Jakarta, ICMES: Para tokoh senior yang ditahan di Arab Saudi sejak Sabtu pekan lalu mengalami penyiksaan fisik dalam penangkapan dan interogasi sehingga mememerlukan perawatan di rumah sakit.
Gelombang aksi penangkapan para tokoh saingan Putera Mahkota Mohammad Bin Salman di Arab Saudi dengan dalih pemberantasan korupsi belakangan ini mengundang keresahan Amerika Serikat.
Menlu Perancis Jean-Yves Le Drian membuat pernyatan yang justru memperkuat dugaan bahwa Saad Hariri ditahan di Saudi, sementara Rusia akan melakukan suatu tindakan jika misteri mengenai Hariri berkelanjutan.
Berita selengkapnya;
Tahanan Senior Saudi Alami Penyiksaan Fisik, Bandar Bin Sultan Tak Jelas Nasibnya
Para tokoh senior yang ditahan di Arab Saudi sejak Sabtu pekan lalu mengalami penyiksaan fisik dalam penangkapan dan interogasi sehingga mememerlukan perawatan di rumah sakit. Demikian diungkap Middle East Eye (MEE), Kamis (9/11/2017), berdasarkan keterangan para narasumber Kerajaan Saudi.
Para narasumber juga mengatakan bahwa skala penangkapan sedemikian meluas sehingga setiap hari selalu ada yang ditangkap dengan jumlah yang bahkan jauh lebih besar daripada yang disetujui oleh pemerintah Saudi, yaitu lebih dari 500 orang.
Anggota keluarga kerajaan, menteri pemerintah dan konglomerat terjebak dalam gelombang penangkapan yang tiba-tiba diatur oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) dengan dalih pemberantasan korupsi.
Beberapa di antara tokoh utama yang ditahan dilaporkan menderita luka pada tubuh akibat penyiksaan dengan metode klasik. Mereka tidak mengalami luka di wajah sehingga tidak akan terlihat tanda siksaan fisik saat mereka muncul di depan publik.
Pangeran Bandar bin Sultan adalah salah satu tokoh yang paling tersohor di Saudi. Mantan duta besar Saudi untuk Amerika Serikat (AS) serta orang kepercayaan mantan presiden AS George W Bush ini tidak diketahui kabarnya. Namun, pihak berwenang Saudi mengatakan bahwa salah satu kasus korupsi yang mereka lihat adalah kesepakatan senjata al-Yamamah di mana Bandar terlibat.
Bandar membeli seluruh desa di Cotswolds, daerah indah di Inggris tengah, dan kawasan olahraga seluas 2000 hektar, dengan sebagian hasil rasuah yang dia terima dalam kesepakatan senjata al-Yamamah.
Reem, putri Al-Waleed bin Talal, adalah satu-satunya wanita yang juga menjadi target penangkapan dalam gelombang terbaru di Saudi. (mee)
Setelah Mendukung, AS Sekarang Resah Terhadap Gelombang Penangkapan Di Saudi
Gelombang aksi penangkapan para tokoh saingan Putera Mahkota Mohammad Bin Salman (MBS) di Arab Saudi dengan dalih pemberantasan korupsi belakangan ini mengundang keresahan Amerika Serikat (AS), padahal jauh hari sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengaku mendukung penuh aksi itu.
Sebanyak lebih dari 200 orang telah dicokok pada 4 November lalu setelah Raja Salman Bin Abdulaziz menginstruksikan pembentukan komisi pemberantasan korupsi yang dipimpin oleh puteranya sendiri, MBS. Mereka yang ditangkap terdiri atas para pangeran, menteri, mantan pejabat, dan konglomerat.
Menlu AS Rex Tillerson, Jumat (10/11/2017), mengatakan bahwa gelombang penangkapan dan penahanan dengan skala dan level yang tak pernah terjadi sebelumnya di Saudi itu menimbulkan kekuatiran.
“Saya sudah berbincang dengan Menlu Saudi Adel Al-Jubeir untuk mendapat penjelasan, dan saya kira – berdasarkan perbincangan ini – ada iktikad baik,” katanya di atas pesawat dalam perjalanan dari Beijing menuju Vietnam.
Dia mengatakan, “Ini adalah pemahaman saya bahwa mereka mencirikan hal ini karena tidak benar-benar menangkap pada saat ini, namun mereka menunjukkan bukti dari apa yang mereka anggap kesalahan adalah jika ada kemauan untuk membuat sesuatu menjadi benar.”
Dia menambahkan, “Pandangan saya sendiri ialah bahwa hal itu terjadi, ini menimbulkan beberapa masalah sampai kita melihat dengan lebih jelas bagaimana individu-individu tertentu ini ditangani.”
Senin lalu Presiden AS Donald Trump mengaku “sangat percaya” terkait aksi penangkapan itu. Di Twitter dia juga mengatakan bahwa Raja Salman dan MBS “mengetahui sepenuhnya apa yang harus mereka lakukan” dan bahwa “orang-orang yang diperlakukan dengan keras itu adalah orang-orang yang telah menelan kekayaan negara selama bertahun-tahun.” (afp/reuters)
Misteri Hariri Di Saudi, Ini Reaksi Perancis Dan Rusia
Menlu Perancis Jean-Yves Le Drian membuat pernyatan yang justru memperkuat dugaan bahwa Saad Hariri ditahan di Saudi, sementara Rusia akan melakukan suatu tindakan jika misteri mengenai Hariri berkelanjutan.
Seperti diketahui, Hariri tiba-tiba meletakkan jabatannya sebagai perdana menteri Lebanon tanpa sebab yang jelas kecuali menyudut Iran dan Hizbullah. Parahnya, dia menyatakan mundur ketika berada di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.
“Hariri berkunjung ke Abu Dhabi (Uni Emirat Arab) sebelum Macron, karena itu kami yakin dia bebas dalam gerik-geriknya,” katanya dalam wawancara dengan Radio Europe 1, Jumat (10/11/2017).
Dengan menggunakan frasa“kami yakin”, Le Drian justru terlihat tidak memastikan kebebasan Hariri sehingga malah memperkuat dugaan bahwa Hariri ditahan. Dia tidak mengatakan, misalnya; “Hariri benar-benar bebas dalam gerak-geriknya.”
Frasa “kami yakin” dalam kamus diplomasi merupakan ungkapan untuk menunjukkan keraguan dan ketidak pastian, dan Le Drian juga tidak menekankan bahwa Dubes Perancis untuk Saudi di Riyadh telah menemui Hariri.
Macron dalam kunjungan mendadaknya ke Riyadh belum lama ini juga tidak mengadakan pertemuan dengan Hariri karena “kesal” terhadapnya, sementara para diplomat Barat juga tidak berhasil meskipun sudah berusaha menemui Hariri.
Radio France Internationale melaporkan, “Tidak diketahui apakah Macron berusaha menemui Hariri di Riyadh, tapi yang jelas para diplomat Barat sudah berusaha.”
Hariri selama ini dikenal memiliki hubungan yang erat dengan para pejabat tinggi Perancis dan badan-badan keamanannya. Dia selalu memberitahukan kepada mereka perkembangan yang dialami dirinya. Karena itu, tak aneh apabila Paris berkomentar mengenai dugaan Hariri ditahan di Saudi.
Sumber Kemlu Perancis mengatakan pihaknya meyakini keterikatan atau keterbatasan kebebasan Hariri, namun tidak dapat memastikan apakah dia ditahan.
“Tapi kami ingin bersikap ekstra hati-hati dalam masalah ini, karena ini berduri. Jika kabar penahanan ini terkonfirmasi maka negara-negara Barat maupun non-Barat akan menuntut tindakan untuk membela Deklarasi Wina agar (kasus demikian) tidak terulang di masa mendatang,” ungkap sumber ini.
Dia melanjutkan, “Seandainya Hariri memang sepenuhnya bebas maka dia pasti datang ke Paris untuk membahas pengunduran dirinya kemudian kembali ke Riyadh untuk menyudahi kekacauan ini.”
Sementara itu, Dubes Rusia untuk Lebanon Alexander Zasypkin mengatakan bahwa jika misteri mengenai Hariri ini berkelanjutan maka bisa jadi Moskow akan mengangkat masalah ini ke Dewan Keamanan. Ancaman demikian tidak mungkin keluar dari seorang diplomat Rusia jika tidak mendapat lampu hijau dari Moskow yang juga terusik oleh dugaan tersebut.
Ada dua dugaan terkait kemungkinan penahanan Hariri di Riyadh. Pertama, dia ditahan dan didesak agar meletakkan jabatan agar terjadi krisis Lebanon, dan selanjutnya krisis ini bisa menjadi alasan untuk terjadinya perang di Lebanon. Kedua, dia ditahan terkait dengan relasi keuangannya dengan para pangeran yang ditahan di Saudi.
Misteri Hariri berkelanjutan manakala Putera Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman belum berhasil mendapat kepastian bahwa Hariri akan bungkam jika meninggalkan Riyadh. (rayalyoum)