Jakarta, ICMES: Pemimpin wilayah Kurdistan Irak Masoud Barzani menegaskan referendum disintegrasi wilayah ini tidak bisa ditunda kecuali jika Irak siap berdialog serius mengenai kemerdekaan Kurdistan dalam jangka waktu tertentu dengan jaminan internasional.
Para pejuang Hizbullah yang ditempatkan di dekat perbatasan Lebanon dengan Israel pekan lalu menegaskan bahwa mereka mengawasi Israel dan menunggu sinyal untuk menyerang Israel.
Satu lagi tentara Arab Saudi terbunuh dalam pertempuran dengan pasukan Ansarullah (Houthi) di wilayah perbatasan Saudi dengan Yaman.
Pasukan Arab Suriah (SAA) dan sekutunya berhasil merebut Pulau Hawija Sakar yang dikitari Sungai Furat di timur kota Deir Ezzor.
Berita selengkapnya;
Barzani: Refrendum Kurdi Bisa Ditunda Dengan Syarat
Pemimpin wilayah Kurdistan Irak Masoud Barzani menegaskan referendum disintegrasi wilayah ini tidak bisa ditunda kecuali jika Irak siap berdialog serius mengenai kemerdekaan Kurdistan dalam jangka waktu tertentu dengan jaminan internasional.
Dalam statemen yang dirilis oleh kantor Barzani, Senin (18/9/2017), mengenai pertemuan Barzani dengan Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon yang meminta penundaan referendum dan dimulai dialog dengan Baghdadi di bawah pengawasan internasional, Barzani mengatakan, “Perundingan dengan Baghdad harus berkenaan dengan kemerdekaan wilayah ini dan memiliki batasan waktu tertentu dengan jaminan internasional.”
Dia menambahkan, “Wilayah Kurdistan telah mencoba menempuh semua jalan untuk mencapai kesepahaman dengan Baghdadi dan menghasilkan kesepakatan dan kemitraan yang hakiki, sehingga mencoba desentralisasi, otonomi, dan federal, namun semua bentuk ini gagal. Karena itu bangsa Kurdistan memandang bahwa kemerdekaan adalah satu-satunya jalan untuk menjadi dua negara tetangga yang menghubungkan kami dengan hubungan yang terkuat.”
Dia juga menegaskan, “Semua alternatif yang diajukan tidak merespon tuntutan bangsa Kurdistan mengenai kemerdekaan, dan jika Irak mengumumkan dan dimulai perundingan kongkret mengenai kemerdekaan wilayah ini dalam jangka waktu tertentu dengan jaminan internasional maka kami dapat kembali kepada para pemimpin bangsa Kurdistan untuk mengambil keputusan.”
Rencana penyelenggaraan referendum telah menimbulkan ketegangan antara otoritas wilayah Kurdistan dan pemerintah federal Irak. Parlemen Irak mendesak supaya rencana itu dibatalkan karena melanggar konstitusi, namun parlemen wilayah Kurdistan menolak desakan ini.
Wakil Presiden Irak Nouri al-Maliki, Minggu (17/9/2017), bahkan menegaskan pihaknya tidak membiarkan negara “Israel kedua” berdiri di Negeri 1001 Malam ini. (rayalyoum)
NBC News: Hizbullah Menunggu Instruksi Untuk Menyerbu Israel
Para pejuang Hizbullah yang ditempatkan di dekat perbatasan Lebanon dengan Israel pekan lalu menegaskan bahwa mereka mengawasi Israel dan menunggu sinyal untuk menyerang Israel. Demikian dilaporkan Times of Israel, Senin (18/9/2017), mengutip laporan TV NBC News Sabtu lalu sembari menyebutkan bahwa posisi Hizbullah itu berpotensi melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2006 yang mengharuskan pengadaan zona penyangga demiliterisasi antara Israel dan Lebanon.
“Setiap gerakan Israel, kita akan melihatnya,” kata seorang pejuang Hizbullah.
“Di daerah ini semua anggota Hizbullah bersiap hanya untuk mereka … Entah itu orang Israel atau DAESH (ISIS), kami tidak takut kepada siapa pun,” lanjutnya.
NBC News melaporkan bahwa Hizbullah sedang memainkan peranan yang sangat penting di Suriah dan Lebanon hingga dapat mengawasi Israel. Hizbullah bersama tentara Lebanon belum lama ini berhasil menumpas ISIS di wilayah Lebanon hingga perbatasan Suriah sehingga banyak warga kawasan itu memajang poster-poster Hezbollah sebagai pahlawan yang melindungi Lebanon.
Menurut TV yang berbasis di New York, Amerika Serikat ini, tiga tahun setelah ISIS bercokol di wilayah perbatasan Lebanon, Hizbullah yang melejit di tengah krisis Suriah kini lebih tangguh antara lain karena dukungan intensif Iran kepadanya.
“Semua taktik telah berubah, dan ada kejutan baru sekarang yang akan menyakitkan Israel,” kata pejuang Hizbullah.
“Kami lalui suasana santai, kami bahagia dan kami memiliki semangat tinggi. Kami hanya menanti satu kalimat (instruksi) untuk masuk bertempur dan membunuh mereka (kaum Zionis Israel)”, imbuhnya.
Terakhir dia menegaskan, “Akan salah besar jika Israel kembali masuk ke Lebanon, dan insya Allah tanah pendudukan (Palestina) akan bebas.” ( timesofisrael/fna)
Ansarullah Dan Kongres Rakyat Yaman Bersatu, Tiga Tentara Saudi Tewas
Satu lagi tentara Arab Saudi terbunuh dalam pertempuran dengan pasukan Ansarullah (Houthi) di wilayah perbatasan Saudi dengan Yaman, setelah dua tentara Saudi lainnya juga terbunuh dalam pertempuran di wilayah yang sama selama beberapa hari terakhir.
Kantor berita Saudi, SPA, Senin (18/9/2017), melaporkan bahwa pejabat wilayah al-Mujaradah Yahya Bin Abdulrahman mengucapkan belasungkawa atas kematian perwira Saudi Atif bin Hasan al-Shahri dalam pertempuran dengan pasukan Houthi di perbatasan yang sudah dua tahun diwarnai kontak senjata antara kedua pihak tersebut.
Al-Shahri merupakan tentara ketiga Saudi yang dikabarkan tewas oleh otoritas negara kerajaan ini sehingga total jumlah tentara Saudi yang terbunuh, menurut data resmi yang tercatat oleh kantor berita Turki, Anadolu, menjadi 74 orang sejak 10 Mei lalu.
Sementara itu, Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman Mohammad Ali al-Houthi dalam wawancara dengan al-Alam milik Iran memastikan aliansi militer pimpinan Arab Saudi sama sekali tidak bisa mencapai ambisinya dalam melancarkan agresi militer ke Yaman berkat ketangguhan rakyat Yaman dalam menolak dan melawan intervensi asing.
Dia juga menegaskan bahwa Ansarullah dan Partai Rakyat Yaman pimpinan mantan presiden Ali Abdullah Saleh tetap bersatu dalam aliansi kekuatan yang tangguh.
“Sama sekali tak ada keraguan soal ketegangan antara Ansarullah dan Partai Rakyat Yaman pimpinan Ali Abdullah Saleh, tak ada kemungkinan untuk keruntuhan front dalam negeri ini, karena keduanya sama-sama menyadari pentingnya persatuan melawan para agresor, dan keduanya menjaga pendirian kolektifnya,” ungkap Ali al-Houthi.
Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat dan rezim Saudi selama ini berusaha menggagalkan proses perdamaian dan penyelesaian krisis Yaman melalui jalur politik. (rayalyoum/alalam)
SAA Kuasai Pulau Strategis Hawija Sakar Di Deir Ezzor
Pasukan Arab Suriah (SAA) dan sekutunya berhasil merebut Pulau Hawija Sakar yang dikitari Sungai Furat di timur kota Deir Ezzor yang separuhnya masih dikuasai oleh kawanan teroris ISIS, Senin (18/9/2017).
Sumber media yang dekat dengan SAA mengatakan kepada DPA, “Tentara Suriah dan pasukan sekutunya telah memasuki Hawija Sakar yang merupakan sebuah pulau di tengah Sungai Furat, dan pasukan ini tidak menyeberangi sungai Furat, dan menyeberang ke sisi timurnya.”
Menurut sumber ini, keberhasilan menguasai Hawija Sakar merupakan satu langkah besar dalam pemutusan jalur logistik ISIS dari kota Deir Ezzor.
Di kota ini sendiri, satu pesawat pembawa bahan makanan telah mendarat di bandara militer, dan pendaratan ini tercatat sebagai yang pertama kalinya selama tiga tahun terakhir sejak ISIS mengepung bandara ini, sementara pasukan Rusia sejak beberapa hari lalu telah mendatangkan jembatan apung untuk penyeberangan pasukan yang bertempur di Deir Ezzor.
Kemhan Rusia dalam sebuah statemennya menyatakan, “Pasukan pemerintah Suriah yang didukung Korps Pasukan Lapis Baja ke-4 dan Angkatan Udara Rusia hari ini telah menyeberang ke sisi timur Sungai Furat di kota Deir Ezzor (yang terletak di sisi baratnya).”
Kemhan Rusia menambahkan bahwa SAA telah mengusir kawanan teroris ISIS dari sejumlah desa di sisi timur, sementara di baratnya juga terus menggempur ISIS untuk mempeluas kawasan yang dikuasainya. SAA berusaha mengepung kawanan ISIS di bagian timur kota ini.
Direktur Eksekutif Observatorium Suriah untuk HAM, Rami Abdulrahman, mengatakan kepada AFP bahwa penyeberangan SAA dilakukan rangka “mengepung para kombatan ISIS di bagian timur kota Deir Ezzor” setelah berhasil mengepung mereka dari tiga arah.
Dia juga menyebutkan bahwa bandara militer Deir Ezzor sudah mulai beroperasi setelah terhenti sejak September 2016 akibat pertempuran dan kepungan ISIS. (rayalyoum)