Rangkuman Berita Timteng Selasa 10 Oktober 2017

iran berhram qasemi2Jakarta, ICMES:  Pemerintah Iran mengancam akan “bereaksi sengit” terhadap Amerika Serikat (AS) jika Washington mencatumkan pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dalam daftar teroris.

Sekjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano  dan berbagai pihak lain memastikan Iran mematuhi perjanjian nuklirnya dengan enam negara terkemuka dunia.

Kemhan Suriah menyampaikan laporan baru mengenai dukungan dan pasokan senjata Israel dan Amerika Serikat (AS) kepada kawanan teroris di Suriah.

Operasi militer penumpasan kelompok teroris ISIS oleh Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) di kota Raqqa, Suriah, dilaporkan telah memasuki “minggu terakhir”-nya.

Berita Selengkapnya:

Iran Ancam Akan “Bereaksi Sengit” Jika AS Sebut IRGC Teroris

Pemerintah Iran mengancam akan “bereaksi sengit” terhadap Amerika Serikat (AS) jika Washington mencatumkan pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), dalam daftar teroris.

“Reaksi Iran terhadap AS akan keras, sengit, dan telak jika AS melakukan kesalahan strategis dengan mencantumkan IRGC dalam daftar teroris, dan kami berharap AS tidak melakukan kesalahan ini… Saya berharap orang-orang bijak di AS melakukan sesuatu untuk mencegah pengambilan keputusan berbahaya itu, ” kata jubir Kemlu Iran Behram Qasemi dalam jumla pers mingguannya, Senin (9/10/2017).

Mengenai kesepakatan nuklir Iran dia mengatakan, “Negara-negara Eropa menentang kebijakan AS mengenai kesepakatan ini, dan mereka akan terus melanjutkan kerjasamanya dengan Iran.”

Media AS melaporkan bahwa presiden negara ini, Donald Trump, akan mengumumkan berbagai tindakan baru, terutama pencatuman IRGC dalam daftar organisasi teroris dunia. Menurut koran Inggris Financial Times, hal ini adalah dalam rangka upaya Washington membatalkan kesepakatan nuklir Iran pada pekan ini.

Panglima IRGC Mohammad Ali Jafari Ahad  lalu menegaskan, “Jika Washington mencatumkan IRGC dalam daftar teroris maka kami akan menganggap tentara AS di dunia, terutama kawasan kami, sebagai ISIS.”

Kepala Dewan Perwakilan Rakyat AS, Paul Ryan, mengatakan bahwa Kamis pekan ini Trump akan mengungkapkan “strategi komprensif mengenai kesepakatan buruk dengan Iran”.

Pada 14 September lalu AS mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap 11 lembaga dan tokoh yang dinilai mendukung IRGC dan Pasukan Quds yang bernaung di bawah IRGC. (alalam/rayalyoum)

IAEA Dan Berbagai Pihak Lain Pastikan Iran Patuhi Perjanjian Nuklir

Sekjen Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/ IAEA) Yukiya Amano memastikan Iran mematuhi perjanjian nuklirnya dengan enam negara terkemuka dunia yang dijalin pada tahun 2015 dan dikenal dengan nama “Joint Comprehensive Plan of Action” (JCPOA).

Dalam pidato pembukaan konferensi pelucutan senjata nuklir di Roma,ibu kota Italia, Senin (9/10/2017), mengatakan, “Saya dapat menyatakan bahwa komitmen terkait nuklir yang dilakukan oleh Iran di bawah perjanjian nuklir sedang dilaksanakan.”

Amano kemudian bertemu dengan kepala Badan Energi Nuklir Iran, Ali Akbar Salehi ,di Roma. Pada kesempatan ini Amano mengatakan bahwa hal yang penting bagi IAEA adalah pengamatan obyektifnya, bukan atmosfir politik.

Sebelumnya, berbagai pihak juga mengingatkan bahaya  keputusan AS keluar dari JCPOA.

Menlu  Jerman Sigmar Gabriel mengatakan “dunia akan berubah” jika Trump mengambil keputusan demikian.

“Itu adalah bahaya besar bagi kami karena jika AS mengambil jalannya itu maka dunia akan berubah… Kami melihat dengan sangat prihatin terhadap Amerika Serikat ” kata Gabriel.

Dia menambahkan bahwa memperlakukan Iran seolah sedang mengembangkan senjata nuklir “tidak akan menghasilkan kebaikan apapun”, dan Jerman akan tetap berkomitmen kepada JCPOA.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengingatkan “konsekuensi negatif” jika AS jadi mundur dari kesepakatan nuklir Iran.

“Presiden Putin telah berulang kali berbicara tentang pentingnya kesepakatan mengenai apa yang disebut dokumen nuklir Iran,” kata Peskov kepada wartawan.

Federica Mogherini, Wakil Uni Eropa Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, juga mengingatkan AS bahwa pihaknya sudah delapan kali memastikan konsistensi Iran pada JCPOA.

Dia mengatakan bahwa sekarang sudah saatnya membuka “kanal-kanal baru dalam kerjasama internasional, dan tentu bukan malah membongkarnya.” (tehrantimes/rayalyoum)

Kemhan Suriah Rilis Laporan Mengenai Pasokan Senjatga AS dan Israel Kepada Teroris

Kemhan Suriah, Senin (9/10/2017), menyampaikan laporan baru mengenai dukungan dan pasokan senjata Israel dan Amerika Serikat (AS) kepada kawanan teroris di Suriah.

Dalam laporan ini Kemhan Suriah menyebutkan bahwa sejak awal pemaksaan perang terhadap Suriah “telah ditemukan dan disita banyak senjata dan amunisi di berbagai kawasan Suriah, dan berbagai senjata AS ada di tangan kawanan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan berbagai kelompok lain.”

Kemhan Suriah menjelaskan, “Operasi penyelundupan senjata untuk para teroris dilakukan melalui berbagai kanal dan perusahaan di negara-negara Eropa timur dan badan-badan milik negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan senjata ini kemudian masuk ke Turki dan Arab Saudi melalui pelabuhan atau pangkalan-pangkalan udara AS.”

Menurut Kemhan Suriah, negara-negara tersebut menyuplai ISIS dan Jabhat al-Nusra dengan senjata untuk mendapat imbalan hasil sumur-sumur minyak yang dikuasai ISIS di Suriah dan Irak. Senjata yang diberikan kepada keduanya antara lain roket, senapan otomatis, rudal anti pesawat udara, dan bahkan tank.

Kemhan Suriah menambahkan bahwa pasca pembebasan Aleppo timur dari pendudukan kawanan teroris Jabhat al-Nusra dan berbagai kawasan lain di provinsi Homs, Hama, dan Deir Ezzor dari cengkramanan ISIS, tentara Suriah telah menemukan dan menyita senjata dan amunisi buatan Bulgaria dan negara-negara Eropa timur lainnya. (fna)

Perang Raqqa, Nyawa ISIS “Tinggal Seminggu”

Operasi militer penumpasan kelompok teroris ISIS oleh Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) di kota Raqqa, Suriah, dilaporkan telah memasuki “minggu terakhir”-nya setelah kawanana ISIS yang terkepung di area kecil menderita banyak korban jiwa dan materi.

Pertempuran di dalam kota ini sudah berkobar selama lebih dari empat bulan, dan hingga kini senjata masih berkecamuk namun sudah terbatas di area kecil tempat ISIS bertahan mati-matian di tengah kota melawan gempuran SDF yang bergerak dari arah utara dan timur untuk memperketat kepungan terhadap kawanan teroris yang tersisa.

Komandan operasi SDF bersandi “Amarah Furat”, Rojda Felat, saat berada di Raqqa barat, Minggu (8/10/2017), mengatakan kepada AFP, “Ketika dua poros ini bertemua maka kami dapat mengatakan bahwa kami telah memasuki pekan terakhir serangan pembebasan Raqqa… Dalam 3-4 hari kami dapat mengambil keputusan untuk memulai serangan final.”

Dia menjelaskan bahwa kontak senjata masih berlangsung di beberapa kawasan di mana SDF terus bergerak maju, dan ISIS masih “bertahan dalam terowongan-terowongan” serta mengandalkan para sniper dan penyerang bunuh diri.

SDF merupakan aliansi Kurdi-Arab yang didukung oleh Amerika Serikat (AS). Sejak 6 Juni lalu mereka memulai serangan terhadap ISIS dengan dukungan pasukan koalisi internasional pimpinan AS, dan kini mereka menguasai sekira 90 persen wilayah kota Raqqa.

Felat mengatakan bahwa operasi penyisiran teroris masih terus dilakukan di banyak distrik kota Raqqa untuk memastikan bahwa para teroris sudah tersapu bersih di sana. (rayalyoum)