Rangkuman Berita Timteng Sabtu 28 April 2018

trump dan al-qudsJakarta, ICMES: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku berkemungkinan akan menghadiri peresmian Kedubes AS untuk Israel di kota Al-Quds (Yerussalem), dan mengatakan pula bahwa negara-negara kaya Arab akan mengeluarkan dana lebih besar di Suriah.

Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berharap Turki yang juga merupakan anggota aliansi militer Barat ini  tak jadi membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia demi kepentingan sistem pertahanan mutakhir Barat semisal Patriot.

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri menyebut Rezim Rezim Zionis Israel “gelembung busa”, dan menegaskan bahwa strategi pertahanan negaranya sudah ditetapkan oleh pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomaini, sehingga tak dapat diubah dan diatur oleh pihak asing.

Jurnalis kondang Aljazair dan komentator olahraga di channel beIN Sports yang berbasis di Qatar, Hafid Derraji, memberikan pesan tajam kepada negara-negara Arab bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan melindungi mereka sekalipun mereka “mempersembahkan harta karun.”

Berita selengkapnya;

Trump Berkemungkinan Hadiri Peresmian Kedubes AS Di Al-Quds

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku berkemungkinan akan menghadiri peresmian Kedubes AS untuk Israel di kota Al-Quds (Yerussalem), dan mengatakan pula bahwa negara-negara kaya Arab akan mengeluarkan dana lebih besar di Suriah.

“Mungkin saya akan ke Yerussalem untuk mengikuti pembukaan Kedubes AS,” katanya dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Angela Merkel di Washington, AS, Jumat (27/4/2018).

Rencananya, Kedubes AS itu akan diresmikan pada Mei mendatang bersamaan dengan peringatan berdirinya negara Zionis Israel yang di tanah Palestina.

Pada awal Desember lalu Trump telah membuat keputusan kontroversial mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel dan memindah Kedubes AS dari Tel Aviv ke Al-Quds.

Mengenai Iran dia mengatakan, “Kami sepakat untuk menghadapi perilaku ekstrem Teheran di Suriah.” Menurutnya, telah dibahas berbagai cara mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Dia bersumbar bahwa Iran yang disebutnya sebagai negara pengacau tidak bisa akan meraih senjata ini, dan bahwa perjanjian nuklir Iran (JCPOA) tidak memuaskan.

“Rezim Iran menutrisi kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan di semua penjuru Timteng. Kita harus menjamin rezim pembunuh ini untuk bahkan tidak mendekati senjata nuklir. Iran harus berhenti menyebar rudal-rudal berbahaya dan mendukung teroris… Di mana ada Iran di situ ada masalah,” tudingnya.

Dia juga mengatakan bahwa negara-negara kaya Arab di Timteng akan segera mengeluarkan dana lebih besar di Suriah.

“Negara-negara kaya regional akan berpartisipasi lebih besar di Suriah di depan bantuan-bantuan besar yang telah kami berikan,” katanya.

Di pihak lain, Merkel dalam konferensi pers yang sama mengatakan bahwa JCPOA tidak cukup untuk “mengendalikan ambisi Iran.”

“Kami memandang perjanjian nuklir Iran sebagai tahap awal yang andil dalam menunda aktivitasnya di level ini secara khusus, tapi kami juga berkeyakinan bahwa dalam pandangan Jerman perjanjian ini tidaklah cukup untuk menjamin  pencegahan dan pengendalian ambisi Iran… Harus ada kesepakatan antara Eropa dan AS mengenai masalah ini.”

Trump akan menentukan sikapnya terhadap JCPOA pada tanggal 12 Mei mendatang. (rayalyoum)

Turki Ragu Ditawari Patriot Karena Tak Efektif Menangkis Rudal Yaman Di Saudi

Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berharap Turki yang juga merupakan anggota aliansi militer Barat ini  tak jadi membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia demi kepentingan sistem pertahanan mutakhir Barat semisal Patriot. Dalam rangka ini Amerika Serikat (AS) mulai membujuk Turki agar membatalkan kesepakatan historisnya dengan Rusia untuk pembelian S-400.

Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengakui negara-negara anggota NATO resah terhadap keputusan Ankara membeli S-400 dari Rusia karena menyalahi kebijakan NATO yang mengharuskan kepemilikan senjata dari negara-negara anggota aliansi militer ini sendiri.

Karena itu, menurut Stoltenberg, sudah ada negosiasi dengan Turki supaya negara ini membeli sistem pertahanan udara Patriot buatan AS atau sistem lain buatan negara Eropa agar urung membeli S-400 maupun alusista buatan Rusia lainnya.

Di mata NATO, keinginan Turki memperoleh S-400 merupakan pembelotan dari doktrin NATO dan memungkinkan Turki menyempal dari aliansi militer Barat ini.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertindak demikian justru setelah melihat Barat enggan menjual senjata-senjata canggihnya kepada Turki, apalagi militer Turki sebelumnya juga sudah tertarik pada persenjataan Rusia.

Kesepakatan penjualan S-400 Rusia kepada Turki dikuatirkan NATO menjadi pendahuluan bagi transaksi-transaksi persenjata lain yang mencakup kapal perang dan jet tempur Sukhoi atau MIG.

AS lantas menawarkan Patriot kepada Turki untuk menggantikan S-400, sedangkan Eropa menawarkan Eurosam. Namun, Turki ragu meladeni tawaran AS karena efektivitas rudal Patriot belakangan ini dipertanyakan dalam menangkis rudal-rudal Yaman yang tak tergolong canggih. Laporan militer New York Times bahkan mengakui kegagalan Patriot menangkis rudal Yaman.

S-400 buatan Rusia merupakan sistem pertahanan udara yang dapat merontokkan target pada radius 400 kilometer dengan ketinggian maksimal 30 kilometer. Senjata ini dinilai efektif bahkan untuk menghadapi jet tempur supercanggih F-35 buatan AS. (rayalyoum)

Militer Iran: Strategi Pertahanan Sudah Ditetapkan Imam Khomaini, Tak Dapat Diubah

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri menyebut Rezim Rezim Zionis Israel “gelembung busa”, dan menegaskan bahwa strategi pertahanan negaranya sudah ditetapkan oleh pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomaini, sehingga tak dapat diubah dan diatur oleh pihak asing.

“Musuh harus tahu bahwa strategi Iran yang sudah ditetapkan oleh Imam Khomaini tidaklah dapat diubah,” ktegasnya, Jumat (27/4/2018).

Mengenai Israel dia mengatakan, “Rezim Zionis mengira bahwa dengan bermain api akan dapat mencegah bangsa Iran mewujudkan tujuannya, tapi ia sangat keliru karena tujuan kami sudah tergariskan dan jelas. Bangsa Iran telah mengusir AS dan ekor-ekornya seperti ISIS, Jabhat al-Nusra, dan kelompok takfiri lain dari kawasan, dari Irak dan Suriah, serta memulihkan keamanan di negara-negara ini.”

Sembari menyebut Israel “hanyalah gelembung busa”, Bagheri memastikan Poros Resistensi akan terus bergerak maju bertumpu pada semangat revolusi Islam.  (rayalyoum)

Jurnalis Aljazair: Persembahkan Harta Karunpun Arab Tidak Akan Dilindungi AS

Jurnalis kondang Aljazair dan komentator olahraga di channel beIN Sports yang berbasis di Qatar, Hafid Derraji, memberikan pesan tajam kepada negara-negara Arab bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan melindungi mereka sekalipun mereka “mempersembahkan harta karun.”

Peringatan ini disampaikan Derraji melalui akun Twitter-nya menyusul statemen Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa negara-negara kaya Timteng harus mendanai keberadaan pasukan AS di Suriah dan bahwa sebagian negara Arab itu tidak akan dapat bertahan eksis barang seminggu seandainya tidak diproteksi oleh AS.

“Bukanlah AS yang melindungi kalian walaupun kalian mempersembahkan harta karun kepadanya, melainkan rakyatlah yang menjadi pelindung bagi para penguasa, pemerintahan, dan entitasnya ketika mereka hormat dan mengabdi kepada rakyatnya. Sedangkan Trump maka cukuplah kiranya dia melindungi negara asalnya sendiri, Amerika, dan negara pertamanya, Israel,” tulis Derraji.

Sebelumnya, sembari menyatakanbahwa sebagian negara kaya Arab tak akan bertahan eksis barang seminggu tanpa proteksi AS, Trump mendesak “negara-negara kaya” Arab agar mendanai upaya membendung pengaruh Iran di Suriah.

Dalam jumpa pers bersama sejawatnya dari Perancis, Emmanuel Macron, di Gedung Putih, Selasa lalu, dia juga mengatakan bahwa AS telah menghabiskan dana US$ 7 triliun selama 18 tahun di Timteng, dan karena itu negara-negara kaya Arab juga harus mengeluarkan dana besar. Dia juga berharap negara-negara itu bersedia mengirim pasukannya ke Suriah.

Trum mengingatkan bahwa AS tidak akan terus menerus mengeluarkan dana besar sembari mempertaruhkan nyawa pasukannya tanpa ada tindakan yang sebanding dari negara-negara kaya Arab yang “tidak akan bertahan barang seminggu tanpa perlindungan AS.” (alalam)