Rangkuman Berita Timteng Selasa 11 Juli 2017

qassem soleimani iranJakarta, ICMES: Komandan Pasukan Quds yang bernaung di bawah Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC)  Jenderal Qasem Soleimani menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan Iran telah mempersenjatai Irak sepanjang waktu dalam perang melawan kawanan teroris.

Sumber-sumber intelijen menyatakan bahwa pasukan keamanan Irak di Mosul barat telah menemukan sebuah dokumen larangan pemberitaan mengenai kematian gembong kelompok teroris ISIS Abu Bakar al-Baghdadi.

Menteri Luar Negeri Qatar Mohammad Bin Abdul Rahman al-Thani, kembali menegaskan penolakan negaranya terhadap tekanan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir yang telah memutus hubungan dengan Qatar dengan tuduhan bahwa Doha menyokong kelompok-kelompok teroris di Suriah dan Libya.

Jubir Kemlu Iran Behram Qassemi menyatakan bahwa kesepakatan yang dinyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai gencatan senjata di barat daya Suriah bukanlah perjanjian yang mengikat Iran.

Berita selengkapnya;

Jenderal Soleimani: Iran Persenjatai Irak Sepanjang Waktu Dalam Penumpasan Teroris

Komandan Pasukan Quds yang bernaung di bawah Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC)  Jenderal Qasem Soleimani menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan Iran telah mempersenjatai Irak sepanjang waktu dalam perang melawan kawanan teroris.

Dalam pidato pada peringatan gugurnya Brigjen Shaban Naseri yang berlangsung di Teheran, Senin (10/7/2017), Soleimani menjelaskan bahwa gerakan Hizbullah Lebanon telah mengalirkan pengalaman militernya kepada pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi.

Soleimani menyebut kemunculan kelompok teroris ISIS sebagai fenomena yang sangat berbahaya dam telah menimbulkan kerugian besar pada dunia Islam, sementara musuh-musuh Iran telah gagal mengacaukan negara republik Islam ini dengan konflik sektarian, dan bangsa Iranpun terus melawan eksistensi pasukan asing di kawasan.

Dia mengapresiasi peranan Perdana Menteri Irak Haeder Abadi dan parlemen negara ini dalam melegitimasi keberadaan al-Hashd al-Shaabi yang, menurutnya, merupakan “pasukan terkuat di kawasan yang telah menorehkan kepahlawanan tak terlupakan dalam perang melawan terorisme.”

Mengenai bebasnya kota Mosul, Irak utara, dari cengkraman ISIS Solemaini mengatakan bahwa kemenangan ini adalah berkat hikmat dan kebijaksanaan figur istimewa ulama besar Irak Grand Ayatullah Sayyid Ali al-Sistani yang telah tampil sebagai marji’ atau ulama rujukan bukan hanya bagi kaum Syiah melainkan juga bagi semua golongan di Irak.

Di bagian akhir, sosok yang dijuluki Barat “Jenderal Bayangan” ini menegaskan bahwa bangsa Irak tidaklah sendirian, dan bahwa bangsa ini dan bangsa Suriah sama-sama berjasa besar bagi bangsa-bangsa dunia dalam perang melawan terorisme. (rayalyoum)

Ditemukan, Dokumen Rahasia Larangan Pemberitaan Mengenai Kematian al-Baghdadi

Sumber-sumber intelijen menyatakan bahwa pasukan keamanan Irak di Mosul barat telah menemukan sebuah dokumen larangan pemberitaan mengenai kematian gembong kelompok teroris ISIS Abu Bakar al-Baghdadi.

Seperti dilansir media Irak Senin (10/7/2017), sumber-sumber itu menyebutkan bahwa dalam serbuan terhadap salah satu markas ISIS di Mosul pasukan keamanan Irak telah menemukan sebuah dokumen berisikan larangan pemberitaan mengenai kematian al-Baghdadi. Dokumen ini juga menekankan bahwa ISIS tetap eksis walaupun al-Baghdadi terbunuh, sembari mengutip ayat suci al-Quran al-Karim Surat Ali Imran {3] ayat 144;

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Dokumen yang beredar hanya di kalangan petinggi ISIS ini menyerukan “kesabaran dan kepatuhan kepada perintah para pemimpin ISIS bersamaan dengan perahasiaan berita kematian al-Baghdadi agar tidak terjadi kekacauan di barisan mereka.”

Media Barat belakangan ini merilis kabar kemungkinan tewasnya al-Baghdadi akibat serangan udara Rusia di kota Raqqa, Suriah, akhir bulan Mei lalu, namun tidak ada konfirmasi resmi dari pihak manapun bahwa al-Baghdadi sudah tak bernyawa.

Seperti pernah diberitakan, pasukan Irak telah berhasil mengalahkan ISIS di Mosul dan membebaskan kota ini secara total dari pendudukan kelompok teroris takfiri ini. (rayalyoum)

Ini Sikap Qatar Mengenai Kemungkinan Terjadinya Eskalasi Militer

Menteri Luar Negeri Qatar Mohammad Bin Abdul Rahman al-Thani, kembali menegaskan penolakan negaranya terhadap tekanan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Mesir yang telah memutus hubungan dengan Qatar dengan tuduhan bahwa Doha menyokong kelompok-kelompok teroris di Suriah dan Libya.

“Qatar tidak akan mematuhi permintaan apapun yang melanggar undang-undang internasional, dan tidak akan pula mematuhi tindakan yang ditujukan terhadap Qatar semata,” ungkap al-Thani kepada channel 1 milik Perancis seperti dikutip koran al-Sharq milik Qatar, Senin (10/7/2017).

“Qatar dengan segenap kemampuannya telah bekerja memerangi terorisme dengan segala bentuknya, tapi Saudi dan UEA hendaknya tidak memberi kami pelajaran karena mereka sendiri memiliki warga yang dituduh terlibat dalam terorisme dan pendanaannya,” imbuh al-Thani.

Mengenai kemungkinan krisis Qatar akan meningkat ke level militer, Menlu Qatar mengingatkan bahwa krisis apapun tak dapat diselesaikan melalui konfrontasi, melainkan harus melalui meja dialog berdasarkan prinsip-prinsip yang jelas.

“Tapi kalian berbicara mengenai kemungkinan konflik bersenjata, maka Saudi hendaknya mengetahui bahwa eskalasi militer baru akan menimpakan akibat yang sangat fatal bagi kawasan,” lanjutnya.

Hubungan Qatar dengan empat negara Arab tersebut dilanda krisis sehingga sejak 5 Juni lalu mereka memutus total hubungannya dengan Qatar serta menerapkan beberapa tindakan sanksi. Mereka kemudian mengajukan kepada Qatar melalui mediator Kuwait daftar persyaratan yang berisikan 13 poin untuk normalisasi hubungan dengan Qatar, namun Qatar menolak sembari menyebutnya “tidak realistis.” (rayalyoum)

Perjanjian Rusia Dengan AS Mengenai Gencatan Senjata Di Suriah Tidak Mengikat Iran

Jubir Kemlu Iran Behram Qassemi menyatakan bahwa kesepakatan yang dinyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai gencatan senjata di barat daya Suriah bukanlah perjanjian yang mengikat Iran.

Sesuai perjanjiian segi Rusia, AS dan Yordania tersebut gencatan senjata diterapkan antara pasukan pemerintah dan gerilyawan pemberontak Suriah di provinsi Daraa, Quneitra dan Suwaida di bagian barat daya Suriah sejak Minggu (10/7/2017).

Dalam jumpa pers di Teheran, Senin (11/7/2017), Ghasemi menegaskan negaranya tidak ikut menjamin pelaksanaan perjanjian tersebut dan akan terus berkomunikasi dengan Moskow sesuai nota-nota kesepahaman yang telah dicapai dalam perundingan demi perundingan mengenai krisis Suriah di Astana, ibu kota Kazakhstan.

Rusia, Iran dan Turki selaku segi tiga penjamin gencatan senjata di sebagian wilayah Suriah yang berjalan sejak awal tahun ini pada 4 Mei lalu menyepakati pengadaan “kawasan de-eskalasi” di mana pasukan ketiga negara ini disebar untuk menjaga keamanan di beberapa wilayah tertentu di Suriah.

“Kami dapat menerima perjanjian (Rusia, AS, dan Yordania) ini apabila diterapkan pada wilayah Suriah lainnya dan apabila mendukung kesepahaman-kesepahaman yang telah dicapai di Astana mengenai kawasan de-eskalasi,” ungkap Behram Qassemi.

Dia menekan bahwa Teheran meragukan perjanjian ini mengingat tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebelumnya oleh AS di kawasan.

Iran dan Rusia mendukung pemerintah Suriah secara politik maupun militer dalam melawan kubu oposisi. Keduanya menginginkan berlanjutnya kepemimpinan Bashar al-Assad yang menjabat presiden Suriah sejak Juli 2000 melanjutkan kepresidenan ayahnya, mendiang Hafez al-Assad (1971 – 2000). (rayalyoum)