Rangkuman Berita Timteng Sabtu 7 April 2018

inggris-bahrainJakarta, ICMES: Inggris membuka pangkalan militernya di Bahrain, dan dengan demikian Inggris memiliki pangkalan militer untuk pertama kalinya di Timteng selama empat dekade terakhir.

Sumber kesehatan Palestina menyatakan tiga orang Palestina gugur syahid, satu di antaranya setelah menderita luka parah, Jumat (6/4/2018).

Jubir gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman, Sharaf Ghalib Luqman, menegaskan bahwa serangan rudal kelompok ini akan terus berlanjut, dan bahkan akan membidik “sasaran-sasaran yang lebih efektif”.

Selengkapnya:

Bentrok Dengan Pasukan Zionis, 4 Orang Palestina Gugur Di Jalur Gaza Timur

Sumber kesehatan Palestina menyatakan tiga orang Palestina gugur syahid, satu di antaranya setelah menderita luka parah, Jumat (6/4/2018), dalam kelanjutan dari bentrokan warga Palestina dengan pasukan Zionis Israel dalam unjuk rasa “Al-Awdah” (kembali ke kampung halaman) pada momen peringatan Hari Bumi Palestina yang terjadi Jumat pekan lalu (30/3/2018).

Tim ambulan Palestina menyatakan bahwa dua pengunjuk rasa gugur diterjang timah panas pasukan Zionis di bagian timur Jalur Gaza, dan satu lagi pemuda Palestina berusia 30 tahun menghembuskan nafas terakhir di hari yang sama setelah menderita luka parah ditembak oleh pasukan Zionis dalam insiden Jumat berdarah pekan lalu.

Sumber-sumber kesehatan Palestina di Gaza mencatat sebanyak 250 orang warga Palestina lainnya menderita luka dengan kondisi yang sebagian di antaranya parah, dan sebagian besar terkena peluru tajam.

Dengan demikian maka jumlah warga Palestina yang gugur syahid sejak awal aksi unjuk rasa akbar di dekat pagar pemisah Jalur Gaza dan Israel (Palestina pendudukan 1948) tersebut sampai sekarang mencapai 24 orang. Namun laporan lain menyebutkan bahwa jumlah syuhada Palestina Jumat kemarin empat orang sehingga total syuhada menjadi 25 orang.

Unjuk rasa lanjutan yang terjadi kemarin juga melibatkan massa dalam jumlah besar hingga puluhan ribu orang. Bentrokan bermula setelah warga Palestina menunaikan shalat Jumat di sekitar tenda-tenda konsentrasi yang mereka dirikan untuk penyelenggaraan unjuk rasa Al-Awdah.

Massa Palestina saat itu bergerak menuju pagar pemisah dengan maksud membuka penghalang yang menutupi para sniper Israel yang berada di balik pagar. Massa yang hanya berbekal bebatuan terlibat bentrok dengan pasukan Israel yang berbekal senjata api dan gas air mata.  Massa juga menggelar aksi antara lain dengan membakar banyak ban-ban bekas hingga menimbulkan asap di banyak titik. (rayalyoum/alalam)

Heboh, Inggris Buka Pangkalan Militer Pertama Kali Di Timteng Melalui Bahrain

Inggris resmi membuka pangkalan militernya di Bahrain, dan dengan demikian Inggris memiliki pangkalan militer untuk pertama kalinya di Timteng selama empat dekade terakhir.

Laman Kedubes Inggris untuk Bahrain, Jumat (6/4/2018), melaporkan bahwa pangkalan militer itu dibuka pada Kamis lalu setelah tiga tahun penandatanganan perjanjian Inggris dengan Bahrain untuk pengadaan pangkalan tersebut dengan dana sekira 23 juta US$.

Laman itu menambahkan bahwa pangkalan ini “akan memainkan peranan sentral dalam mendukung kemampuan misi  Britania Raya di kawasan, dan akan menjadi pusat operasi maritimnya di Teluk Persia, Laut Merah, dan Samudera Hindia.”

Seperti dilansir laman itu, Menhan Inggris Gavin Williamson mengatakan bahwa keberadaan Inggris di Bahrain “akan memainkan peranan sentral dalam pelestarian keamanan Inggris dan penjagaan keamanan Teluk (Persia).”

Pada akhir tahun 2014 London dan Manama meneken perjanjian yang memperkenankan Inggris mendirikan pangkalan untuk “memperkuat kerjasama mengantisipasi ancaman” di kawasan.

Inggris menarik pasukannya dari pangkalan-pangkalan di Teluk Persia pada tahun 1971 dalam kerangka keputusannya untuk keluar dari “Suez Timur”, dan sejak saat itu baru sekarang Inggris kembali memiliki pangkalan militer permanen lagi di Timteng.

Keputusan Bahrain tersebut tak lepas dari kondisinya yang kerap dilanda gelombang unjuk rasa rakyat secara besar-besaran yang menuntut reformasi politik sejak tahun 2011, dan pemerintah negara ini menuding Iran berada di balik unjuk rasa.

Inggris menempatkan 300 personil militer dan sipil di pangkalan militer tersebut, namun jumlah itu dapat bertambah sampai 550 personil pada momen-momen tertentu.

Kedubes Inggris menyebutnya “pangkalan strategis Suez Timur bagi Britania Raya serta negara-negara sekutu dan mitranya dalam koalisi” internasional untuk memerangi kelompok-kelompok ekstrem di kawasan. (rayalyoum)

Ansarullah Nyatakan Akan Terus Merudal Saudi

Jubir gerakan Ansarullah (Houthi) di Yaman, Sharaf Ghalib Luqman, menegaskan bahwa serangan rudal kelompok ini akan terus berlanjut, dan bahkan akan membidik “sasaran-sasaran yang lebih efektif”.

Seperti dilansir kantor berita Yaman, Saba, Jumat (6/4/2018), Luqman mengatakan, “Serangan pasukan rudal secara bertubi mengarah pada sasaran-sasaran yang lebih efektif terhadap pasukan udara, laut, dan darat musuh.”

Dia menjelaskan bahwa serangan itu “dikelola sesuai rencana-rencana matang yang menjamin terwujudnya unsur-unsur kejutan dan sulit dicegat.”

“Operasi rudal (terhadap Saudi) berlanjut,” tegasnya.

Dalam beberapa hari terakhir ini Ansarullah meningkat serangan rudalnya terhadap Saudi. Mereka menyatakan telah melesatkan 10 rudal ke sejumlah kota Saudi, termasuk Riyadh.

Rabu lalu Saudi mengaku berhasil merontokkan satu rudal di angkasa Jizan di bagian selatan Saudi, dan menyebutkan bahwa rudal itu merupakan rudal ke-10 yang telah dicegat dan dihancurkan di angkasa Saudi dalam 10 hari terakhir. Saudi juga mengaku dapat menangkis rudal ke-11 yang diluncurkan Ansarullah pada jangka waktu yang sama.

Seperti diketahui, sejak 26 Maret 2015 Saudi dan sekutunya menyerang Yaman dengan dalih membela pemerintahan Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi yang tersingkir oleh revolusi rakyat yang digerakkan oleh Ansarullah yang menguasai sejumlah provinsi Yaman serta Sanaa, ibu kota negara ini, sejak 21 September 2014. (rayalyoum)