Rangkuman Berita Timteng Selasa 8 Agustus 2017

jet tempur as di irakJakarta, ICMES: Jet-jet tempur Amerika Serikat (AS) telah menyerang  pasukan Batalyon Sayyid al-Syuhada yang bernaung di bawah pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi di wilayah perbatasan Irak – Suriah, dan mengakibatkan 30 orang terbunuh dan 40 lainnya luka-luka.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, menyatakan telah menjalin kesepakatan dengan Iran terkait dengan hubungan antara keduanya dalam menghadapi musuh bersama, Rezim Zionis Israel, membela Palestina dan Masjid al-Aqsa, dan menyokong perjuangan rakyat Palestina.

Mayjen (purn) Giora Eiland, mantan ketua Dewan Keamanan Nasional Israel menilai Israel tidak akan sanggup menanggung beratnya perang melawan Hizbullah Lebanon.

Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menegaskan tidak mungkin Iran memperkenankan pemeriksaan pihak luar terhadap fasilitas militer negara republik Islam ini.

Berita selengkapnya;

Jet Tempur AS Serang Relawan Irak, 30 Orang Terbunuh

Jet-jet tempur Amerika Serikat (AS) telah menyerang  pasukan Batalyon Sayyid al-Syuhada yang bernaung di bawah pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi di wilayah perbatasan Irak – Suriah, dan mengakibatkan 30 orang terbunuh dan 40 lainnya luka-luka.

Batalyon Sayyid al-Syuhada yang berada di kawasan al-Tanaf di wilayah perbatasan Irak-Suriah dalam statemennya Senin malam (7/8/2017) mengaku telah diserang oleh AS dengan bom-bom pintar sehingga jatuh puluhan korban jiwa dan luka.

AS mengklaim telah menyerang kawanan teroris ISIS, tapi Batalyon Sayyid al-Syuhada menyebut klaim ini dusta belaka. Karena itu, batalyon ini meminta tentara AS bertanggungjawab atas kejadian tersebut, dan tidak akan diam membiarkan serangan ini tanpa sanksi hukuman.

Batalyon ini mendesak pemerintah Irak agar mengusut kasus ini demi melindungi al-Hashd al-Shaabi, dan menegaskan keharusan tentara AS meninggalkan wilayah perbatasan Irak-Suriah.

Serangan terhadap pasukan relawan itu terjadi di wilayah Irak di kawasan al-Tanaf yang bersebelahan dengan kawasan al-Ukashat, Suriah, dan telah dibebaskan pada satu setengah bulan lalu oleh al-Hashd al-Shaabi dari pendudukan ISIS. (alalam)

Hamas Buka Lembaran Baru Hubungan Dengan Iran

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, menyatakan telah menjalin kesepakatan dengan Iran terkait dengan hubungan antara keduanya dalam menghadapi musuh bersama, Rezim Zionis Israel, membela Palestina dan Masjid al-Aqsa, dan menyokong perjuangan rakyat Palestina.

“Delegasi Hamas dalam kunjungan ke Teheran telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dan dia telah menegaskan pentingnya masalah Palestina dalam kebijakan luar negeri Teheran serta keharusan menjalin hubungan dengan faksi-faksi muqawamah (resistensi anti Israel), terutama Hamas,” ungkap Hamas dalam statemennya yang dirilis Senin (7/8/2017), seperti dilansir al-Quds al-Arabi.

Hamas menjelaskan bahwa Zarif memastikan kebijakan Republik Islam Iran tetap solid dan tidak akan berubah mengenai Palestina.

“Sesuai kebijakannya yang tak akan berubah ini Teheran terus menyokong rakyat Palestina dan perjuangan bangsa ini,” ungkap Hamas.

Mengutip pernyataan Zarif, Hamas menyebutkan, “Kami (Iran) siap mengabaikan semua perselisihan demi membela bangsa Palestina dan persatuan umat Islam.”

Anggota Biro Politik Hamas, Izzat al-Rishq, selaku ketua delegasi Hamas yang berkunjung ke Teheran mengapresiasi dukungan Iran kepada perjuangan rakyat Palestina.

Dia menegaskan bahwa hubungan Hamas dengan Iran terdorong oleh keharusan Hamas menjalin hubungan dengan seluruh komponen umat Islam yang memang harus peduli kepada isu Palestina yang notabene isu utama umat ini.

“Hamas meyakini keharusan persatuan Dunia Islam dan pengabaian perselisihan agar semua potensi umat Islam dapat dimanfaatkan untuk melawan musuh bersama, Rezim Zionis,” lanjutnya.

Mengenai pertemuan delegasi Hamas dengan Ali Larijani, ketua parlemen Iran Majelis Syura Islam, menyatakan bahwa dalam pertemuan ini Hamas juga telah menekankan bahwa pihaknya berusaha menjalin hubungan dengan semua kalangan di Dunia Islam tanpa memandang golongan dan kebangsaannya.

Hubungan Hamas dengan Iran sempat terusik oleh krisis Suriah karena Hamas berpihak kepada oposisi Suriah, sementara Iran mendukung pemerintah Suriah.

Delegasi Hamas berkunjung ke Teheran, ibu kota Iran, dan mengikuti upacara pelantikan Hassan Rouhani sebagai presiden Iran ke-12, Sabtu lalu (5/8/2017). Selain delegasi Hamas, delegasi Turki dan Qatar juga hadir dalam acara pelantikan Rouhani. (alqudsalrabi)

Jenderal Israel Akui Berat Berperang Dengan Hizbullah

Mayjen (purn) Giora Eiland, mantan ketua Dewan Keamanan Nasional Israel menilai Israel tidak akan sanggup menanggung beratnya perang melawan Hizbullah Lebanon. Karena itu dia menyarankan Tel Aviv agar tidak memasuki perang ketiga dengan kelompok pejuang Islam pimpinan Sayyid Hassan Nasrallah ini.

“Israel tak akan sangguh menanggung beban perang baru melawan Hizbullah,” ungkapnya pakar militer dan keamanan rezim Zionis ini dalam wawancara dengan saluran TV 10 Israel.

Dia mengingatkan Israel agar tidak melakukan tindakan provokatif yang dapat menyulut perang tersebut.

“Ketakutan kepada perang bukan karena kemungkinan adanya senjata destruksi massal di tangan Hizbullah melainkan karena adanya berbagai jenis dan ukuran rudal konvensional yang jumlahnya lebih dari 130,000 unit,” katanya.

Mengenai serangan Isrrael ke Suriah dia menyebutnya sepele dan dilakukan dengan sangat cermat dan penuh perhitungan agar tidak membangkitkan reaksi langsung terhadap Israel.

Menyinggung pernyataan Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman  bahwa Israel tidak akan membiarkan Hizbullah memiliki senjata inkonvensional, Eiland mengatakan, “Pernyataan ini merupakan sebentuk pengakuan tidak langsung kepada kekuatan militer Hizbullah yang terus berkembang.”

Dia menambahkan bahwa Hizbullah berada di pihak yang menang dalam perang Suriah sehingga menimbulkan dilema bagi Israel, namun Israel tetap harus menghindari perang melawan Hizbullah.

Menurutnya, Israel tetap tidak sanggup menanggung beratnya beban dan dampak perang melawan Hizbullah meskipun negara Zionis ilegal di tanah Palestina ini sekarang lebih siap dibanding kondisinya dalam perang dengan Hizbullah pada tahun 2006.

“Kita di sini tidak sedang membicarakan senjata inkonvensional, melainkan mengenai gudang senjata konvensional Hizbullah, sesuatu yang membuat kita harus berusaha mencegah tersulutnya perang, dan kalaupun harus terjadi perang maka harus selesai dalam tiga hari, bukan 33 hari sebagaimana terjadi dalam Perang Lebanon kedua pada tahun 2006,” paparnya. (rayalyoum)

Iran Menolak Fasilitas Militernnya Diperiksa

Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menegaskan tidak mungkin Iran memperkenankan pemeriksaan pihak luar terhadap fasilitas militer negara republik Islam ini.

Hal ini dikatakan oleh Hajizadeh saat ditanya dugaan mengenai adanya pemeriksaan terhadap situs-situs militer Iran.

“Tanggapan kami jelas, yaitu bahwa kami tidak akan membiarkan mereka berbuat demikian… Kami di IRGC  sebagai pasukan yang unggul di kawasan mendukung pemerintah untuk berdiri solid, insya Allah, di depan ambisi musuh, terutama Amerika Serikat (AS), ” tegasnya.

Dia melanjutkan, “Kita harus memaksa mereka (AS) mundur. Sejak awal kemenangan revolusi (yang terjadi di Iran pada tahun 1979) mereka menentang pemerintahan kami, dan sepenuhnya wajar apabila mereka akan kalah dalam konfrontasi langsung bukan hanya dengan Iran, melainkan juga dengan semua bangsa yang berdiri solid di depan mereka.”

Dia mengingatkan sudah banyak cara yang digunakan AS, termasuk embargo dan perang propaganda, untuk melucuti senjata Iran dan menerapkan skenario Libya terhadap negeri Persia ini.

“Tapi kami harus menghadang mereka dan tidak akan pernah membiarkan mereka bertindak demikian,” imbuhnya.

Dia juga mengatakan bahwa kekuatan rudal yang selama ini ditunjukkan Iran hanyalah bagian kecil dari kekuatan militer negara ini.

“Kaum Zionis maupun rezim-rezim reaksioner di kawasan tahu persis bahwa kami memiliki garis merah, dan akan terus bersikeras membela revolusi dan pantang mundur,” pungkasnya. (alalam)

 

stv)