islam ini agar menghentikan kegiatan itu.
Sebelumnya pada hari yang sama Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi menolak klaim Pompeo tersebut, dan menegaskan bahwa pertahanan Iran itu tidak melanggar perjanjian internasional mengenai program nuklir negara ini.
Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 mengabadikan perjanjian nuklir Iran yang dinamai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). AS telah keluar dari perjanjian ini dengan dalih bahwa perjanjian ini cacat karena tidak mencakup program rudal Iran.
Sesuai kesepakatan yang dicapai Iran dengan enam kekuatan besar dunia (AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan China) itu, Teheran bersedia membatasi proyek nuklirnya dengan imbalan penghapusan sanksi terkait nuklir Iran. (alalam)
Rusia Akan Menumpas Jabhat al-Nusra Di Idlib
Mantan wakil kepala dewan negosiasi oposisi Suriah pada “Konferensi Riyadh 2” Khaled Mahameed menyatakan bahwa sesuai kesepakatan internasional Rusia akan bergerak menumpas kelompok teroris Jabhat al-Nusra dan kelompok-kelompok lain sekutunya di bagian utara Suriah dengan partisipasi Turki.
Sebagaimana dilansir laman kubu oposisi Suriah, Mahameed mengatakan, “Rusia sedang menuju ke arah penumpasan al-Nusra dan para sekutunya di Suriah utara, dan langkah ini dilakukan sesuai kesepakatan antara Moskow dan Washington, mungkin mulai dilaksanakan pada satu bulan ke depan. Bahkan ada kesepakatan internasional tentang ini, di mana Turki akan berpartisipasi.”
Menurut Mahameed, rencana penumpasan al-Nusra merupakan rencana “ketat” Rusia sehingga tidak akan mundur. Dia mengatakanbahwa al-Nusra adalah kelompok yang telah terusir ke Idlib dari kamp pengungsi Yarmouk di selatan Damaskus.
Sebelumnya, Mahamed menyatakan bahwa di Idlib terdapat 15,000 teroris non-Suriah, yang sebelumnya telah berperang di Bosnia dan di daerah lain, dan mereka memiliki sel keamanan yang sangat kuat, sementara milisi oposisi “al-Jaish al-Hur” tidak memiliki pengalaman sehingga sekarangpun juga tidak memiliki kemampuan untuk menyingkirkan al-Nusra. (arabitoday)