Rangkuman Berita Timteng Selasa 25 Juli 2017

hizbullah vs al-nusra di arsalJakarta, ICMES:  Para pejuang Hizbullah Lebanon menyatakan bahwa pertempuran mereka melawan kelompok teroris takfiri Jabhat al-Nusra yang berkobar sejak beberapa hari lalu di Jaroud Arsal di wilayah perbatasan Lebanon-Suriah sudah hampir tuntas.

Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Avichay Adraee menyatakan bahwa Tel Aviv menentang partisipasi dan keterlibatan Iran dalam operasi de-eskalasi militer di Suriah selatan.

Semua staf Kedubes Israel untuk Yordania di Amman, ibu kota Yordania, termasuk pengawal yang telah menembak mati dua warga Yordania, dikabarkan telah pulang ke Israel.

Juru bicara Kemlu Iran Behram Qasemi menyatakan bahwa Dubes Iran untuk Kuwait masih akan terus menjalankan tugasnya di Kuwait, dan Iran juga masih mempertahankan haknya untuk bereaksi terhadap keputusan pemerintah Kuwait mengurangi banyak jumlah diplomat Iran di Kuwait.

Berita selengkapnya;

Hizbullah Minta Kawanan Teroris Jabhat Al-Nusra Menyerah

Para pejuang Hizbullah Lebanon menyatakan bahwa pertempuran mereka melawan kelompok teroris takfiri Jabhat al-Nusra yang berkobar sejak beberapa hari lalu di Jaroud Arsal di wilayah perbatasan Lebanon-Suriah sudah hampir tuntas.

Seperti dilaporkan TV al-Manar milik Hizbullah, pejuang Muslim Syiah Lebanon ini Senin (24/7/2017) merilis statemen berisikan seruan kepada kawanan teroris yang tersisa di Jaroud Arsal supaya menghargai nyawa mereka dengan cara meletakkan senjata, angkat tangan, dan menyerah karena dengan demikian maka nyawa mereka terjamin amin.

Sebelumnya di hari yang sama, media propaganda perang Hizbullah melaporkan bahwa Hizbullah telah menguasai penuh kawasan Wadi al-Khail yang selama ini menjadi sarang utama Jabhat al-Nusra di Jaroud Arsal, dan merebut pula daerah Wadi al-Maisarah dan perbukitan Qal’at al-Hisn yang terhubung langsung dengan kawasan segi tiga pintu perbatasan al-Zamrani di bagian timur Jaroud Arsal.

Selain itu, prajurit Hizbullah juga telah memperkuat kontrolnya atas posisi-posisi Jabhat al-Nusra di Wadi Ma’ruf, Wadi Kahil,  Wadi Zaarour, Wadi al-Dam, dan Wadi al-Daqaid.

Hizbullah membantah rumor yang disebar oleh beberapa media lokal Lebanon bahwa Hizbullah telah menyerang rumah sakit lapangan di Jaroud Arsal. Al-Manar menyebutkan rumor itu sama sekali tidak benar.

Sementara itu, berbagai faksi dan kelompok kontra-Hizbullah yang semula bersikap kritis dan menolak operasi militer Hizbullah di Arsal belakangan ini terpaksa mengakui besarnya manfaat operasi tersebut bagi Lebanon, seperti terllihat jelas dalam analisis berbagai surat kabar Lebanon.

Koran al-Jumhuriyyah bahkan menyebut perang Hizbulah melawan al-Nusra sebagai perang melawan Zionis Israel, atau perang melawan kawanan teroris yang didanai oleh kubu imperialis dan negara-negara anteknya di Timteng.

Koran ini juga menyatakan bahwa pengorbanan Hizbullah tersebut menghasilkan ketenangan bagi seluruh rakyat Lebanon, baik Muslim Sunni dan Syiah maupun Kristen dan non-Muslim lainnya.

Apresiasi untuk Hizbullah juga termuat dalam koran al-Akbar yang menyatakan bahwa operasi Hizbullah di Jaroud Arsal tidak hanya mengalahkan al-Nusra melainkan juga menyudutkan pihak-pihak yang selama bersikap kontra-Hizbullah. Beberapa koran Lebanon lain termasuk al-Binaa dan al-Nahar juga memuji kehebatan dan kepahlawanan Hizbullah di Jaroud Arsal. (rayalyoum/irna)

Israel Tolak Partisipasi Iran Dalam De-eskalasi Militer Di Suriah Selatan

Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Avichay Adraee menyatakan bahwa Tel Aviv menentang partisipasi dan keterlibatan Iran dalam operasi de-eskalasi militer di Suriah selatan.

“Sikap tentara Israel mengenai gencatan senjata di Suriah selatan bertolak dari sikap politik Israel… Kami menolak keberadaan Iran dekat perbatasan kami, dan kami akan berbuat di bidang ini sesuai dengan keputusan para pemimpin politik,” katanya kepada kantor berita Novosti milik Rusia.

Dia menambahkan bahwa Israel tidak mencampuri urusan internal Suriah sehingga juga tidak mendukung pihak manapun dalam konflik Suriah, namun Israel akan melakukan tindakan apabila terjadi “upaya pelanggaraan terhadap garis merah” yang telah ditetapkan Tel Aviv berkenaan dengan keamanan nasionalnya.

Adraee menyebutkan bahwa garis merah itu berkenaan antara lain dengan suplai senjata dan perlengkapan perang mutakhir untuk Hizbullah, dan jika itu terjadi maka Israel akan “memberi pelajaran dengan melakukan tindakan yang semestinya.”

Sementara itu Kemhan Rusia, Senin, menyatakan negara ini telah mengadakan dua pos pemeriksaan dan 10 pusat pemantauan di perbatasan kawasan de-eskalasi di barat daya Suriah hingga lokasi yang berjarak 13 kilometer dari Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang sudah lama diduduki Israel.

Kemhan Rusia menyatakan bahwa AS, Yordania, dan Israel sudah diberitahu Rusia ihwal pengadaan dua pos pemeriksaan dan 10 titik pemantauan di sepanjang haris kontak di Suriah tersebut. (rt/sputnik)

Pengawal Kedubes Israel Pembunuh Warga Yordania Pulang Ke Israel

Berbagai sumber pemberitaan dini hari Selasa (25/7/2017) melaporkan bahwa semua staf Kedubes Israel untuk Yordania di Amman, ibu kota Yordania, termasuk pengawal yang telah menembak mati dua warga Yordania, telah pulang ke Israel.

Kabar ini mengejutkan karena sebelumnya para pejabat Yordania menyatakan bahwa semua staf Kedubes Israel tidak boleh meninggalkan Yordania sebelum kasus penembakan itu diusut tuntas.

Kepolisian Yordania sudah menginterogasi pelaku penembakan tersebut, namun Rezim Zionis Israel menekan otoritas penegak hukum Yordania dengan mengingatkan bahwa pelaku memiliki kekebalan diplomatik.

Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Hotovely, Senin (24/7/2017), mengatakan bahwa pelaku terpaksa membunuh dua warga Yordania demi mempertahankan diri.

“Mereka menyerang kami, salah seorang di antaranya menggunakan  obeng,” kata Hotovely.

Dia juga mengatakan bahwa peristiwa penembakan itu berlangsung di kediaman seorang staf kedutaan pada Minggu (23/7/2017). (irna/rayalyoum)

Iran Nyatakan Dubesnya Masih Bertugas Di Kuwait

Juru bicara Kemlu Iran Behram Qasemi menyatakan bahwa Dubes Iran untuk Kuwait masih akan terus menjalankan tugasnya di Kuwait, dan Iran juga masih mempertahankan haknya untuk bereaksi terhadap keputusan pemerintah Kuwait mengurangi banyak jumlah diplomat Iran di Kuwait.

“Dubes kami untuk Kuwait masih bertahan di sana dan tidak akan meninggalkan negara ini, tapi perlu diketahui bahwa kami mempertahankan hak untuk menanggapi tindakan itu, dan akan memberikan tanggapan pada saatnya yang tepat,” kata Qasemi dalam jumpa pers di Teheran Senin (24/7/2017).

Mengenai tindakan Kuwait tersebut Qasemi mengatakan, “Kuwait telah memberitahu Dubes Iran keharusan mengurangi jumlah diplomat Iran, sedangkan pemilihan para diplomat yang akan beranjak ada di tangan Kedubes Iran sendiri, dan jangka waktu untuk penerapan hal ini ialah satu setengah bulan.”

Mengenai reaksi Iran sendiri dia mengatakan, “Jumlah para diplomat Kuwait di Iran lebih sedikit daripada jumlah diplomat kami di sana.”

Kamis pekan lalu pemerintah Kuwait telah memangkas jumlah diplomat Iran di Kedubes Iran untuk Kuwait, menutup beberapa atase di dalamnya, dan membekukan kegiatan komisi-komisi bersama kedua negara.

Memburuknya hubungan Iran-Kuwait ini dipicu oleh tuduhan Kuwait bahwa Iran terlibat dalam kasus “Sel Al-Abdali” di mana puluhan orang Kuwait yang berstatus buronan telah divonis penjara melalui pengadilan in-absentia dengan dakwaan melakukan kegiatan mata-mata untuk kepentingan Iran serta menyimpan senjata dalam jumlah secara ilegal.  (alalam)