Jakarta, ICMES: Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengecam pemerintah Myanmar atas terjadinya “aksi brutal sistematis” terhadap warga minoritas Muslim Rohingya dan mendesaknya supaya menerima pantauan internasional.
Komandan militer Hizbyllah Haji Abu Mostafa muncul untuk pertama kalinya di media sehingga menarik perhatian karena selama ini para komandan militer kelompok pejuang Islam yang berbasis di Lebanon ini cenderung menutup diri di depan media.
Dinas rahasia Amerika Serika (CIA) serta pemerintah Arab Saudi dan Yordania mendesak dua kelompok oposisi Suriah Usud al-Sharqiya (Singa-Singa Timur) dan Ahmad Abdo supaya mundur dari Gurun Badiah Suriah dan masuk ke wilayah Yordania.
Dewan Radio Dan Televisi Israel dalam sebuah laporan eksklusifnya menyatakan bahwa seorang emir dari Kerajaan Arab Saudi telah melakukan kunjungan rahasia ke Israel dalam beberapa hari terakhir.
Berita selengkapnya;
OKI Mengutuk “Aksi Brutal Sistematis” Terhadap Muslim Rohingya
Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Minggu (10/9/2017), mengecam pemerintah Myanmar atas terjadinya “aksi brutal sistematis” terhadap warga minoritas Muslim Rohingya dan mendesaknya supaya menerima pantauan internasional.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebanyak hampir 300.000 pengungsi Rohingya telah tiba di Bangladesh sejak terjadi serangan militer besar-besaran menyusul insiden serangan militan Rohingya terhadap pasukan keamanan Myanmar di wilayah Rakhine pada tanggal 25 Agustus lalu.
OKI yang dianggotai oleh 57 negara dalam sidang daruratnya, di Astana, Kazakhstan, mengungkapkan “keprihatinan serius atas tindakan brutal sistematis yang dilakukan belakangan ini oleh angkatan bersenjata terhadap komunitas Muslim Rohingya di Myanmar”.
OKI mendesak Myanmar menerima pemantau PBB untuk melakukan “investigasi menyeluruh dan independen terhadap semua pelanggaran hak asasi manusia internasional yang telah ditetapkan … dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan”.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang sedang menjabat sebagai Ketua OKI termasuk orang yang paling lantang mengecam tindakan Myanmar terhadap Rohingya.
OKI menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Sains dan Teknologi untuk pertama kalinya atas prakarsa Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, di Astana, Kazakhstan, Minggu.
Acara ini dihadiri oleh para kepala negara-negara anggota OKI, termasuk Presiden Iran Hassan Rouhani dan pemimpin Afghanistan, Ashraf Ghani. (tribune)
Kepungan ISIS Terhadap Bandara Deir Ezzor Pecah. Komandan Hizbullah Muncul
Komandan militer Hizbyllah Haji Abu Mostafa muncul untuk pertama kalinya di media sehingga menarik perhatian karena selama ini para komandan militer kelompok pejuang Islam yang berbasis di Lebanon ini cenderung menutup diri di depan media.
Abu Mostafa menampakkan diri di TV al-Mayadeen, Minggu (10/9/2017), dan mengatakan bahwa kemunculan secara terbuka ini dilakukan atas instruksi Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah setelah tentara Suriah dan sekutunya, termasuk Hizbullah, berhasil memecah kepungan kelompok teroris ISIS terhadap bandara Deir Ezzor karena “kemenangan ini harus benar-benar terlihat.”
“Kami ada di semua wilayah suriah, dan sekarang merupakan tahap dan kondisi yang menuntut kami tampil secara terbuka sehingga kamipun tampil secara terbuka, namun jika tahap-tahap lain dan di kawasan-kawasan lain menuntut kami untuk tidak tampil terbuka maka kamipun akan demikian adanya,” ungkap Abu Mostafa.
Tentara Suriah dan sekutunya hari itu bergerak dari beberapa arah menuju Bandara Deir Ezzor hingga berhasil memecah kepungan ISIS yang sudah berjalan tiga tahun terhadap bandara ini dan beberapa distrik lain. Mereka menegaskan akan terus berjuang untuk membebaskan seluruh wilayah provinsi Deir Ezzor.
Abu Mostafa menceritakan bahwa tentara Suriah yang terkepung di bandara ini setiap hari mendapat serangan besar dari ISIS namun kawanan teroris ini tak dapat memasukinya meskipun sudah mengerahkan segenap kekuatan.
Dia menambahkan bahwa kemenangan tidak akan tercapai tanpa keteguhan pasukan yang terkepung di bandara serta kebulatan tekad tentara Suriah dan sekutunya untuk memecah kepungan.
Menurutnya, sebanyak 6000 warga sipil di sekitar bandara Deir Ezzor juga ikut terkepung, namun kebutuhan mereka terpenuhi dengan adanya pusat operasi yang dibentuk di dalam Bandara. (rayalyoum)
CIA Dan Saudi Minta Pasukan Oposisi Suriah Masuk Ke Yordania
Dinas rahasia Amerika Serika (CIA) serta pemerintah Arab Saudi dan Yordania mendesak dua kelompok oposisi Suriah Usud al-Sharqiya (Singa-Singa Timur) dan Ahmad Abdo supaya mundur dari Gurun Badiah Suriah dan masuk ke wilayah Yordania.
Usud al-Sharqiya dan Ahmad Abdo merupakan dua kelompok oposisi Suriah yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, dan Yordania dalam menjalankan aksi pemberontakan di Suriah Badreddin al-Salamah, salah seorang petinggi kelompok Usud al-Sharqiya mengatakan, “Secara resmi kami telah diminta supaya meninggalkan kawasan ini.”
Dilaporkan Reuters bahwa sejak awal tahun ini, dua kelompok oposisi itu telah menghalau kelompok teroris ISIS dari kawasan jarang penduduk di tenggara Damaskus hingga dekat perbatasan Irak. Namun, operasi militer tentara Suriah belakangan membuat keduanya terkepung dan dalam beberapa pekan terakhir ini tentara Suriah berhasil merebut kembali beberapa pos perbatasannya dengan Yordania setelah sekian tahun ditinggalkan akibat gejolak pemberontakan dan terorime.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada para komandan dua kelompok oposisi itu mereka diingatkan bahwa posisi mereka terancam jika tetap bertahan di sebuah kawasan kecil yang sudah terkepung. Karena itu mereka diseru supaya meninggalkan kawasan itu, namun perintah ini mengecewakan ratusan militan oposisi. Mereka menilai instruksi ini menjurus pada pembubaran kelompok-kelompok yang sudah dibekali senjata antara lainpuluhan rudal TAW anti tank buatan AS.
“Kami menolak permintaan ini karena jika kami masuk ke Yordania maka urusan kami akan berakhir,” ungkap al-Salamah.
Said Saif, juru bicara kelompok Ahmad Abdo mengatakan, “Pada prinsipnya kami sepakat mengenai penarikan mundur, tapi masih ada beberapa persoalan yang harus dipecahkan. Sampai sekarang masih belum ada kesepakatan final mengenai penarikan mundur. Kami masih berada di kawasan Badiah dan mempertahankan posisi kami.”
Badiah merupakan salah satu kawasan yang disepakati oleh Rusia dan AS untuk gencatan senjata dan terletak di barat daya Suriah.
Sumber-sumber diplomatik mengatakan bahwa instruksi CIA tersebut berkaitan dengan keputusan AS pada Juli lalu untuk menghentikan salah satu program CIA. Saat itu Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menghentikan program CIA mempersenjatai dan melatih para pemberontak Suriah.
Program itu sendiri mulai dijalankan pada tahun 2013 sebagai salah satu upaya pemerintahan presiden AS saat itu, Barack Obama, untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. (irna)
Putera Mahkota Saudi Dikabarkan Adakan Kunjungan Rahasia Ke Israel
Dewan Radio Dan Televisi Israel dalam sebuah laporan eksklusifnya menyatakan bahwa seorang emir dari Kerajaan Arab Saudi telah melakukan kunjungan rahasia ke Israel dalam beberapa hari terakhir.
Disebutkan bahwa seorang emir anonim Saudi telah mengadakan pertemuan dengan para petinggi Israel dan berdiskusi dengan mereka mengenai ide “perdamaian regional” dan prakarsa Arab yang ditetapkan pada Pertemuan Puncak Liga Arab di Beirut, Lebanon, tahun 2002, dan dikukuhkan lagi pada Pertemuan Puncak Liga Arab di Riyadh, Saudi, pada Maret 2007.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu maupun Kementerian Luar Negeri Israel menolak berkomentar mengenai laporan tersebut.
Perkembangan ini terjadi menyusul adanya bocoran-bocoran dokumen mengenai komunikasi rahasia antara Saudi dan Israel serta pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai niatnya untuk mendirikan “NATO Arab” yang melibatkan “negara-negara moderat Arab Sunni” dan Israel.
Sumber-sumber di Tel Aviv mengatakan bahwa aliansi ini dibentuk untuk membendung eskalasi pengaruh “musuh besar mereka”, Iran, di Timteng.
Belum lama ini Netanyahu sendiri mengungkap adanya kerjasama Israel dengan negara-negara Arab di berbagai bidang pada level yang belum pernah tercapai sebelumnya dalam sejarah Israel. Dia menjelaskan bahwa “perkembangan besar” ini terjadi meskipun pihak Palestina telah menetapkan persyaratan damai yang “tak dapat diterima oleh mayoritas orang Israel.”
Menurutnya, perubahan sikap negara-negara Arab ini bertolak dari “kebesaran Israel” bidang militer, intelijen, ekonomi, dan teknologi.
Seorang perwira badan keamanan Uni Emirat Arab pemilik akun Twitter “Without Shadow” mengungkap bahwa emir Kerajaan Saudi yang diam-diam berkunjung ke Israel tersebut adalah Putera Mahkota Arab Saudi sendiri, Mohammad Bin Salman.
“Yang Mulia Emir Mohammad bin Salman dan Yang Mulia Jenderal Anwar Eshki serta tim diplomat penuh adalah orang-orang yang pergi ke Israel dalam sebuah kunjungan rahasia,” cuitnya.
Pada cuitan lain dia menyebutkan bahwa mengakui negara Israel merupakan salah syarat untuk memperoleh pinjaman dari Bank Dunia, dan karena pengakuan inilah Kerajaan Saudi memperoleh pinjaman dari Bank Dunia untuk pertama kalinya. (mm/rayalyoum)