Rangkuman Berita Timteng Selasa 23 Oktober 2018

yasin aktay dan khashoggiJakarta, ICMES: Yasin Aktay, penasehat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, membantah narasi otoritas Arab Saudi yang menyebutkan bahwa jurnalis Saudi Jamal Khashoggi terbunuh akibat perkelahian.

Lembaga Human Right Watch (HRW) menyerukan kepada Amerika Serikat (AS), Turki, negara-negara anggota UE, dan negara-negara lain agar  menolak upaya Arab Saudi cucitangan dari kasus pembunuhan jurnalis ternama Saudi Jamal Khashoggi.

Kantor berita Reuters yang berbasis di London, Inggris, melansir keterangan berbagai sumber yang mengabarkan bahwa Saud al-Qahtani, orang dekat Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman (MbS), telah mengendalikan sendiri via Skype proses pembunuhan jurnalis dan kritikus Saudi Jamal Khashoggi di konsulat negara ini di Istanbul, Turki.

Sebanyak 78 warga Palestina cidera akibat serangan pasukan Zionis Israel terhadap warga Palestina yang melancarkan aksi “Naval March”, yaitu gerakan protes yang mereka lancarkan di kawasan pantai dan lepas pantai untuk melawan blokade Israel terhadap Jalur Gaza.

Berita selengkapnya:

Penasehat Erdogan Bantah Klaim Saudi Khashogi Tewas Karena Berkelahi

Yasin Aktay, penasehat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, membantah narasi otoritas Arab Saudi yang menyebutkan bahwa jurnalis Saudi Jamal Khashoggi terbunuh akibat perkelahian.

Aktay yang juga merupakan sahabat dekat Khashoggi dalam artikelnya yang dimuat surat kabar Turki Yeni Safak, Senin (23/10/2018), mengatakan, “Siapapun akan bertanya-tanya bagaimana mungkin terjadi perkelahian 15 pemuda prajurit dengan Khashoggi seorang diri yang berusia 60 tahun…. Pernyataan mengenai perkelahian terkait dengan keterbunuhan Khashoggi adalah skenario yang dipersiapkan secara tergesa-gesa, karena jelas semua rincian kejadian ini akan terungkap dalam waktu dekat.”

Aktay melanjutkan, “Pertanyaan kedua, mengapa mereka (Saudi) menunggu sekian lama? Kedustan-kedustaan yang ada sampai sekarang tentang Khashoggi bahkan mencapai dimensi yang darinya dapat disusun berkas kejahatan yang detail.”

Pejabat Turki ini mengaku meragukan kejujuran pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman yang menyebutkan bahwa Khashoggi meninggalkan konsulat Saudi di Istanbul, Turki, empat hari setelah dikabarkan hilang, dan bahwa Saudi tidak memiliki peran apa-apa dalam kasus ini.

“Putra Mahkota Saudi menyampaikan pernyataan demikian, sementara regu yang terdiri atas 15 orang yang ditugaskan membunuh Khashoggi dengan sadis dalam gedung konsulat di Istanbul telah menyelesaikan misinya dan kembali kepada pekerjaannya,” ujar Aktay.

Setelah 18 hari berlalu sejak Khashoggi menghilang, otoritas Saudi Sabtu lalu (20/10/2018) merilis pengakuan bahwa Khashoggi terbunuh akibat “perkelahian” dengan para pejabat dalam Konsulat, dan karena itu sebanyak 18 warga negara Saudi lantas ditahan atas kejadian ini.

Pengumuman itu tidak menyebutkan bagaimana Khashoggi terbunuh dan di mana mayat pria yang hilang setelah memasuki Konsulat sejak 2 Oktober lalu. (alalam)

HRW Serukan Penolakan Terhadap Upaya Saudi Cucu Tangan Dari Kasus Khashoggi

Lembaga Human Right Watch (HRW) menyerukan kepada Amerika Serikat (AS), Turki, negara-negara anggota UE, dan negara-negara lain agar  menolak upaya Arab Saudi cucitangan dari kasus pembunuhan jurnalis ternama Saudi Jamal Khashoggi.

HRW, Senin (22/10/2018), menjelaskan bahwa statemen otoritas  Saudi mengenai kematian Khashoggi tampak sudah dirancang untuk melindungi Putra Mahkota Mohamed bin Salman (MbS) dari pemeriksaan lebih lanjut dan untuk mencegah tanggungjawab penuh atas pembunuhan Khashoggi.

Menurut HRW, negara-negara yang bersangkutan harus menyerukan pembentukan investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara independen demi mengungkap hal-hal seputar peran Saudi dalam pembunuhan Khashoggi serta untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab mengesahkan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan apapun yang terkait dengan kasus tersebut.

“Mengingat seberapa sering Arab Saudi berulang kali berbohong kepada dunia tentang kehilangan dan keterbunuhan Khashoggi maka tidak ada alasan untuk menganggap serius hasil ‘penyelidikan internal,’” kata Michael Page, wakil direktur Human Rights Watch Bidang Timteng.

“Penurunan pangkat para pejabat senior sebagai kambing hitam tidak akan menghilangkan aroma pembunuhan Khashoggi dari Mohamed bin Salman,” imbuhnya. (hrw)

Reuters: Orang Dekat Bin Salman Kendalikan Pembunuhan Khashoggi Via Skype

Kantor berita Reuters yang berbasis di London, Inggris, melansir keterangan berbagai sumber yang mengabarkan bahwa Saud al-Qahtani, orang dekat Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman (MbS), telah mengendalikan sendiri via Skype proses pembunuhan jurnalis dan kritikus Saudi Jamal Khashoggi di konsulat negara ini di Istanbul, Turki.

Reuters dalam laporan eksklusifnya, Senin (22/10/2018), menyebutkan bahwa al-Qahtani sebelum dicopot oleh Raja Salman bin Abdulaziz terkait kasus ini merupakan salah satu pejabat terdekat dengan MbS.

Namun, lanjut Reuters berdasarkan keterangan dari para narasumbernya yang terhubung dengan pihak istana, karena pengaruh al-Qahtani sangat besar maka para pejabat kerajaan tidak diperkenankan mengajukannya sebagai orang yang telah mengendalikan proses pembunuhan Khashoggi, karena beresiko membuat MbS menjadi sasaran tuduhan utama.

“Episode ini tidak akan menggulingkan MbS, tetapi telah memukul citranya sehingga membutuhkan waktu lama untuk diperbaiki jika itu pernah terjadi. Raja melindunginya, “kata salah satu sumber itu.

Reuter juga mengutip keterangan delapan sumber diplomatik bahwa al-Qahtani adalah orang yang telah mengendalikan proses penyekapan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri di Saudi pada November 2017.

Reuters menilai keengganan negara-negara Barat, kecuali Perancis, dalam kasus penyekapan Hariri telah membuat MbS makin bernyali dalam berbuat sewenang-wenang, namun kali ini mereka telah menunjukkan sikap yang lebih tegas menyusul terbongkarnya skandal pembunuhan Khashoggi. (rt)

87 Orang Palestina Terluka Diserang Pasukan Israel

Sebanyak 78 warga Palestina cidera akibat serangan pasukan Zionis Israel terhadap warga Palestina yang melancarkan aksi “Naval March”, yaitu gerakan protes yang mereka lancarkan di kawasan pantai dan lepas pantai untuk melawan blokade Israel terhadap Jalur Gaza, Senin (22/10/2018).

Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina mencatat 78 orang terluka, 22 di antaranya terkena peluru tajam dan puluhan lainnya sesak nafas akibat tembakan gas air mata, dan para korban segera dilarikan untuk mendapat pengobatan.

Ratusan warga Palestina di Jalur Gaza pada Senin sore waktu setempat mendatangi kawasan perbatasan laut di bagian barat laut Jalur Gaza untuk melancarkan aksi Naval March yang ketiga kalinya. Mereka menyerukan kepada dewan pergerakan nasional agar memecah blokade bersamaan dengan gerakan Great March of Riturn yang juga sudah sekian bulan berlangsung di Jalur Gaza untuk meneriakkan hak para pengungsi Palestina pulang ke kampung halaman, termasuk di wilayah Israel (Palestina pendudukan 1948).

Pasukan Israel merespon aksi Naval March dengan menembakkan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa dan mencegah mereka mendekati pagar perbatasan. (alalam)