Jakarta, ICMES: Berbagai pihak di dalam dan luar negeri Irak melontarkan kecaman keras terhadap referendum kemerdekaan Kurdistan Irak yang akan diselenggarakan hari ini, Senin 25 September 2017.
Satu jenderal Rusia terbunuh akibat luka parah yang dideritanya setelah terkena serangan mortir kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di dekat Deir Ezzor, Suriah timur.
Presiden Lebanon Michel Aoun menyatakan bahwa senjata yang dimiliki oleh kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon semata-mata untuk menjamin perlawanan terhadap Rezim Zionis Israel.
Pasukan Kurdistan Irak, Peshmerga, dikerahkan dalam jumlah besar dan bersenjata berat dari provinsi Arbil ke provinsi Kirkuk untuk mengamankan lokasi-lokasi pemungutan suara dalam referendum disintegrasi wilayah Kurdistan Irak.
Berita selengkapnya;
Berbagai Pihak Kecam Keras Referendum Kurdistan
Berbagai pihak di dalam dan luar negeri Irak melontarkan kecaman keras terhadap referendum kemerdekaan Kurdistan Irak yang akan diselenggarakan hari ini, Senin 25 September 2017.
Perdana Menteri Irak Haider Abadi, Ahad (24/9/2017) menegaskan pemerintahannya tidak akan mengakui referendum ini. Dia juga mengancam akan melakukan tindakan tegas untuk mempertahankan integritas Negeri 1001 Malam ini.
Kepada rakyat dia mengatakan, “Menyendiri dengan kuputusan yang mengusik integritas dan keamananan Irak serta mempengaruhi setiap warganya dan keamanan kawasan merupakan keputusan yang menyalahi konstitusi dan kedamaian antarwarga sehingga tidak akan ada toleransi terhadapnya maupun terhadap hasilnya. Akan ada tindakan-tindakan susulan dari kami unuk memelihara persatuan negara dan kemaslahatan setiap warga.”
Ketua Aliansi Nasional Irak Sayyid Ammar al-Hakim menyebut referendum sebagai belati baru yang datang bersamaan dengan masih adanya belati kelompok teroris ISIS bagi bangsa Irak.
“Sudah sudah sangat bersabar dan menempuh banyak upaya untuk mengurungkan niat para pemimpin Kurdistan menggelar referendum, dan mengamalkan konstitusi Irak… Sulit membiarkan masalah ini, sebab kita masih sedang berperang melawan terorisme dan belati-belati ISIS, dan sekarang ada tambahan belati referendum,” katanya dalam sebuah acara peringatan hari-hari Asyura.
Brigade Hizbullah Irak dalam statemennya mengingatkan bahwa referendum disintegrasi Kurdistan ini menggirng kawasan kepada krisis yang sangat berbahaya.
“Kelompok resistensi Islam Irak tidak akan mengakui referendum buatan ini, karena Barzani (pemimpin Kurdistan Irak) akan melakukan manipulasi pada hasilnya,” bunyi statemen itu.
Hizbullah Irak juga menegaskan bahwa hasil referendum ini akan menguntungkan Israel dan Barzani secara pribadi. Karena itu kelompok pasukan relawan anti-ISIS ini menyerukan kepada rakyat Kurdi agar melawan “konspirasi dan skenario disintegrasi Kurdistan” ini agar Irak tetap bersatu dan berdampingan secara damai satu sama lain.
Presiden Irak Fouad Masum menilai referendum ini sebagai tindakan sepihak dan provokatif. Karena itu dia menolak referendum ini dan menyerukan kepada para pemimpin Kurdistan agar berdialog dengan berbagai partai dan para pejabat Irak.
Sebelumnya, pemerintahan koalisi Irak menyatakan bahwa jika Masum yang berasal dari suku Kurdi menyetujui referendum ini maka dia akan dicopot dari jabatannya dan digantikan oleh wakil pertamanya, Nouri al-Maliki.
Di luar negeri, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ahad (24/9/2017), mengadakan pembicaraan telefon dengan sejawatnya dari Iran, Hassan Rouhani, mengenai hubungan bilateral dan berbagai perkembangan isu regional, termasuk referendum disintegrasi Kurdistan Irak.
Sumber-sumber di Turki menyebutkan bahwa kedua sama-sama menekankan bahwa referendum Kurdistan akan menimbulkan kekacauan di kawasan jika jadi dilaksanakan. Keduanya juga membicarakan rencana Erdogan berkunjung ke Iran pada tanggal 4 Oktober mendatang. (rayalyoum/fna)
Satu Jenderal Rusia Dan 40-an Militan Terbunuh Di Suriah
Kemhan Rusia mengumumkan bahwa salah satu jenderalnya yang bertugas sebagai penasehat untuk tentara Suriah terbunuh akibat luka parah yang dideritanya setelah terkena serangan mortir kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di dekat Deir Ezzor, Suriah timur.
Kementerian ini, Minggu (24/9/2017), menyatakan bahwa Letnan Jenderal Valery Asapov “berada di sebuah pos komando pasukan Suriah, membantu komandan Suriah dalam operasi pembebasan kota Deir al-Zor,” ketika dia “terluka parah “oleh tembakan mortir ISIS.
Provinsi Deir Ezzor merupakan satu-satunya wilayah Suriah yang sebagian besar masih dikuasai ISIS. Dewasa ini ISIS di sana mendapat serangan dari dua pihak; satu dari tentara Suriah dan sekutunya yang didukung serangan udara Rusia, dan yang lain Pasukan Demokrasi Suriah yang merupakan aliansi Kurdi-Arab yang didukung oleh pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat.
Militer Rusia mulai terlibat dalam perang di Suriah sejak September 2015 untuk membantu pemerintah Suriah melawan pemberontakan dan terorisme.
Laporan lain dari Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) menyebutkan bahwa sedikitnya 45 militan anggota kelompok Failaq al-Sham tewas terkena serangan udara Rusia yang menyasar salah satu markas mereka di provinsi Idlib di barat laut Suriah, Sabtu (23/9/2017).
Direktur Eksekutif SOHR Rami Abdulrahman menjelaskan bahwa serangan itu menerjang kawasan sekitar desa Tal Mardikh dekat kota Saraqeb di bagian timur provinsi Idlib, sementara markas yang diserang berada di area pegunungan.
Menurut SOHR, Falilaq al-Sham merupakan salah satu kelompok oposisi moderat Suriah yang memiliki ribuan militan yang tersebar terutama di provinsi Idlib dan Aleppo. (tass/afp)
Presiden Lebanon Jelaskan Mengapa Tak Mengupayakan Perlucutan Senjata Hizbullah
Presiden Lebanon Michel Aoun dalam wawancara dengan majalah Perancis Le Figaro menyatakan bahwa senjata yang dimiliki oleh kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon semata-mata untuk menjamin perlawanan terhadap Rezim Zionis Israel.
Seperti dikutip FNA, Minggu (24/9/2017), saat ditanya mengapa pemerintah Lebanon tidak melucuti senjata Hizbullah dia menjawab, “Hizbullah tidak menggunakan senjatanya di kancah dalam negeri, senjata ini semata-mata untuk menjamin resistensi kami di depan rezim Israel yang masih menduduki sebagian wilayah kami, yaitu sekira 30 kilometer persegi di wilayah pertanian Sheeba (Lebanon selatan).”
Dia juga menjelaskan, “Selagi Israel tidak mengindahkan resolusi-resolusi Dewan Keaman PBB dan berbagai kesepakatan internasional lainnya maka kami tidak dapat menghalangi Hizbullah dari senjatanya. Bagaimana mungkin Israel kapanpun dan bagaimanapun dapat mengobarkan perang terhadap pihak lain sementara pihak lain tak berhak membela diri? Ini tak dapat diterima.”
Mengenai sikap Lebanon terhadap perang Suriah dia mengatakan, “Lebanon tetap teguh (pada sikapnya) meskipun selama perang Suriah terdapat pernyataan-pernyataan panas sebagian politisi. Strategi kami terhadap perang ini ialah menjaga perbatasan Lebanon dan tak berpihak di depan persoalan internal Suriah.” (fna)
Bersenjata Berat, Pasukan Peshmerga Dikerahkan Untuk Amankan Referendum Kurdistan Irak
Pasukan Kurdistan Irak, Peshmerga, dikerahkan dalam jumlah besar dan bersenjata berat dari provinsi Arbil ke provinsi Kirkuk untuk mengamankan lokasi-lokasi pemungutan suara dalam referendum disintegrasi wilayah Kurdistan Irak yang dijadwalkan digelar hari ini, Senin (25/9/2017).
“Pasukan ini membawa senjata ringat dan berat,” ungkap seorang narasumber, Minggu (24/9/2017).
Referendum ini akan digelar di tiga provinsi Arbil, Sulaymaniyah, dan Dahuk serta kawasan yang dipersengketakan, termasuk provinsi Kirkuk yang kaya minyak.
Menurut informasi yang dirilis Komisi Tinggi Independen Pemilu Kurdistan, referendum juga akan diselenggarakan di sejumlah daerah di provinsi Nineveh (Nainawa), yaitu Sinjar, Talkif, Hamdaniyah, Sheikhan, Zumar, Rabiah, Nimrud, dan Bartela.
Referendum yang mengancam keutuhan negara kesatuan Irak ini mendapat kecaman dari berbagai pihak di dalam maupun di luar negeri.
Turki termasuk negara yang paling pedas mengecam referendum ini. Perdana Menteri Turki Hakan Çavuşoğlu, Minggu, menegaskan, “Kami tidak akan mengampuni orang-orang yang mencoba melemahkan persatuan wilayah Irak…. Dan kami tidak akan diam sebagai penonton.” (sumarianews/rt)