Rangkuman Berita Timteng Selasa 30 Oktober 2018

bin salman dan khashoggiJakarta, ICMES: Jaksa Agung Arab Saudi Saud bin Abdullah bin Mubarak al-Mujib dalam pertemuan dengan sejawatnya di Istanbul, Turki, mengakui bahwa pembantaian terhadap jurnalis Saudi Jamal Khashoggi “telah dipersiapkan sebelumnya.”

Dewan Pusat PLO menyatakan pihaknya memutuskan untuk menangguhkan semua komitmen kepada Israel sampai rezim penjajah Palestina ini mengakui negara Palestina.

Anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, mengutuk serangan udara Israel di dekat perbatasan timur Jalur Gaza, yang menewaskan tiga anak Palestina, dan menyebutnya “kejahatan perang yang sedang berlangsung.”

Wakil Tetap Wakil Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov, memberitahu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adanya rencana provokasi baru serangan senjata kimia oleh kawanan teroris di Idlib, Suriah.

Berita selengkapnya:

Saudi Akui Pembunuhan Khashoggi Terencana

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan bahwa Jaksa Agung Arab Saudi Saud bin Abdullah bin Mubarak al-Mujib dalam pertemuan dengan sejawatnya di Istanbul, Turki, mengakui bahwa pembantaian terhadap jurnalis Saudi Jamal Khashoggi “telah dipersiapkan sebelumnya.”

Dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Georgia dan Azerbaijan, Senin (29/10/2018), Cavusoglu mengatakan, “Pertukaran informasi antara Jaksa Agung Saudi dan sejawatnya di Turki dalam kasus Khashoggi akan bermanfaat.”

Dia berharap, “Saudi akan menuntaskan penyelidikan pembunuhan Khashoggi dalam tempo secepatnya.”

Cavusoglu melanjutkan, “Kunjungan Jaksa Agung Saudi sangat penting dan dilakukan atas permintaan Riyadh. Kerjasama antara Jaksa Agung Saudi dan sejawatnya di Turki dalam kasus Khashoggi hendaknya dilanjutkan tanpa membuang waktu.”

Saud al-Mujib telah tiba di Turki, Senin, dan dijadwalkan mengunjungi Konsulat Saudi di Istanbul untuk penyelidikan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 26 Oktober lalu mengatakan bahwa Turki memiliki banyak fakta baru mengenai pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, namun Turki menganggap masih terlalu dini untuk memublikasikan semua informasi yang ada.

Erdogan mencatat bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi bukanlah kejahatan biasa, dan bahwa 18 orang telah dicurigai sebagai pelaku pembunuhan, dan pihak berwenang Saudi harus menyelidiki kasus ini.

Khashoggi yang dikenal karena kritis terhadap kebijakan Riyadh menghilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.  Beberapa hari kemudian, polisi Turki memulai penyelidikan, dan pada 20 Oktober otoritas Saudi mengakui keterbunuhan Khashoggi, namun bukan dengan pembunuhan terencana, melainkan akibat “perkelahian”.

Jaksa Agung Saudi Saud al-Mujib mengatakan 18 warganegaranya itu masih diselidiki dan identitasnya belum diungkap.

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan para pembunuh Khashoggi harus diadili di Turki.

“Meskipun Khashoggi tewas di konsulat Saudi, kejahatan itu dilakukan di Turki, yang membuat Ankara lebih memperhatikan ini… Menimbang bahwa Khashoggi dibunuh secara brutal, Saudi harus melakukan segala kemungkinan untuk menemukan dan menghukum para penjahat,” desaknya.

Erdogan menyebutkan bahwa Saudi mengklaim mayat Khashoggi telah diserahkan kepada seseorang di Turki.

“Jika Arab Saudi mengklaim mayat Khashoggi telah diserahkan kepada seseorang, maka nama orang itu harus diungkapkan,” kata Erdogan. (rt/trend)

PLO Tangguhkan Pengakuannya Atas Eksistensi Israel

Dewan Pusat PLO menyatakan pihaknya memutuskan untuk menangguhkan semua komitmen kepada Israel sampai rezim penjajah Palestina ini mengakui negara Palestina.

Dalam keputusan  yang diumumkan usai rapat pada Senin malam (29/10/2018), itu PLO menegaskan akan menghentikan semua komitmennya itu sampai Israel mengakui negara Palestina sesuai perbatasan tahun 1967 denganal-Quds Timur (Yerussalem) sebagai ibukotanya.

Komitmen itu termasuk kerja sama keamanan dan perjanjian perdagangan yang dicapai antara Israel dan Otoritas Palestina.

Meski demikian, keputusan dalam rapat Dewan Pusat PLO yang juga dihadiri oleh Ketua Otoritas Palestina Mahmoud Abbas itu tidak mengikat dan hanya merekomendasi Otoritas Palestina dalam pembuatan kebijakan di masa mendatang.

Dewan ini telah menugaskan Abbas dan Komite Eksekutif PLO untuk menindaklanjuti keputusan terbaru. Dewan ini juga secara terbuka mengecam prakarsa Deal of The Century yang diprakarsa Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk meredakan konflik Palestina-Israel.

Lebih lanjut dewan ini mengecam Hamas dan menudingnya gagal memenuhi komitmen dan perjanjian persatuan yang ditandatangani pada Oktober tahun lalu.

Abbas tampaknya mendukung keputusan dewan tersebut dan mengatakan waktunya telah tiba untuk melakukan tindakan-tindakan yang sebelumnya disetujui oleh Dewan Pusat. (wafa)

PLO: Pembunuhan Anak Kecil Oleh Israel Adalah Kejahatan Perang

Anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, mengutuk serangan udara Israel di dekat perbatasan timur Jalur Gaza, yang menewaskan tiga anak Palestina, dan menyebutnya “kejahatan perang yang sedang berlangsung.”

“Pasukan pendudukan Israel telah dengan sengaja menyasar dan membunuh anak-anak Palestina. Ini adalah kejahatan perang yang jelas melanggar hukum internasional dan hukum humaniter internasional,” tegas Hanan Ashrawi, Senin (29/10/2018).

“Kampanye kekerasan Israel secara terus menerus serta berlebihan dan tidak pandang bulu terhadap rakyat Gaza telah bertahan dengan impunitas dan diperjuangkan oleh aliansi strategis pemerintah AS dengan Israel,” imbuhnya.

Seperti pernah diberitakan, tiga anak Palestina gugur terkena serangan udara Israel dekat perbatasan Timur Jalur Gaza dengan Israel pada Ahad malam lalu.

Militer Israel mengklaim jet tempurnya telah menggempur sebuah sel pejuang Palestina yang terdiri atas tiga pemuda Palestina dekat pagar keamanan antara Gaza dan Israel.

“Para pemuda itu berusaha melanggar pagar keamanan, dan tampak hendak menanamkan bom di dekatnya,” klaim militer Israel. (presstv/anadolu)

Teroris Rencanakan Provokasi Baru Serangan Senjata Kimia Di Idlib

Wakil Tetap Wakil Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov, memberitahu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adanya rencana provokasi baru serangan senjata kimia oleh kawanan teroris di Idlib, Suriah.

“Lebih banyak laporan yang muncul tentang gerakan mencurigakan dari Jabhat Al-Nusra dan White Helmets dengan zat beracun,” katanya dalam sidang Dewan Keamanan PBB mengenai situasi kemanusiaan di Suriah, Senin (29/10/2018).

Para diplomat Rusia telah berulang kali mengingatkan soal provokasi yang direncanakan dengan dugaan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil yang diplot oleh White Helmets untuk menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan tersebut dan membenarkan serangan udara Barat terhadap Suriah.

Mengenai perjanjian Rusia-Turki tentang de-eskalasi di Idlib, Safronkov menyebutnya sebagai tindakan sementara dan bukan berarti bahwa pemberantasan terorisme di Suriah dihentikan.

“Perlu dicatat bahwa perjanjian de-eskalasi pada awalnya dilihat sebagai tindakan sementara, dan tugas menghilangkan kehadiran teroris di Suriah masih dalam agenda,” katanya.

Perundingan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di  Sochi, Rusia, pada 17 September lalu telah menghasilkan kesepakatan pengadaan zona demiliterisasi di Idlib, di sepanjang garis kontak antara pasukan pemerintah dan oposisi.

Sesuai perjanjian ini, semua senjata berat harus ditarik dari zona ini, dan kontrol di zona ini akan dilakukan oleh kelompok patroli mobil pasukan Turki dan kesatuan polisi militer Rusia. (tass)