Rangkuman Berita Timteng Senin 22 Januari 2018

lambang OKIJakarta, ICMES: Organisasi Kerjasama Islam (OKI) memenuhi seruan Arab Saudi untuk mengecam Iran terkait dengan serangan rudal Yaman ke Saudi.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Turki Hulusi Akar telah menghubungi  sejawatnya di Iran, Mohammad Bagheri, via telefon dan menjelaskan alasan utama yang menyebabkan Turki melancarkan operasi militer bersandi “Tangkai Zaitun” di kawasan Afrin, provinsi Aleppo, Suriah utara.

Perdana Menteri Turki Benali Yelderim mengaku pihaknya sudah memberitahu pemerintah Suriah melalui Rusia dan Iran mengenai dimulainya operasi militer Turki di kawasan Afrin, dan bahkan sudah ada kesepakatan sikap antara Ankara dan Moskow dalam hal ini.

Presiden Suriah Bashar Assad menyebut serangan militer Turki ke kawasan Afrin, provinsi Aleppo, Suriah utara, sebagai “agresi brutal”, dan menegaskan bahwa kemenangan atas teroris di Suriah dan Irak serta kesolidan Iran dalam isu nuklir telah mematahkan rencana kotor musuh untuk kawasan Timteng.

Berita selengkapnya;

Soal Rudal Yaman, OKI Penuhi Ajakan Saudi Untuk Kecam Iran

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) memenuhi seruan Arab Saudi untuk mengecam Iran terkait dengan serangan rudal Yaman ke Saudi.

Pertemuan para menlu OKI, Ahad (21/1/2018), menghasilkan deklarasi berisi mendukung Saudi dalam “pemberantasan terorisme” dan mengecam “campurtangan Iran dalam urusan regional”.

Mengenai serangan rudal Yaman tersebut OKI menyatakan, “Kami mengecam keras serangan yang fasilitas dan warga sipil di wilayah Saudi dan peluncuran rudal balistik terhadap kerajaan ini.”

OKI menyebut serangan rudal itu sebagai agresi terhadal wilayah Saudi serta ancaman bagi keamanan, perdamaian, dan stabilitas regional.

OKI menyerukan keharusan adanya tindakan kolektif untuk mencegah “berubahnya Yaman menjadi tempat perlindungan bagi kelompok-kelompok kekerasan dan organisasi-organisasi teroris serta sumber ancaman bagi keamanan dan stabilitas negara-negara jirannya.”

OKI menggelar sidang darurat tingkat menlu atas seruan Saudi untuk membahas serangan rudal balistik kelompok Ansarullah Yaman terhadap kota Riyadh.

Dalam sidang ini Menlu Arab Saudi Adel Al-Jubeir kembali menuding pemerintah Iran menyuplai senjata kepada kelompok Ansarullah (Houthi) di Yaman dengan tujuan mengagresi Saudi.

“Mereka (pemerintah Iran) masih melanjutkan metode agresinya untuk mengancam stabilitas kawasan,” tudingnya.

“Adalah kewajiban bagi negara-negara anggota berdiri di satu berisan terhadap siapapun yang berubaha mencerai-berai dunia Islam dengan cara menanamkan sektarianisme dan pelanggaran kedaulatan berbagai negara,” lanjutnya.

Sabtu lalu otoritas Saudi menyatakan bahwa pasukan pertahanan udara Saudi berhasil menghancurkan rudal balistik yang diluncurkan Ansarullah ke arah kawasan Najran di barat daya Saudi yang berbatasan dengan Yaman. (rt/rayalyoum)

Krisis Afrin, Ini Kata Militer Turki Kepada Militer Iran

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Turki Hulusi Akar telah menghubungi  sejawatnya di Iran, Mohammad Bagheri, via telefon, Minggu (21/1/2018), dan menjelaskan alasan utama yang menyebabkan Turki melancarkan operasi militer bersandi “Tangkai Zaitun” di kawasan Afrin, provinsi Aleppo, Suriah utara.

Akar menyebutkan bahwa alasan utamanya ialah adanya konsentrasi kelompok-kelompok teroris di kawasan itu sehingga Turki harus menghadapi ancaman mereka terhadap keamanan kawasan perkotaan dan pedesaan di wilayah perbatasannya dengan Suriah.

“Serangan ini datang dalam kerangka hak pertahanan yang sah dari pihak tentara Turki,” katanya.

Dia memastikan negaranya menghormati integritas wilayah Suriah, dan tetap berkomitmen pada kesepakatan segi tiga Turki, Iran, dan Rusia.

Di pihak lain, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, mengatakan bahwa bagaimanapun juga Turki jangan sampai mengusik integritas, kemerdekaan, dan kedaulatan Suriah, dan Ankara juga berkewajiban menegaskan bahwa Turki sama sekali tidak memiliki ambisi apapun di Suriah.

Bagheri menambahkan bahwa tindakan militer Turki di Suriah utara jangan sampai dimafaatkan oleh musuh-musuh Suriah dan dunia Islam, terutama Amerika Serikat dan sekutunya, untuk merealiasasikan rencana ambisiusnya di Suriah.

Dia juga berharap kepada Turki agar tindakan militer itu tidak sampai mengganggu diskusi dan capaian yang telah dihasilkan oleh segi tiga Iran, Turki dan Rusia di Astana, ibu Kazakhstan, mengenai Suriah. (alalam)

Krisis Afrin, Turki Mengaku Sudah Beritahu Suriah Dan Bersepakat Dengan Rusia

Perdana Menteri Turki Benali Yelderim mengaku pihaknya sudah memberitahu pemerintah Suriah melalui Rusia dan Iran mengenai dimulainya operasi militer Turki di kawasan Afrin, provinsi Aleppo,  Suriah utara, dan bahkan sudah ada kesepakatan sikap antara Ankara dan Moskow dalam hal ini.

“Sudah kami sampaikan kepada pemerintah Suriah ihwal operasi ini melalui Rusia dan Iran, dan sesuai dengan Rusia dalam semua sikap,” ujarnya dalam jumpa pers, Minggu (21/1/2018).

Dia optimis bahwa operasi militer Turki di Afrin itu “tidak akan berpengaruh” pada perundingan mengenai Suriah di Astana, Kazakhstan, maupun di Sochi, Rusia.

Sedangkan mengenai sikap Amerika Serikat (AS), Yelderim menilai bahwa sampai saat ini belum ada sikap penolakan AS terhadap operasi militer yang dimulai pada Sabtu (20/1/2018) dengan sandi “Tangkai Zaitun” tersebut.

“Operasi ini bertujuan memperkuat keamanan dan stabilitas di perbatasan kami dan kawasan, serta menumpas teroris di Afrin dan membebaskan rakyat kawasan ini dari penindasan dan kezaliman para teroris,” katanya.

Teroris yang dia maksud lebih mengacu pada Partai Uni Demokrasi Suriah (PYD), dan Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK), meskipun Yelderim juga menyebutkan nama kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang secara militer dan keorganisasian sudah hancur di Suriah dan Irak.

Di pihak lain, Kemlu Suriah Sabtu lalu mengaku pihaknya tidak menerima pemberitahuan dari Turki mengenai operasi militer Tangkai Zaitun.

“Suriah mengecam keras agresi brutal terhadap kota Afrin yang merupakan bagian tak terpisah dari wilayah Suriah,” ungkap Kemlu Suriah. (alalam)

Krisis Afrin, Assad Sebut Operasi Militer Turki Agresi Brutal

Presiden Suriah Bashar Assad menyebut serangan militer Turki ke kawasan Afrin, provinsi Aleppo, Suriah utara, sebagai “agresi brutal”, dan menegaskan bahwa kemenangan atas teroris di Suriah dan Irak serta kesolidan Iran dalam isu nuklir telah mematahkan rencana kotor musuh untuk kawasan Timteng.

Hal itu dia katakan saat menerima kunjungan rombongan delegasi Iran yang dipimpin oleh kepala Dewan Strategi Hubungan Luar Negeri Republik Islam Iran, Kamal Kharrazi, di Damaskus, ibu kota Suriah, Ahad (21/1/2018).

“Kemenangan atas teroris di Suriah dan Iran serta keteguhan Iran di bidang nuklir telah mengandaskan rencana yang telah dibuat untuk mencerai berai negara-negara kawasan, melanggar kedaulatan mereka, dan berdominasi atas keputusan mereka di masa mendatang,” tuturnya.

Assad mengapresiasi dukungan Iran kepada Suriah di semua bidang, terutama partisipasinya yang besar dalam keberhasilan Pasukan Arab Suriah melawan dan membuyarkan serbuan kawanan ekstremis teroris yang berdatangan dari pelbagai penjuru dunia.

Mengenai operasi militer bersandi “Tangkai Zaitun” yang baru dimulai Turki terhadap kawasan Afrin yang dikuasai milisi Kurdi di Suriah utara, Presiden Suriah menilainya tidak lepas dari kebijakan politik yang ditempuh Turki sejak awal krisis Suriah pada tahun 2011.

Menurut Assad, operasi militer itu merupakan “agresi brutal” yang masih kental dengan misi menyokong organisasi-organisasi teroris dengan semua kedok dan labelnya.

Di pihak lain, Kamal Kharrazi mengucapkan selamat kepada pemerintah dan rakyat Suriah atas kemenangan demi kemenangan yang mereka capai susul menyusul di mana yang terbaru di antaranya ialah keberhasilan tentara Suriah merebut kembali bandara militer Abu Duhur di provinsi Idlib.

Kharrazi mengaku optimis bahwa kemenangan-kemenangan itu akan disusul dengan berbagai prestasi lain di bidang militer maupun politik.

Dia juga memastikan bahwa pertukaran pendapat dan kerjasama erat antara Suriah dan Iran berperan besar dalam perjuangan melawan konspirasi asing di Timteng.

Di hari yang sama, tentara Suriah secara resmi mengumumkan keberhasilannya merebut kembali bandara militer Abu Duhur serta 300 desa dan kota kecil di kawasan yang membentang di antara tiga provinsi Hama, Idlib dan Aleppo setelah berhasil menghancurkan kubu-kubu terakhir kawasan teroris di sana. (alalam)