Rangkuman Berita Timteng Selasa 10 April 2018

dewan keamanan pbbJakarta, ICMES: Sembilan negara anggota Dewan Keamanan PBBB menggelar sidang darurat mengenai isu penggunaan senjata kimia di kota Douma, Ghouta Timur, provinsi Damaskus, Suriah.

Empat personil militer Iran terbunuh akibat serangan udara terhadap sebuah pangkalan udara Suriah. Suriah, Iran, dan Rusia menuding Israel sebagai pelaku serangan itu.

Saleh al-Samad, Ketua Dewan Tinggi Politik di Yaman mengancam untuk meningkatkan serangan rudal balistik ke wilayah Arab Saudi pada tahun ini.

Salah seorang komandan lapangan kelompok teroris Jaish al-Islam di kota Douma mengungkap kekesalannya kepada Amerika Serikat (AS) karena selama ini kerap mengancam tapi tak kunjung menyerang Suriah.

Selengkapnya:

DK PBB  Bahas Isu Senjata Kimia Di Suriah, AS Dan Rusia Tegang

Sembilan negara anggota Dewan Keamanan PBBB menggelar sidang darurat mengenai isu penggunaan senjata kimia di kota Douma, Ghouta Timur, provinsi Damaskus, Suriah, Senin (9/4/2018).

Rusia terlibat ketegangan dengan negara-negara Barat dalam sidang yang digelar atas usulan Amerika Serikat (AS), Perancis, dan Inggris ini. Dubes AS dan sejumlah negara sekutunya keluar dari ruang sidang ketika Dubes Suriah Bashar Jaafari memulai pidatonya di PBB, dan Rusia menyatakan draf resolusi terkait isu tersebut “tak dapat diterima.”

Sehari sebelumnya AS meminta Dewan Keamanan melakukan penyelidikan secara independen terkait isu tersebut, dan dalam sidang itu AS membagikan draf resolusi untuk pembentukan tim penyelidik internasional yang mirip dengan draf yang diajukan AS dan ditolak oleh Rusia pada Maret lalu.

Presiden AS Donald Trump, Senin, bersumbar bahwa akan diambil “keputusan-keputusan penting” dalam jangan jangka waktu 24 hingga 48 jam ke depan.

Draf resolusi yang diajukan kemarin mengusulkan pembentukan tim penyelidik untuk masa tugas satu tahun yang bekerjasama dengan Organisasi Larangan Senjata Kimia untuk mencari siapa pelaku serangan senjata kimia yang disangkakan itu.

Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura melalui layar telekonferensi dalam sidang itu mengatakan bahwa pemerintah Suriah membantah tuduhan adanya penggunaan senjata kimia di Douma.

Rusia juga membantah keras tuduhan tersebut dan mengingatkan “dampak berbahaya” jika Suriah sampai mendapat serangan militer dari negara-negara Barat, terutama AS. Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia dalam sidang Dewan Keamanan mengatakan, “Kami mengimbau negara-negara Barat untuk menghindari retorika perang… Tak ada serangan kimia, dan tak ada pula bukti.”

Dia menambahkan, “Penggunaan kekuatan militer dengan dalih palsu terhadap Suriah di mana pasukan Rusia disebar atas permintaan pemerintah yang sah dapat menimbulkan dampak-dampak berbahaya.”

Dia juga menegaskan bahwa para pakar Rusia yang ada di Suriah tidak menemukan bukti apapun mengenai adanya penggunaan zat beracun sarin ataupun klorin. Menurutnya, Moskow dan Damaskus meminta Organisasi Larangan Senjata Kimia mengirim tim penyelidik ke Douma, dan keduanya siap memfasilitasi tim ini.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan bahaya provokasi dan apriori terkait isu tersebut. Sebelumnya, Trump mengatakan, “Kami akan menentukan apakah Rusia, atau Suriah, atau Iran, atau mereka semua berada di balik serangan ke Douma itu.” Trump juga mengatakan tidak tertutup kemungkinan penggunaan opsi ini, dan menyebut Putin bisa jadi bertanggungjawab atas serangan senjata kimia di Suriah. (rayalyoum/alalam)

Israel Serang Suriah, Empat Orang Iran Terbunuh

Empat personil militer Iran terbunuh akibat serangan udara terhadap sebuah pangkalan udara Suriah yang terjadi pada Ahad lalu (8/4/2018). Suriah, Iran, dan Rusia menuding Israel sebagai pelaku serangan itu.

Israel belum mengkonfirmasi ataupun membantah serangan itu, tetapi para pejabat negara Zionis ilegal ini mengatakan bahwa Lanud Tiyas, atau T-4, di dekat kota Homs digunakan oleh pasukan Iran, dan Israel menentang eksistensi Iran sedemikian rupa di Suriah.

Media Iran, Senin (9/4/2018), melaporkan bahwa empat “pembela makam suci” gugur dalam serangan udara, dan satu diantaranya adalah anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR), sebuah lembaga monitor yang berbasis di Inggris, mengatakan setidaknya 14 orang tewas dalam serangan udara tersebut, termasuk beberapa pejuang dari berbagai negara.

Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan “harga mahal yang harus dibayar” menyusul tersiarnya laporan mengenai dugaan serangan senjata kimia di kota Douma.

Kemhan Rusia dalam sebuah statemennya menyatakan bahwa serangan udara itu dilancarkan oleh dua jet tempur F-15 Israel yang telah menembakkan 8 rudal yang tiga di antaranya mengena sasaran, sedangkan lima lainnya dapat ditangkis oleh sistem pertahanan udara Suriah.

Kemhan Rusia juga menyebutkan bahwa serangan itu dilakukan dari zona udara Lebanon, bukan Suriah.

Jubir Kemlu Iran Bahram Qasemi mengutuk serangan itu dan menyebutnya “pelanggaran hukum internasional yang jelas yang akan membuat krisis Suriah dan situasi regional menjadi lebih rumit”.

Qasemi menambahkan bahwa serangan itu terjadi ketika tentara Suriah mencetak prestasi-prestasi baru dalam operasi penumpasan teroris. Karena itu, menurut Qasemi, serangan udara itu ditujukan untuk mendukung kelompok-kelompok teroris, selain dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian publik internasional dari serangan brutal Israel yang menggugurkan puluhan orang Palestina dan melukai ribuan lainnya di Jalur Gaza belakangan ini. (alalam/reuters)

Ansarullah Mengancam Akan Merudal Saudi Setiap Hari

Saleh al-Samad, Ketua Dewan Tinggi Politik di Yaman mengancam untuk meningkatkan serangan rudal balistik ke wilayah Arab Saudi pada tahun ini.

“Tahun ini akan menjadi tahun rudal balistik tersendiri, dan dalam jangka waktu mendatang akan diluncurkan rudal setiap hari, dan Saudi tidak akan aman dari rudal-rudal kami sejauhmanapun mereka mengerahkan sistem-sistem pertahanannya,” tegas al-Samad, seperti dilansir kantor berita Yaman, Saba, Senin (9/4/2018).

Dia mengatakan, “Mohammad bin Salman (Putra Mahkota Saudi) dalam kunjungannya ke Amerika belakangan ini telah memberikan sikap-sikap yang menghina dan mengaku berlepas tangan dari Wahhabi dan Ikhwanul Muslimin. Ini menunjukkan keterjepitan yang mereka (Saudi) alami.”

Dia menambahkan, “Kami masih sangat perlu membina diri, dan negara harus untuk rakyat, bukan rakyat untuk negara, dan kami sudah merasakan betapa solid dan teguhnya ketika ada kekompakan antara rakyat dan negara.”

Dia juga memastikan bahwa para pejuang perlawanan di Yaman terhadap kubu Saudi semakin tangguh di front-front pertempuran dalam negeri.

Tentara Yaman dan kelompok pejuang Ansarullah (Houthi) meningkatkan serangan rudalnya ke Saudi sejak 25 Maret lalu. Serangan ini dilancarkan sebagai upaya perlawanan terhadap serangan udara pasukan koalisi Arab pimpinan Saudi ke Yaman yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun silam. (rayalyoum)

Tak Kunjung Menyerang Suriah, Jaish al-Islam Sebut AS Binatang Pengecut

Salah seorang komandan lapangan kelompok teroris Jaish al-Islam di kota Douma mengungkap kekesalannya kepada Amerika Serikat (AS) karena selama ini kerap mengancam tapi tak kunjung menyerang Suriah.

Sepertidilansir al-Alam, Senin (9/4/2018), dia juga menyebutkan bahwa ancaman Presiden AS Donald Trump belakangan ini semata-mata ditujukan untuk menggagalkan perjanjian Jaish al-Islam dengan pemerintah Suriah.

Komandan yang meminta identitasnya dirahasiakan itu menegaskan, “Trump adalah binatang pengecut dan bodoh. Ancamannya tidaklah lebih dari sekedar mengacak kartu. Dia adalah sosok pendusta, dan sebelum dia adalah Obama. Mereka mengancam mengobarkan perang, tapi ternyata seperti anjing yang menggonggong tapi tak menggigit. Semua militan mengetahui realitas ini di Douma, tapi mereka enggan mengungkapkannya.”

Sementara itu, Kemhan AS Pentagon, Senin, menepis dugaan bahwa AS telah melancarkan serangan ke pangkalan udara T-4 dekat kota Homs di Suriah yang terjadi Ahad lalu. (alalam/rt)