Rangkuman Berita Timteng,  Sabtu 3 Juni 2017

qatar tamim bin hamadJakarta, ICMES: Koran al-Riyadh terbitan Arab Saudi memprediksi akan adanya kudeta ke-6 terhadap pemerintah Qatar, menyusul lima kali kudeta yang pernah terjadi di Doha sejak tahun 1971 sampai 2013.

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sidang Forum Ekonomi Internasional di Saint Petersburg, Rusia, menilai Amerika Serikat (AS) dan Barat telah melakukan tindakan destruktif di Suriah dan Irak.

Presiden Suriah Bashar al-Assad bertatap muka dengan 34 warga Suriah, dua di antaranya perempuan, yang baru berhasil dibebaskan oleh tentara Suriah dan sekutunya dari aksi penculikan yang dilakukan oleh kawanan teroris di kawasan Barzah, provinsi Damaskus.

Dewan Ulama Bahrain merilis statemen menyatakan bahwa kekerasan rezim Bahrain belakangan ini di kawasan al-Diraz dilakukan dengan kerjasama Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Berita selengkapnya;

Al-Riyadh: Emir Qatar Terancam Kudeta

Koran al-Riyadh terbitan Arab Saudi memprediksi akan adanya kudeta ke-6 terhadap pemerintah Qatar, menyusul lima kali kudeta yang pernah terjadi di Doha sejak tahun 1971 sampai 2013.

“Selama empat tahun berkuasa Emir Qatar Tamim bin Hamad bukannya mampu mendatangkan kawan, tapi  justru mendapat banyak musuh,” tulis al-Riyadh, seperti dikutip IRNA, Jumat (2/6/2017).

Menurut al-Riyadh, ancaman yang sedang berproses terhadap Tamim berasal dari keluarga Ahmad bin Ali, karena Ahmad sebagai orang yang berhak memegang tampuk kekuasan bermaksud membalas dendam terhadap Tamim.  Sedangkan ancaman selanjutnya berasal dari ayah Hamad bin Khalifah al-Thani dan anaknya, Mashaal. Ibu Tamim, Moza binti Nasser, dulu telah menyingkirkan Mashaal demi kebertahtaan puteranya.

Al-Riyadh menambahkan bahwa para saudara sepupu Tamim dari Ahmad bin Ali telah merilis surat permintaan maaf kepada Arab Saudi dan menyatakan prihatin serta berlepas tangan dari perilaku Tamim.

Harian Saudi ini juga menyebutkan bahwa dalam surat itu keluarga al-Thani sudah tak betah terhadap kebijakan-kebijakan Tamim, dan karena itu Qatar berada di ambang aksi kudeta baru yang akan mengembalikan keluarga utama, yaitu Ahmad bin Ali, ke tahta.

Seperti diketahui, hubungan Qatar dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain tiba-tiba memanas setelah tersiar pernyataan kontrovesial yang  disebut-sebut sebagai pernyataan Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani yang mengritik deklarasi KTT Riyadh, mengecam besarnya transaksi senjata Saudi dengan AS, membela Hamas dan Hizbullah, dan menekankan pentingnya hubungan Qatar dengan Iran.  (irna)

Putin Sebut Tindakan AS Merusak Irak dan Suriah

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sidang Forum Ekonomi Internasional di Saint Petersburg, Rusia, Jumat (2/6/2017),  menilai Amerika Serikat (AS) dan Barat telah melakukan tindakan destruktif di Suriah dan Irak.

“Tindakan AS dan Barat telah menimbulkan kerusakan di Suriah dan Irak, dan sekarang kita juga melihat adanya ancaman penyalahgunaan kekuatan militer terhadap Korut,” tutur Putin di hadapan ratusan pejabat, pimpinan delegasi, dan pakar dari berbagai negara serta para petinggi PBB.

Dia juga menyebutkan bahwa Yaman dan Afghanistan juga terusik akibat dampak aneka peristiwa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, dan pada tahun 2014 Barat, terutama AS, menyokong upaya penggulingan pemerintah Ukraina.

Mengenai keruhnya hubungan Rusia dengan AS dia mengatakan, “Kerjasama Moskow-Washington berada di titik terendah pasca Perang Dingin, dan dalam beberapa tahun terakhir ini kerjasama yang sudah terbentuk selama beberapa dekade telah rusak.”

Sementara itu, dalam jumpa pers di sela-sela sidang itu Putin menyatakan Rusia tidak membela Presiden Suriah Bashar al-Assad secara pribadi, melainkan membela terutama lembaga-lembaga negara Suriah.

“Kami membela terutama lembaga-lembaga negara Suriah, dan bukan Presiden al-Assad. Kami tidak ingin di Suriah terbentuk situasi yang menyerupai apa yang terjadi di Libya, atau Somalia, atau Afghanistan, yaitu negara-negara yang sudah sekian tahun ditempati oleh NATO namun tidak mengalami perubahan kepada keadaan yang lebih baik,” ungkapnya ketika ditanya mengenai peran Suriah di tengah krisis Suriah.

Dia menambahkan, “Kita tidak boleh lupa bahwa seandainya di sana tidak ada campurtangan dari luar maka sekarang  tidak terjadi situasi seperti ini dan perang saudara yang kita saksikan sekarang.” (irna/alalam)

Berjumpa Dengan Para Korban Penculikan, Ini Kata Presiden Suriah

Presiden Suriah Bashar al-Assad, Jumat (2/6/2017), bertatap muka dengan 34 warga Suriah, dua di antaranya perempuan, yang baru berhasil dibebaskan oleh tentara Suriah dan sekutunya dari aksi penculikan yang dilakukan oleh kawanan teroris di kawasan Barzah, provinsi Damaskus.

Pada kesempatan ini al-Assad mengatakan bahwa masyarakat Suriah sedang terdera “krisis sosial yang sesungguhnya” akibat maraknya aksi penyanderaan dan penculikan, dan masalah ini mendapat kepedulian ekstra dari pemerintah.

Kepada puluhan warga itu dia mengatakan, “Bebasnya Anda bukan hanya karena upaya pemerintah semata, melainkan juga karena pengorbanan tentara.”

Dia menjelaskan bahwa tentara telah banyak berkorban dan terus berjuang membela negara, kedaulatan, masa depan, dan anak bangsa negara ini.

Al-Assad menambahkan bahwa perang di Suriah belum berakhir , dan kebahagiaan tidak akan sempurna sebelum semua korban penculikan dapat dibebaskan dan keamanan negara ini pulih.

Menurutnya, segala cara telah dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris, termasuk aksi pembantaian dan penyanderaan, tapi semua tak dapat mengubah kehendak dan aspirasi rakyat Suriah.

Di pihak lain, puluhan warga itu berterima kasih kepada pemerintah Suriah atas keterbebasan mereka dan menegaskan teguhnya kepercayaan mereka kepada pemerintah yang selama ini telah memberikan kepedulian yang besar kepada nasib mereka. (sana)

Para Ulama Bahrain:  AS Dan Inggris Terlibat Dalam Represi Rezim Bahrain

Dewan Ulama Bahrain merilis statemen menyatakan bahwa kekerasan rezim Bahrain belakangan ini di kawasan al-Diraz dilakukan dengan kerjasama Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Seperti dilansir FNA, Jumat (2/6/2017), statemen ini menegaskan, “Pembunuhan secara bengis di al-Diraz terjadi dengan kerjasama AS dan pengelolaan keamanan Inggris serta kerjasama regional.”

Mereka mengingatkan bahwa gelora pengorbanan rakyat Bahrain akan semakin berkobar jika rezim Bahrain semakin bertindak lancang terhadap simbol-simbol keagamaan. Menurut mereka, tindakan rezim Bahrain bermotif sektarian sehingga sangat berbahaya bagi nasionalisme dan persatuan di negara ini.

Mereka juga menegaskan bahwa blokade aparat Bahrain terhadap kawasan al-Diraz, tempat kediaman ulama besar Muslim Syiah Bahrain Syeikh Isa Qassim,  adalah blokade terhadap agama dan rakyat serta berdampak pula pada sektor perekonomian.

Mereka menjelaskan bahwa membuka satu jalur dan menutup jalur-jalur lain di kawasan itu hanyalah akal-akal rezim Bahrain untuk menutupi fakta militerisasi kawasan ini untuk memblokir Syeikh Isa Qassim.

Belum lama ini aparat keamanan Bahrain membubarkan massa yang sudah sekian lama berkonsentrasi di sekitar rumah Syeikh Isa hingga terjadi bentrokan yang menyebabkan enam warga meninggal dunia dan hampir 300 lainnya ditangkap. (fna)