Jakarta, ICMES: Untuk pertama kalinya pemerintah Yaman aliansi Ansarullah-Houthi yang berkuasa di Sanaa, ibu kota Yaman, menuding Arab Saudi secara langsung sebagai pihak yang telah menebar wabah penyakit kolera di Yaman.
Tersiarnya berita yang disebut-sebut berasal dari akun Twitter saluran TV al-Alam mengenai pendirian pangkalan militer Iran di Qatar telah membangkitkan kehebohan besar di berbagai media sosial Arab, sementara pemerintah Iran maupun pemerintah Qatar tidak memberikan tanggapan resmi.
Menteri Pertahanan Qatar Khalid bin Muhammad al-Atiyyah menegaskan bahwa negara manapun tidak berhak mendikte Doha agar menutup pangkalan militer Turki di Qatar.
Gerakan Hizbullah yang berbasis di Lebanon memuji serangan tiga pejuang Palestina yang menewaskan dua polisi Rezim Zionis Israel dan melukai satu lainnya di Baitul Maqdis pada Jumat pekan lalu.
Berita selengkapnya;
Sanaa Resmi Nyatakan Saudi Penebar Wabah Kolera Di Yaman
Untuk pertama kalinya pemerintah Yaman aliansi Ansarullah-Houthi yang berkuasa di Sanaa, ibu kota Yaman, menuding Arab Saudi secara langsung sebagai pihak yang telah menebar wabah penyakit kolera di Yaman.
Tuduhan ini dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Yaman kubu Sana, Hisham Sharaf, dalam pertemuan resmi di kantor kementerian ini dengan puluhan lembaga yang bernaung di bawah PBB termasuk Koordinator Penduduk PBB (UNRCO), Program Pangan Dunia (FAO), Kantor Urusan Kordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA), dan berbagai organisasi internasional lain yang beraktivitas di Yaman.
Seperti dilansir Ray al-Youm, Senin (17/7/2017), dalam teks pernyataan yang ditujukan kepada Arab Saudi, Sharaf menegaskan, “Kalian telah sengaja menyebar wabah kolera. Setelah gagal mewujudkan tujuan militer di lapangan kalian lantas mencoba senjata lain, yaitu memblokade jalur-jalur darat, laut, dan udara. Setelah itu kalian memutus gaji para pegawai hingga kemudian menyebar penyakit dan wabah, termasuk kolera sebelum kemudian meningitis.”
Dia melanjutkan, “Berhentilah kalian menggunakan kolera, bertindaklah sesuai etika perang, dan ketahuilah bahwa orang-orang Yaman tidak akan pernah melupakan tindakan kalian terhadap hak mereka dan bagaimana kalian sengaja menebar wabah kolera.”
Dalam pertemuan itu telah didiskusikan berbagai persoalan penanggulangan wabah yang melanda 22 provinsi Yaman ini. Data yang mengemuka dalam pertemuan itu mencatat bahwa sejak wabah ini melanda pada 27 April sampai dengan 16 Juli 2017 terdapat 332.658 kasus, sedangkan warga yang meninggal akibat penyakit ini mencapai 1.759 orang.
Pejebat Yaman itu juga menepis adanya peran positif Pusat Raja Salman untuk Bantuan Dan Kemanusiaan (King Salman Center for Relief and Humanitarian Aid /KSCRHA) dalam upaya penanggulan wabah ini.
“Pusat ini tidak berbuat apapun. Kalau mereka memang ingin memberikan bantuan kepada korban maka mereka harus memberikannya melalui PBB dan lembaga-lembaga lain,” kecamnya. (rayalyoum)
“Pangkalan Militer Iran Di Qatar” Bangkitkan Kemarahan Saudi
Tersiarnya berita yang disebut-sebut berasal dari akun Twitter saluran TV al-Alam mengenai pendirian pangkalan militer Iran di Qatar telah membangkitkan kehebohan besar di berbagai media sosial Arab, sementara pemerintah Iran maupun pemerintah Qatar tidak memberikan tanggapan resmi.
Berita itu menyebutkan bahwa Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani telah menyatakan kepada Presiden Iran Hassan Rouhani keinginan Doha untuk mendirikan pangkalan militer bagi Iran di Qatar demi menunjang keamanan dan stabilitas di kawasan Teluk.
Berita itu menjadi viral di berbagai media Sosial di mana para aktivis Saudi dan Arab lainnya mengungkapkan kemarahan mereka dengan membuat hashtag berbahasa Arab yang artinya, “pangkalan militer Iran di Qatar.”
Sementara itu, pihak redaksi al-Alam, Senin malam (17/7/2017), membantah berita hoax yang disebar melalui akun al-Alam di Twitter yang telah diretas sejak beberapa hari lalu tersebut.
Al-Alam menyebutkan bahwa para peretas Saudi telah menyebar berita bohong bahwa telah terjadi percakapan telefon antara Rouhani dan al-Thani dan bahwa dalam percakapan ini keduanya membicarakan mengenai kemungkinan pendirian pangkalan militer Iran di Qatar.
Channel milik Iran ini mengingatkan bahwa tidak adanya link ke situs www.alalam.ir dalam pemberitaan tersebut menunjukkan bahwa berita itu palsu dan sengaja disebar oleh para peretas untuk membuat kegaduhan.
“Berbagai laman dan lembaga pemberitaan Saudi segera menyebar berita bohong ini meskipun mereka mengetahuinya kepalsuannya dan mengetahui pula bahwa akun (al-Alam di Twitter) itu telah diretas oleh para peretas Saudi sejak enam hari lalu. Ini menunjukkan bahwa laman-laman Saudi itu bersekongkol dengan para peretas,” tulis al-Alam di situs resminya.
Al-Alam juga menyebutkan bahwa pihaknya masih menindak lanjuti masalah ini melalui jalur hukum. (rayalyoum/alalam)
Menhan Qatar: Siapapun Tak Berhak Meminta Penutupan Pangkalan Militer Turki
Menteri Pertahanan Qatar Khalid bin Muhammad al-Atiyyah menegaskan bahwa negara manapun tidak berhak mendikte Doha agar menutup pangkalan militer Turki di Qatar.
“Siapapun tidak berhak meminta kami menutup pangkalan militer yang sudah lama diketahui oleh semua orang,” ungkap al-Atiyyah dalam wawancara dengan TRT World milik Turki yang disiarkan, Senin (17/7/2017).
Menyinggung desakan negara-negara pemboikot Qatar untuk penutupan pangkalan tersebut dia menambahkan, “Masalah ini terkait semata-mata dengan hubungan antara dua negara yang sama-sama berdaulat… Adanya pangkalan militer Turki sudah diketahui semua orang sejak dulu.”
Dia juga megonfirmasi bahwa salah satu tuntutan negara-negara itu memang penutupan pangkalan militer Turki di Qatar.
Seperti diketahui, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir ramai-ramai memutuskan hubungan dengan Qatar sejak 5 Juni lalu sembari menuding Qatar sebagai negara pendukung teroris. Qatar menanggapi tudingan ini dengan mengaku sedang menghadapi “serangan berita hoax.”
Sementara itu, dewan menteri Saudi dalam rapatnya yang dipimpin Raja Salman Bin Abdul Aziz di Jeddah, Senin, menegaskan bahwa aksi boikot terhadap Qatar akan terus berlanjut sampai Doha memenuhi desakan negara-negara pemboikot.
Menteri Kebudayaan Dan Informasi Saudi mengatakan, “Dewan menteri menyimak sejumlah laporan mengenai aneka peristiwa dan perkembangan baru, dan dalam konteks ini telah menyinggung pernyataan bersama yang dirilis oleh Kerajaan Arab Saudi, Republik Arab Mesir, negara Uni Emirat Arab, dan Kerajaan Bahrain.”
Dia menambahkan bahwa empat negara ini menegaskan kontinyuitas tindakan yang telah ditempuh selama ini sampai pemerintah Qatar bersedia menerapkankanya. (rayalyoum/irna)
Hizbullah Puji Serangan Pejuang Palestina Terhadap Pasukan Zionis
Gerakan Hizbullah yang berbasis di Lebanon, Senin (17/7/;2016), memuji serangan tiga pejuang Palestina yang menewaskan dua polisi Rezim Zionis Israel dan melukai satu lainnya di Baitul Maqdis pada Jumat pekan lalu. Hizbullah menyebut aksi tiga pejuang yang akhirnya gugur ditembak pasukan Zionis itu sebagai jihad suci yang dilakukan oleh pejuang gagah berani Palestina.
Hizbullah menegaskan bahwa serangan itu pantas dilakukan karena “mengakar pada spirit muqawamah (perlawanan) dalam diri orang-orang Palestina di seluruh negeri Palestina”, dan menunjukkan betapa mulia Masjid al-Aqsa dalam sabubari bangsa Palestina sehingga dari tempat suci ini bergelora perang melawan pendudukan Zionis.
“Di tanahnya sendiri para pejuang itu rela mempersembahkan jiwa mereka demi membebaskan negeri dan mengembalikan martabat dan kemerdekaan,” ungkap Hizbullah.
Gerakan pejuang Lebanon pimpinan Sayyid Hassan Nasrallah ini menambahkan bahwa berdasarkan norma apapun aksi yang dilakukan oleh para pejuang Palestina dari marga al-Jabarin itu merupakan tindakan yang besar dan membanggakan serta menunjukkan gelora penolakan yang dahsyat terhadap penistaan dan pendudukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina.
“Ini merupakan pelajaran yang patut dipetik oleh setiap manusia merdeka di tengah umat kita untuk melawan para mustakbirin, rezim pendudukan, dan kaum zalim,” tegas Hizbullah.
Seperti pernah diberitakan, tiga pejuang Palestina gugur syahid setelah melepaskan tembakan yang menewaskan dua polisi Israel dan melukai satu lainnya di kota lama Baitul Maqdis (al-Quds/Yerussalem), dini hari Jumat (14/7/2017).
Setelah menembak para pejuang itu berusaha kabur ke halaman Masjid al-Aqsa namun terkejar dan diterjang peluru pasukan Zionis. Kejadian ini menimbulkan ketegangan hingga shalat Jumat di Masjid al-Aqsa tak jadi dilaksanakan karena dilarang oleh otoritas keamanan Israel. (almanar)