Jakarta, ICMES: Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan sedikitnya tiga orang Palestina gugur syahid dan ratusan lainnya luka-luka dalam serangan pasukan dan para pemukim Zionis Israel terhadap para demonstran Palestina di Tepi Barat dan Baitul Maqdis.
Para pejuang Hizbullah menguasai beberapa area lagi di Juroud Arsal di perbatasan Lebanon-Suriah yang semula dikuasai oleh kawanan teroris Jabhat al-Nusra.
Kemlu Rusia menyatakan bahwa sebagian besar anggota oposisi Suriah yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) telah bergabung dengan kelompok teroris ISIS dan Jabhat al-Nusra.
operasi penyisiran pasukan Irak untuk mengungkap keberadaan para teroris ISIS yang tersisa masih berlanjut di kawasan kota kuno di Mosul barat, dan dalam beberapa hari terakhir sebanyak 50 teroris terbunuh dalam operasi tersebut.
Berita selengkapnya;
“Hari Amarah”, Tiga Orang Palestina Gugur, Ratusan Cidera
Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan sedikitnya tiga orang Palestina gugur syahid dan ratusan lainnya luka-luka dalam serangan pasukan dan para pemukim Zionis Israel terhadap para demonstran Palestina di Tepi Barat dan Baitul Maqdis, Jumat (21/7/2017).
Lembaga ini dalam siaran persnya melaporkan, “Dua pemuda Palestina di Baitul Muqdis dan satu pemuda Palestina lainnya di Ramallah gugur syahid.”
Lembaga ini juga menyebutkan sedikitnya 72 orang Palestina dilarikan ke rumah sakit akibat luka-luka diterjang peluru dan dianiaya oleh pasukan Zionis.
“Di Ramallah 67 warga Palestina luka-luka diserang pasukan Zionis, dan di Beitlehem 54 orang Palestina juga luka-luka dalam bentrokan dengan pasukan Zionis,” ungkap Bulan Sabit Merah Palestina.
Sumber-sumber Palestina menyebutkan bahwa pasukan Zionis juga menyerang Rumah Sakit al-Maqasid, tempat banyak korban luka pengunjuk rasa Palestina dilarikan.
Ribuan warga Palestina di berbagai kota di Jalur Gaza, Tepi Barat, Baitul Maqdis, dan Israel alias wilayah pendudukan 1948 kemarin menggelar unjuk rasa akbar untuk menandai apa yang mereka sebut “Hari Amarah” atau “Jumat Amarah”.
Aksi ini mereka lakukan demi menunjukkan tekad mereka untuk tetap membela Masjid al-Aqsa dan menentang perilaku agresif kaum Zionis terhadap masjid yang sangat dimuliakan oleh seluruh umat Islam ini.
Permukiman lama dan kawasan sekitar Masjid al-Aqsa yang dalam beberapa pekan terakhir diwarnai aksi protes harian dan represi pasukan Zionis Jumat kemarin dipenuhi oleh massa pengunjuk rasa Palestina.
Israel menerapkan sistem keamanan ekstra ketat sejak Jumat pagi dengan melarang masuk warga Palestina yang usianya di bawah 50 tahun ke Baitul Maqdis. (mm/maan)
Hizbullah Kuasai Beberapa Posisi al-Nusra Di Pinggiran Lebanon
Para pejuang Hizbullah, Jumat malam (21/7/2017), menguasai beberapa area lagi di Juroud Arsal di perbatasan Lebanon-Suriah yang semula dikuasai oleh kawanan teroris Jabhat al-Nusra.
Kantor berita Lebanon, NNA, melaporkan bahwa Hizbullah menguasai Wadi Daqiq dan Wadi Zaarour, termasuk tiga posisi al-Nusra di tenggara Arsal, bersamaan dengan keberhasilan mereka menguasai beberapa posisi lain di Jabal al-Qanzah, Joroud Arsal.
Saluran TV al-Manar milik Hizbullah melaporkan bahwa milisi pimpinan Sayyid Hassan Nasrallah ini menguasai dataran tinggi al-Karrah, Dhalil al-Hajja, dan Harf al-Sa’bah di Joroud Falita, dan menguasai pula posisi Ra’ad 1, 2, dan 3 serta Taftanaz di Jabal Al-Anzah.
Sebelumnya di hari yang sama Hizbullah menguasai penuh kawasan al-Rahwah dan posisi al-Hawah di Joroud Arsal, sementara tentara Lebanon menggempur kawanan bersenjata yang mencoba menyusup ke wilayah Arsal.
NNA menyebutkan bahwa pasukan Hizbullah telah memasang benderanya dan mencopot bendera Jabhat al-Nusra di posisi yang dinilai strategis untuk membuka jalan menuju kawasan Wadi al-Khail dan Wadi al-Dab tersebut.
Saat itu tentara Lebanon juga mengerahkan persenjataan berat dan menggempur kawanan teroris yang berusaha menyusup melalui ke Arsal. (almanar)
Pasukan Dukungan AS DI Suriah Bergabung Dengan ISIS Dan Al-Nusra
Kemlu Rusia menyatakan bahwa sebagian besar anggota oposisi Suriah yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) telah bergabung dengan kelompok teroris ISIS dan Jabhat al-Nusra.
Hal tersebut dinyatakan oleh kantor bidang media dan informasi Kemlu Rusia dalam sebuah surat jawabannya kepada saluran TV al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon, Jumat (21/7/2017.
Surat itu menjelaskan bahwa AS melatih dan mempersenjatai para teroris di Suriah persis seperti yang dilakukan oleh AS di Afghanistan dan Libya sehingga dua negara ini dilanda kekacauan besar dan berkepanjangan.
Menanggapi pertanyaan al-Mayadeen mengenai keputusan AS menghentikan suplai senjata kepada oposisi Suriah, kantor bidang media dan informasi Kemlu Rusia dalam jawaban tertulisnya menyatakan, “Jika yang Anda maksud adalah instruksi Trump untuk penghentian program rahasia badan intelijen pusat AS dalam pelatihan dan suplai senjata oposisi Suriah maka berita ini dipublikasi hanya oleh Washington Post, dan penulisnyapun menyatakan bahwa keputusan ini didasari hasrat Trump bekerjasama dengan Rusia untuk penyelesaian krisis Suriah.”
Kantor itu menambahkan, “Kami sampai sekarang belum mendengar laporan tentang ini dari sumber resmi, kami tidak mengetahui program-program serupa oleh lembaga-lembaga AS, dan badan intelijen AS juga tidak memberikan laporan kepada kami.”
Menurut kantor ini, Moskow sudah berulangkali mengungkap kebersamaan AS dengan kelompok-kelompok bersenjata di Suriah dan menegaskan bahwa tindakan ini akan menimbulkan akibat yang fatal secara politik maupun militer.
“Kami berulangkali mengatakan bahwa AS bertujuan mendapatkan raihan geopolitik dalam bekerjasama dengan kelompok-kelompok bersenjata, dan kami berulangkali berusaha mengajak Washington bekerjasama dengan Rusia untuk memisahkan oposisi moderat dari para teroris, terutama Jabhat al-Nusra yang telah dikecualikan oleh Pentagon dalam operasi militernya,” lanjut kantor itu.
Sementara itu, Menlu Rusia Sergei Lavrov, di hari yang sama menyatakan bahwa pasukan koalisi pimpinan AS di Suriah sama sekali tidak memerangi Jabhat al-Nusra .
“Karena tidak adanya hasrat AS untuk menumpas kelompok teroris al-Nusra kesepakatan negara ini dengan Rusia untuk koordinasi anti teroris di Suriah gagal,” katanya dalam wawancara dengan TV NBC yang berbasis di AS.
Dia menambahkan, “Pasukan koalisi pimpinan ISIS yang masih memerangi IS (ISIS) enggan menumpas Jabhat al-Nusra, dan malah berusaha melindungi kelompok ini… Semua indikasi yang ada menunjukkan realitas dan perilaku pasukan koalisi pimpinan AS terhadap Jabhat al-Nusra ini.” (irna/sputnik)
Berusaha Kabur Dengan Menyamar, 50 Teroris ISIS Tewas Di Irak
Mosul, kota kedua terbesar di Irak, sudah diumumkan bebas secara total dari pendudukan kelompok teroris ISIS pada 10 Juli lalu oleh Perdana Menteri Irak Haeder Abadi. Namun demikian, operasi penyisiran pasukan Irak untuk mengungkap keberadaan para teroris ISIS yang tersisa masih berlanjut di kawasan kota kuno di Mosul barat, dan dalam beberapa hari terakhir sebanyak 50 teroris terbunuh dalam operasi tersebut.
Kol. Riyaz Judat, salah seorang komandan pasukan kontra-terorisme Irak dalam wawancara dengan IRNA di Abril yang hasilnya dimuat Jumat (21/7/2017), mengatakan, “Dalam operasi terbaru pasukan lembaga ini kami berhasil menumpas dan menangkap 50 teroris yang berusaha kabur dengan cara menyamar pakaian.”
Dia menjelaskan bahwa di bagian-bagian kota kuno Mosul masih tersisa anasir ISIS yang mengendap-endap dan bersembunyi, sementara pasukan Irak terus menyisir dan mengungkap keberadaan mereka agar wilayah ini bisa steril dari sisa-sisa ISIS.
Menurutnya, sejauh ini sudah ada 40 teroris yang terluka dan diringkus dalam operasi penyisiran tersebut.
“Para teroris ini menggali banyak terowongan dalam kota untuk tempat persembunyian mereka, dan demi mencegah eksistensi teroris lagi di kota ini pasukan khusus anti teroris berusaha mengungkap terowongan dan tempat-tempat persembunyian itu. Dalam rangka ini kami melakukan razia dari rumah ke rumah di kawasan Qaliat, Midan, dan Shahwan,” paparnya.
Dia menambahkan bahwa kebanyakan teroris ISIS yang tersisa berusaha keluar dan kabur dari terowongan, tapi semua jalan sudah tertutup bagi mereka setelah Mosul dibebaskan secara total.
“Karena itu mereka terpaksa menyerah atau mati,” ungkapnya.
Seperti diketahui, setelah sembilan bulan menggelar operasi penumpasan ISIS Perdana Menteri Irak Haeder Abadi pada tanggal 10 Juli lalu mengumumkan pembebasan Mosul secara total dari pendudukan ISIS. (irna)