Rangkuman Berita Timteng Sabtu 8 September 2018

segitiga rusia iran turkiJakarta, ICMES: Pertemuan puncak segi tiga Iran, Turki, dan Rusia di Teheran menghasilkan kesepakatan untuk menangani situasi di zona de-eskalasi di provinsi Idlib, Suriah.

Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa negara-negara arogan dunia, terutama Amerika Serikat, merasa terusik oleh kedekatan antarnegara Islam dan kristalisasi kekuatan Islam.

Dalam pertemuan terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin Ayatullah Khamenei menyebut AS berbahaya bagian kemanusiaan sehingga harus dihentikan.

Aksi unjuk rasa yang belakangan ini marak terhadapnya minimnya layanan dan lowongan kerja di Basrah, Irak selatan, berdampak pada pembakaran gedung konsulat Iran di kota ini, setelah semula hanya pada serbuan dan pembakaran beberapa gedung pemerintah Irak.

Berita selengkapnya;

Pertemuan Puncak Rusia, Iran, Dan Turki Tekankan Perbaikan Keadaan Di Idlib

Pertemuan puncak segi tiga Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Teheran, Jumat (7/9/2018) menghasilkan kesepakatan untuk membenahi situasi di zona de-eskalasi di provinsi Idlib, Suriah sesuai kesepakatan yang dicapai di Astana, Kazakhstan.

Dalam deklarasinya mereka menyatakan gembira atas prestasi yang telah dicapai di Astana, terutama sejak Januari 2017, keberhasilan membatasi kekerasan di semua penjuru Suriah, dan partisipasi dalam upaya mewujudkan perdamaian, keamanan dan stabilitas Suriah.

Tiga pemimpin itu menekankan komitmen mereka pada kedaulatan, kemerdekaan, dan keutuhan wilayah Suriah sesuai tujuan dan prinsip Piagam PBB, menolak segala bentuk upaya menciptakan realitas baru di Suriah dengan dalih penumpasan teroris, dan menentang agenda-agenda disintegrasi yang notabene bertujuan menghancurkan kedaulatan dan integritas wilayah Suriah serta mengacaukan keamanan negara-negara tetangganya.

Mereka menyatakan telah mendiskusikan kondisi faktual lapangan dan berbagai perkembangan situasi Suriah, dan bersepakat melanjutkan koordinasi segitiga.

Mengenai zona de-eskalasi di Idlib mereka menetapkan penyelesaian dengan bentuk yang sejalan dengan spirit kerjasama format Astana, dan memastikan tekad mereka bekerjasama menumpas kelompok-kelompok teroris ISIS, Jabhat al-Nusra serta semua orang dan kelompok-kelompok lain yang berafiliasi dengan jaringan teroris al-Qaeda.

Mereka menegaskan bahwa konflik Suriah tak dapat diselesaikan melalui jalur militer, dan mereka akan terus bekerjasama untuk mendorong proses perdamaian melalui jalur politik sesuai konferensi dialog nasional Suriah di Sochi, Rusia, dan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2254. (raialyoum)

Ayatullah Khamenei Dan Erdogan Kecam Barat Dan Tekankan Solidaritas Antarnegara Islam

Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam kata sambutannya saat ditemui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa negara-negara arogan dunia, terutama Amerika Serikat (AS), merasa terusik oleh kedekatan antarnegara Islam dan kristalisasi kekuatan Islam.

Dalam pertemuan di sela pertemuan puncak segi tiga Iran, Rusia, dan Turki di Teheran, Jumat (7/9/2018), itu Ayatullah Khamenei memaparkan bahwa persatuan dan kerjasama antarnegara Islam akan dapat menyelesaikan berbagai persoalan regional. Karena itu, dia berharap Iran dan Turki dapat meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara keduanya di berbagai bidang politik dan ekonomi.

“Republik Islam Iran dan Turki merupakan dua negara kuat di kawasan dan memiliki motivasi yang sama untuk dunia Islam. Karena itu, kerjasama antara kedua negara ini di bidang-bidang politik dan ekonomi hendaknya diperkuat,” harapnya.

Khamenei memuji sikap Turki dalam masalah Myanmar sembari menyebutkan bahwa masalah Palestina merupakan masalah yang senantiasa krusial sehingga jangan sampai diabaikan barang sesaat.

Di pihak lain, Erdogan mengatakan bahwa kawasan Timteng berada dalam situasi tegang, dan berharap berbagai persoalan regional dapat ditangani dengan kerjasama antarnegara Islam.

Dia menambahkan bahwa perpecahan dan tidak adanya kekompakan antarnegara Islam sebagai salah satu sebab kelemahan yang ada sekarang.

Dia juga mengecam Barat dengan mengatakan bahwa metode interaksi Barat terhadap negara-negara merdeka Islam merupakan salah faktor utama di balik krisis dan memburuknya situasi, dan inilah yang menuntut penguatan solidaritas dan persaudaraan antara Repulik Islam Iran dan Turki. (alalam)

Ditemui Putin, Ayatullah Khamenei Sebut AS Berbahaya Bagi Kemanusiaan

Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa kerjasama Iran dan Rusia dalam urusan Suriah merupakan satu contoh nyata dan pengalaman yang sangat baik untuk kerjasama bilateral Teheran-Moskow, dan kerjasama ini dapat diperkuat lagi untuk berbagai isu global.

Dalam sambutannya ketika ditemui Presiden Rusia Vladimir Putin di sela pertemuan puncak segitiga Iran, Rusia, dan Turki di Teheran, Jumat (7/9/2018), Khamenei juga menegaskan bahwa Iran dan Rusia dapat bekerjasama untuk “menghentikan bahaya AS bagi kemanusiaan.”

Menyinggung perkembangan situasi di Suriah, Khamenei menilai ambisi AS kandas di negara pimpinan Presiden Bashar Assad tersebut.

Dia juga menyebutkan bahwa sanksi AS secara terpisah terhadap Iran, Rusia, dan Turki merupakan “titik temu yang sangat kuat untuk kerjasama tiga negara ini”, dan berharap Teheran dan Moskow dapat mengembangkan kerjasama diplomatik dan ekonominya demi menindaklanjuti berbagai kesepakatan yang dicapai antara keduanya.

Mengenai perjanjian nuklir Iran, Khamenei memastikan konsistensi Iran kepada semua isi perjanjian ini, namun juga mengingatkan bahwa Eropa tidak mengimbanginya dengan konsistensi yang sama sehingga Iran akan mengambil sikap terhadap perjanjian ini sesuai interes dan martabat negara ini, termasuk sebagai bagian dari umat Islam. (alalam)

Konsulat Iran Di Basrah Dibakar Ratusan Massa Demonstran

Aksi unjuk rasa yang belakangan ini marak terhadapnya minimnya layanan dan lowongan kerja di Basrah, Irak selatan, berdampak pada pembakaran gedung konsulat Iran di kota ini, setelah semula hanya pada serbuan dan pembakaran beberapa gedung pemerintah Irak.

Demonstran pada hari Jumat (7/9/2018) menerobos masuk ke gedung konsulat Iran sembari meneriakkan kecaman atas apa yang mereka sebut sebagai campur tangan Iran di Irak, dan gedung itu dilaporkan sudah kosong ketika didatangi ratusan massa.

Juru bicara kementerian luar negeri Iran Bahram Ghassemi Jumat malam menyatakan pihaknya telah memanggil Dubes Irak untuk Iran untuk menyampaikan nota protes kerasnya atas insiden ini karena aparat keamanan Irak dinilainya tidak menjalankan tanggungjawabnya menjaga konsulat Iran.

Dia menyatakan Iran menuntut otoritas Irak agar secepatnya memburu, menangkap, dan mengadili para pelaku serangan tersebut.

Para pejabat keamanan Irak mengumumkan jam malam di kota di Basra yang dihuni oleh dua juta penduduk, dan memperingatkan bahwa “siapa pun yang ada di jalan” akan ditangkap.

Beberapa pengunjuk rasa tewas, dua di antaranya pada Jumat kemarin, yang sebagian besar jatuh dalam bentrokan dengan pasukan keamanan yang terjadi sejak Senin lalu.

Dalam peristiwa kemarin sebanyak 14 orang juga terluka, termasuk beberapa petugas keamanan.

Faris Shadad, anggota dewan perwakilan provinsi Basrah mengatakan bahwa cara penyelesaian temporal tidak merespon keadaan di kota ini.

Dia juga menyebutkan bahwa Perdana Menteri Irak Haeder Abadi meminta keterlibatan militer negara ini diperkuat di Basrah karena meluasnya unjuk rasa memerlukan penguatan pasukan keamanan.

Dilaporkan bahwa belakangan ini Iran memutus pasokan listriknya ke Irak dengan alasan Negeri 1001 Malam ini belum mampu membayar listrik. Pemutusan ini lantas memicu kemarahan para pengunjuk rasa. (alalam/aljazeera/fars)