Jakarta, ICMES: Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menyatakan bahwa rudal-rudal yang telah dilesatkan oleh pasukan elit Iran ini telah berhasil menghancurkan posisi-posisi kelompok teroris ISIS di Suriah sebagai balasan atas serangan teror ISIS yang terjadi beberapa waktu lalu di Teheran, ibu kota Iran.
Menteri Luar Negeri Qatar Hamad bin Abdulrahman al-Thani memastikan negaranya tidak akan berunding dengan blok Arab Saudi sebelum mereka mencabut blokade ekonomi terhadap Qatar.
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Anwar Gharghas dalam jumpa pers di Paris, Perancis, menyatakan bahwa pengucilan terhadap Qatar “bisa jadi akan berlanjut sampai bertahun-tahun.”
Berita selengkapnya;
IRGC: Rudal Iran Anti-ISIS Di Suriah Tepat Sasaran
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menyatakan bahwa rudal-rudal yang telah dilesatkan oleh pasukan elit Iran ini telah berhasil menghancurkan posisi-posisi kelompok teroris ISIS di Suriah sebagai balasan atas serangan teror ISIS yang terjadi beberapa waktu lalu di Teheran, ibu kota Iran.
Juru bicara IRGC Brigjen Ramezah Sharif, Senin (19/6/2017), mengatakan, “Berdasarkan informasi-informasi terpercaya, operasi ini sukses, dan rudal-rudal itu telah menghancurkan pangkalan-pangkalan komando dan persenjataan ISIS di Deir Ezzor (Suriah Timur).”
Sebelumnya, IRGC mengumumkan pihaknya telah melesatkan enam rudal jarak sedang, Minggu malam (18/6/2017), dari provinsi Kermanshah dan provinsi Kurdistan, Iran barat, dengan sasaran pangkalan-pangkalan ISIS sebagai balasan atas serangan teror yang terjadi di dua lokasi strategis di Iran, yaitu area makam Imam Khomaini dan gedung parlemen Iran, dan menjatuhkan korban meninggal dunia sebanyak 17 orang pada 7 Juni lalu.
TV resmi Iran melaporkan bahwa serangan itu menewaskan petinggi ISIS berkewarga negaraan Arab Saudi bernama Said al-Hoseini alias Abu Said.
Selama 30 tahun, serangan ini merupakan pertama kalinya Iran menembakkan rudalnya ke wilayah negara lain.
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif di halaman Twitternya menuliskan, “Kekuatan rudal Iran melindungi warganya dalam pertahanan diri yang sah serta memperkuat kemajuan serangan penumpasan ISIS dan para teroris radikal.”
Komandan Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Ahmad Reza Pourdastan menegaskan, “Pertahanan kami tidak lagi terbatas di wilayah Iran…. Zona tempur kami akan ada di manapun ancaman itu ada.”
Komandan Pasukan Dirgantara IRGC Brigen Amir Hajizadeh kepada TV Iran mengatakan, “Rudal-rudal itu telah melintasi angkasa Irak dan mengena sasaran-sasarannya di Suriah.”
Dia menambahkan bahwa beberapa pesawat nirawak yang diterbangkan dari Damaskus ke angkasa Deir Ezzor telah mengirimkan gambar-gambar keberhasilan serangan tersebut, termasuk dalam menghantam sebuah “bangunan kecil” tempat berkumpulnya para anggota ISIS.
Dia juga menyebutkan bahwa peluncuran rudal ini juga merupakan kejutan bagi dunia karena dari jarak sekira 700 km Iran terbukti mampu mendeteksi dan menghancurkan sasaran antara lain dengan tepat sebagaimana terlihat dalam rekaman video yang dikirim oleh nirawak tersebut.
Peluncuran rudal ini terjadi beberapa jam setelah Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyatakan akan “menampar” musuh sebagai penghormatan atas para korban terorisme, terutama mereka yang gugur di Suriah dan Irak.
Kantor berita Tasnim milik Iran melaporkan bahwa rudal sedang yang diluncurkan antara lain jenis Zolfaghar yang berjarak tempuh sekira 750 km.
Selain membuat rudal jarak sedang, Iran juga telah memroduksi rudal-rudal jelajah berjarak tempuh 2000 km, hal yang membuat negara ini semakin dimusuhi oleh Amerika Serikat dan Israel. (rayalyoum)
Qatar Tak Akan Berunding Dengan Aliansi Saudi Sebelum Blokade Dicabut
Menteri Luar Negeri Qatar Hamad bin Abdulrahman al-Thani, Senin (19/6/2016), memastikan negaranya tidak akan berunding dengan blok Arab Saudi sebelum mereka mencabut blokade ekonomi terhadap Qatar.
Dia juga mengatakan Qatar tidak akan berunding mengenai berbagai persoalan yang terkait dengan kebijakan luar negerinya maupun berkenaan dengan channel Al-Jazeera.
“Jika krisis berkelanjutan maka akan kami bersandar pada Turki, Kuwait, dan Oman, sementara Iran juga menyediakan jalur udara untuk kami,” ujarnya.
Mengenai hubungan negaranya dengan Iran dia melanjutkan, “Sekarang Qatar bekerjasama dengan Iran untuk transportasi udara yang diperlukan, dan Iran menyediakan jalur udara aman yang dibutuhkan Doha.”
Dia juga mengaku sampai sekarang belum menerima permintaan apapun dari negara-negara Arab yang telah memutus hubungannya dengan Qatar.
Sebelumnya, Arab Saudi menyatakan masalahnya dengan Qatar tidak akan bisa dimediasi. Saudi bersama Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar. Aksi ini kemudian diikuti oleh pemerintahan timur Libya, Maladewa, pemerintahan presiden tersingkir Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi, Mauritania, dan Eritrea.
Tekanan hebat terhadap Qatar ini terjadi menyusul tersiarnya rekaman suara yang disebut-sebut sebagai pernyataan Emir Qatar Syeikh Tamim Bin Hamad al-Thani yang berisikan kecaman terhadap kebijakan regioanal Saudi serta mengenai hubungan Qatar dengan Iran.
Suara itu menyebutkan bahwa Iran merupakan kekuatan regional sehingga dunia Arab harus berinteraksi dengan Iran serta mendukung kelompok pejuang Hizbullah dan Hamas. (skynewsaraby/alray)
Menlu UEA: Isolasi Qatar Bisa Jadi Bertahun-Tahun
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Anwar Gharghas dalam jumpa pers di Paris, Perancis, Senin (19/6/2017), menyatakan bahwa pengucilan terhadap Qatar “bisa jadi akan berlanjut sampai bertahun-tahun.”
Seperti diketahui UEA termasuk negara yang menyertai Arab Saudi dalam aksi putus hubungan dengan Qatar dengan tuduhan bahwa Doha menyokong terorisme. Mereka juga telah menutup jalur udara, laut dan darat bagi Qatar.
“Kami pasrahkan kepada waktu, kami tidak menginginkan eskalasi, kami (hanya) ingin mengucilkannya… Qatar harus mengubah pendiriannya menyokong para jihadis dan Islamis ekstrimis,” lanjutnya.
Dia menuding Qatar telah memberikan dukungan dana, politik, dan propaganda kepada para ekstrimis. Tanpa memberikan keterangan lebih jauh, dia juga menyebutkan bahwa Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir dalam beberapa hari ke depan akan mengajukan daftar tuntutannya kepada Qatar yang antara lain ialah pengusiran “para tokoh ekstrimis”.
Gharghas berpendapat bahwa krisis ini tidak akan terselesaikan jika “Qatar tidak mengubah kebijakannya”, dan “berjanji menghentikan dukungannya kepada para jihadis dan Islamis ekstrimis.”
Dia kemudian mengimbau Barat agar memasang “alat pemantau” untuk memastikan konsistensi Qatar kepada janji-janjinya.
“Amerika Serikat, Perancis, Inggris, dan Jerman memiliki bobot politik dan keahlian teknis yang memungkinkannya untuk memasang alat ini,” ungkapnya.
Sebelumnya di hari yang sama, direktur Kantor Komunikasi Pemerintah Qatar, Sheikh Saif bin Ahmed al-Thani, mengatakan, “Blokade telah berlangsung selama dua minggu dan negara-negara yang memblokade tidak menawarkan formula untuk menyelesaikan krisis tersebut. Sangat disayangkan bahwa tetangga kita telah memilih untuk menginvestasikan waktu dan sumber daya mereka dalam sebuah kampanye propaganda tanpa dasar.”
Dia juga menyebut tuduhan “terorisme” blok Saudi sebagai “aksi publisitas”. (rayalyoum/aljazeera)