Jakarta, ICMES: Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan tiga orang Palestina gugur sementara 767 orang lainnya terluka dalam bentrokan antara warga Palestina dan pasukan Israel di berbagai pendudukan wilayah Tepi Barat, Al-Quds, dan Jalur Gaza.
Faksi pejuang Palestina Hamas dan Jihad Islam merilis statemen berisi pernyataan dimulainya kembali intifada atau kebangkitan melawan Rezim Zionis Israel dan memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina.
Isu Al-Quds mengemuka namun singkat dalam khutbah Jumat di Masjid Haram, Mekkah Al-Mukarramah, namun tidak mengemuka sama sekali dalam khutbah Jumat di Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawwarah, Arab Saudi.
Sedikitnya 60 orang telah terbunuh dan puluhan lainnya cedera dalam bentrokan antarkomunitas yang bersaing terkait dengan peternakan di Sudan Selatan.
Berita selengkapnya;
Bentrokan Palestina-Israel, Tiga Gugur, 767 Cidera
Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan tiga orang Palestina gugur sementara 767 orang lainnya terluka dalam bentrokan antara warga Palestina dan pasukan Israel di berbagai pendudukan wilayah Tepi Barat, Al-Quds, dan Jalur Gaza, Jumat (9/11/2017).
Para korban itu tercatat berjatuhan akibat 61 peluru tajam, 200 peluru karet, 479 gas air mata, dan 27 alat kekerasan lain, dan mereka bukan hanya pria dewasa, melainkan juga perempuan dan anak kecil.
Di Gaza, 155 orang cidera, tiga di antaranya dalam kondisi kritis. Di wilayah ini pasukan Israel juga menyerang mobil-mobil ambulan milik lembaga Bulan Sabit Merah Palestina, dan sebanyak 65 orang korban gas air mata dirawat di jalanan.
Pasukan Israel bahkan mengerahkan jet tempur di Jalur Gaza untuk menyerang posisi Hamas di kawasan Al-Sudaniah, namun serangan ini hanya menimbulkan kerusakan materi dan tidak sampai menjatuhkan korban jiwa maupun luka.
Serangan udara ini terjadi setelah militer Israel mengaku telah merontokkan satu roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza.
Seperti diketahui, situasi di Palestina memanas dan umat Islam di berbagai penjuru dunia menunjukkan protes dan kemarahannya setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat keputusan mengakui kota Al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem) sebagai ibu kota Israel. (mm/alalam/rayalyoum)
Hamas Umumkan Dimulainya Intifada Palestina
Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, Jumat (8/12/2017), merilis statemen berisi pengumuman dimulainya kembali intifada atau kebangkitan melawan Rezim Zionis Israel dan memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina.
Sebagai reaksi atas keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota Israel, Hamas menyerukan kepada semua pihak agar bergabung dengan intifada dan bergerak menuju titik-titik kontak dengan pasukan dan imigran Zionis.
“Kami menyerukan kepada bangsa kami dengan semua faksi dan para pejuangnya untuk melanjutkan intifadah yang diberkahi ini sampai semua tuntutan adil kita terwujud,” bunyi seruan itu pada pertamanya.
Pada poin kedua Hamas menyerukan persatuan, dan di poin tiga mengajak orang-orang Palestina bergerak menuju titik-titik kontak dengan pasukan dan imigran Zionis untuk bentrok dengan mereka.
Di poin keempat Hamas menyatakan, “Kami menegaskan bahwa intifada yang diberkahi telah dimulai lagi, dan tak ada yang dapat menghentikannya kecuali pengembalian semua hak bangsa kami tanpa ada yang dikurangi. Kami menyerukan kepada bangsa kami, bangsa-bangsa Arab dan Muslim, dan kaum merdeka di dunia agar mendukung kami dan menyingkap wajah sebenarnya rezim pendudukan dan AS yang mendukungnya.” (alalam)
Jihad Islam Palestina Serukan Intifada Di Seluruh Dunia
Faksi Jihad Islam Palestina, Jumat (8/12/2017), menyerukan intifada di Palestina dan di seluruh dunia demi membela Al-Quds (Yerussalem) yang belakangan ini dinyatakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai ibu kota Rezim Zionis Israel.
Jihad Islam menegaskan bahwa intifada Al-Quds harus dilanjutkan dan ditingkatkan, dan hari-hari mendatang merupakan hari kemarahan bangsa Palestina di semua wilayah pendudukan.
Faksi ini menegaskan bahwa konfrontasi dengan pasukan dan warga Zionis harus dilanjutkan di semua titik kontak dan pos-pos pasukan Zionis di semua wilayah pendudukan.
Jihad Islam menilai keputusan Trump mengenai status Al-Quds sebagai pernyataan perang terhadap bangsa Palestina dan seluruh bangsa Arab dan Muslim, dan karena itu faksi ini mengapreasi maraknya unjuk rasa anti keputusan Trump di berbagai negara dunia. (rayalyoum)
Isu Al-Quds Membara, Bagaimana Khutbah Jumat Di Mekkah Dan Madinah?
Isu mengenai status kota Al-Quds membara pasca pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebutnya sebagai ibu kota Israel meskipun kota ini dinyatakan oleh masyarakat internasional sebagai kota pendudukan.
Isu ini rupanya sempat mengemuka dalam khutbah Jumat (8/12/2017) di Masjid Haram, Mekkah Al-Mukarramah, namun tidak mengemuka sama sekali dalam khutbah Jumat di Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawwarah, Arab Saudi.
Khatib Jumat Masjidil Haram Syeikh Maher bin Hamad Al- Al Mueaqly menyinggung isu Al-Quds tapi dengan sangat singkat, itupun dengan hanya menyatakan apa yang disebutnya “peranan Saudi dalam solidaritas umat Islam dan pembelaan atas kesucian mereka.”
“Kerajaan (Saudi) masih tetap menekankan hak sah bangsa Palestina yang mulia,” katanya.
Dia kemudian mendoakan kebaikan Raja Saudi Salman Bin Abdul Aziz, para pemimpin negara-negara Muslim, dan umat Islam. Setelah itu dia berceramah mengenai keharusan berbakti kepada kedua orang tua dan pemenuhan janji.
Sedangkan Khatib Jumat Masjid Nabawi, Abdullah bin Abdurrahman Buayjaan, menurut Palestinian Information Center (PIC), berbicara mengenai “adanya musim demi musim dalam setahun serta hikmah yang dapat dipetik darinya”, tanpa menyinggung sama sekali isu Palestina.
Sementara itu, sumber-sumber informasi Saudi mengatakan bahwa badan Pengadilan Kerajaan Saudi mengeluarkan instruksi kepada semua media negara ini agar tidak fokus kepada keputusan Trump mengenai Al-Quds.
Beberapa media resmi Saudi ternyata juga tidak banyak mengangkat isu keputusan Trump tersebut yang membangkitkan kemarahan umat Islam di berbagai penjuru dunia tersebut. (mm/pic/alalam)
Rusuh Antarsuku Di Sudan Selatan, 60-an Orang Tewas
Sedikitnya 60 orang telah terbunuh dan puluhan lainnya cedera dalam bentrokan antarkomunitas yang bersaing terkait dengan peternakan di Sudan Selatan, kata beberapa pejabat setempat, Jumat (8/12/2017).
Bentrokan melibatkan orang-orang Dinka, klan Rup dan Pakam, pada 6 Desember lalu di daerah pusat Danau Barat, sekitar 250 kilometer barat laut Juba, ibu kota Sudan Selatan.
“Lebih dari 60 orang tewas, dan puluhan lainnya cedera,” kata Akol Paul Kordit, seorang anggota parlemen lokal yang juga menjabat sebagai wakil menteri informasi..
Dia menambahkan bahwa bentrokan berlanjut dengan serangan terakhir menjelang fajar hari Jumat.
Rusuh antarkomunitas penggembalaan di Sudan Selatan berlatar belakang sejarah panjang dan diwarnai aksi saling serbu dan penjarahan harta benda. Kaum wanita bahkan diperkosa dan anak-anak diculik sehingga menambah dendam.
Juru bicara kepresidenan Ateny Wek Ateny mengkonfirmasi serangan “tidak masuk akal” tersebut, dan mengatakan bahwa kepala keamanan telah dipanggil ke sebuah pertemuan mengenai kekerasan tersebut.
“Kami mengutuknya dengan cara yang paling kuat,” katanya.
Bentrokan demikian memburuk di tengah kehancuran masyarakat selama empat tahun perang sipil yang bermula pada Desember 2013. Menurut PBB, sejak itu setengah penduduknya membutuhkan makanan darurat, sementara sepertiganya terpaksa mengungsi. (afp)