Rangkuman Berita Timteng Rabu 6 Desember 2017

yaman saleh al-samadJakarta, ICMES: Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, Saleh Al-Samad, menyatakan bahwa apa yang terjadi di ibu kota Yaman ini tidak akan mengusik kemitraan antara Ansarullah dan Partai Kongres Nasional, dan malah menguatkannya.

Jubir Gedung Putih Sarah Sanders menyatakan bahwa hari ini Presiden Amerika Serikat (AS) akan membuat pernyataan mengenai status kota Al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem).

Negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) merilis deklarasi yang menyudutkan Iran, Hizbullah, dan Ansarullah.

Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Ali Jaafari menyatakan bahwa insiden yang terjadi di Sanaa, ibu kota Yaman, belakangan ini merupakan upaya kudeta yang berhasil ditumpas ketika masih dalam “buaiannya.”

Berita selengkapnya;

Ansarullah Pastikan Kemitraannya Dengan Kongres Rakyat Masih Terjaga

Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, Saleh Al-Samad, menyatakan bahwa apa yang terjadi di ibu kota Yaman ini tidak akan mengusik kemitraan antara Ansarullah dan partai Kongres Nasional, dan malah menguatkannya.

“Kami ingin meyakinkan semua komponen dan kekuatan politik, terutama mitra kami dalam pengelolaan negara, partai Kongres Nasional, bahwa apa yang telah terjadi tidak akan mempengaruhi kemitraan politik yang telah terbangun, bahkan justru menguatkan, menumbuhkan, dan mengembangkannya demi pengerahan upaya menunjang frot perlawanan terhadap agresi (asing) dan membenahi kondisi lembaga-lembaga negara agar menunaikan kewajiban dan tanggungjawab nasionalnya sebaik mungkin dalam melayani warga dan menyediakan jalan-jalan hidup yang mulia bagi mereka,” ungkap Al-Samad dalam pidato televisi di Sanaa yang dikuasai oleh Ansarullah (Houthi), Selasa (5/12/2017).

Dia menegaskan bahwa Republik Yaman dengan semua lembaganya telah menjadi “lebih kuat dan tangguh pasca penggagalan rencana penumpasan Ansarullah oleh mendiang mantan presiden Ali Abdullah Saleh yang terbunuh belum lama ini.

Dia menambahkan bahwa lembaga militer Yaman akan menjadi kuat dan aktif, dan front-front pertempuran melawan agresi asing akan mengalami “sejumlah proses di mana musuh kehilangan semua harapannya untuk mewujudkan tujuan-tujuan hinanya, berusaha merealisasi angan-angannya untuk memecah konsentrasi, dan menciptakan polarisasi bagi siapapun yang memungkinkan untuk memudahkan kemajuan musuh, namun mereka akan gagal, dan kemenangan akan tercapai.”

Seperti diketahui, Senin lalu (4/12/2017) pasukan Ansarullah berhasil membunuh pemimpin partai Kongres Nasional, Ali Abdullah Saleh, dan sejumlah besar loyalisnya. Ansarullah kemudian menegaskan bahwa dengan terbunuhnya Saleh maka berakhirlah krisis bersenjata antara kedua pihak di Sanaa. (rayalyoum)

Trump Hari Ini Akan Buat Pernyataan Mengenai Al-Quds

Jubir Gedung Putih Sarah Sanders menyatakan bahwa hari ini, Rabu (6/12/2017), Presiden Amerika Serikat (AS) akan membuat pernyataan mengenai status kota Al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem).

“Saya tahu ada banyak pertanyaan tentang rencana Presiden untuk Yerussalem. Besok dia akan menyampaikan pernyataan (tentang ini),” kata Sanders dalam jumpa pers Selasa kemarin (5/12/2017).

Sebelumnya di hari yang sama Trump dikabarkan telah menghubungi ketua otoritas Palestina mengenai keputusannya untuk memindah Kedubes AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Al-Quds.

Pemerintah AS hari itu juga telah memerintahkan kepada para pegawai resminya supaya tidak berkunjung ke kota lama Al-Quds dan Tepi Barat menyusul adanya seruan demonstrasi di tengah merebaknya berbagai dugaan mengenai keputusan yang akan diambil oleh Trump untuk memindah Kedubesnya untuk Israel dari Tel Aviv ke Al-Quds yang berarti pengakuan resmi AS bahwa kota ini merupakan ibu kota bagi Israel.

Trump sendiri pada pekan ini harus membuat keputusan apakah tetap mempertahankan keberadaan Kedubesnya di Tel Aviv, ataukah akan memenuhi janjinya pada saat kampanye pilpres untuk memindahnya ke Al-Quds.

Para pejabat AS mengisyaratkan bahwa Trump tidak akan memindah Kedubes itu secara langsung, melainkan akan menegaskan niatnya untuk berbuat demikian dan bahkan akan bertindak lebih jauh agar Al-Quds diakui sebagai ibu kota Israel.

Berbagai negara, organisasi, dan tokoh dunia mengingatkan AS bahaya kemungkinan Trump mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.

Pihak Palestina bersikukuh bahwa Al-Quds Timur merupakan ibu kota bagi negara Palestina yang ingin mereka dirikan. Sikap ini mendapat dukungan dari negara-negara Arab dan Islam. Karena itu, mereka mengingatkan bahwa pengubahan status Al-Quds menjadi ibu kota Israel akan mengundang kemarahan rakyat yang luas dan menamatkan riwayat proses perdamaian.

PresidenTurki, Selasa, mengingatkan Trump bahwa pengakuan AS atas Al-Quds sebagai ibu kota Israel akan membuat Turki berkemungkinan memutus hubungan diplomatiknya dengan Israel.

“Saya katakan kepada Tuan Trump, Al-Quds merupakan garis merah bagi umat Islam, dan jika langkah demikian diambil maka kami akan menyelenggarakan pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, dan menggerakkan dunia Islam melalui aktivitas-aktivitas penting,” katanya.

Faksi Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, menyerukan kepada seluruh anak bangsa Palestina dengan semua faksi dan elemennya agar menjadikan hari Jumat mendatang (8/12/2017) sebagai “hari amarah” untuk menandai penolakan mereka terhadap keinginan Trump mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel. (rayalyoum/pic)

GCC Rilisi Deklarasi Yang Menyudutkan Iran, Hizbullah, Dan Ansarullah

Negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) menegaskan komitmen mereka kepada pemerintah Amerika Serikat (AS) “demi keamanan, stabilitas, dan perdamaian di kawasan, serta demi membendung ekstremisme dan terorisme, dan melawan kebijakan politik agresif dan ekspansif Iran di kawasan.”

Penegasan ini dinyatakan dalam deklarasi yang dirilis di akhir Pertemuan Puncak ke-30 GCC di Kuwait, Senin malam (4/12/2017), dan dilansir oleh kantor berita resmi Kuwait, KUNA.

Mengenai Yaman GCC menyesalkan pembunuhan mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, dan menyerukan persatuan seluruh komponen bangsa Yaman, termasuk partai Kongres Rakyat agar “terlepas dari milisi Houthi (Ansarullah) yang terafiliasi dan didukung Iran.”

Organisasi negara-negara Teluk Persia yang terdiri atas Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, dan Oman ini juga menegaskan penolakan mereka terhadap “peranan Iran dan organisasi teroris Hizbullah dalam mengacaukan stabilitas Lebanon.”

Mereka juga menekankan “keharusan mencegah Iran meraih senjata nuklir, menghentikan program rudal balistiknya, membendung upayanya mengacaukan keamanan dan stabilitas di kawasan dan dukungannya kepada terorisme, serta keharusan memerangi aktivitas agresif Hizbullah, Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), milisi Houthi dan organisasi-organisasi teroris lainnya.”

Mengenai Palestina GCC menegaskan keharusan “tidak mengubah status hukum dan politik atau diplomatik kota Al-Quds”.  Hal ini secara tidak langsung menyinggug rencana Presiden AS Donald Trump memindah Kedubes AS dari Tel Aviv ke Al-Quds.

“Pengubahan status ini dampaknya akan sangat berbahaya dan akan menambah pelik konflik Palestina-Israel dan proses perundingan untuk penyelesaian final,” ungkap GCC.

Deklarasi GCC juga berisi pernyataan sikap mengenai krisis Suriah dan Irak serta kondisi warga Muslim Rohingya di Myanmar.

Pertemuan Puncak GCC di Kuwait yang dipimpin oleh Menlu Saudi Adel Al-Jubeir ini dihadiri oleh delegasi dengan tingkat yang terendah sejak organisasi ini dibentuk pada tahuh 1981, karena pemimpin tertinggi yang hadir hanya dari dua di antara enam negara anggota, yaitu Emir Kuwait sendiri Jaber Al-Ahmad Al-Sabah selaku tuan rumah dan Emir Qatar Tamim Bin Hamad Al-Thani yang datang karena berharap dapat memperbaiki hubungannya yang buruk dengan sebagian besar anggota GCC . (rayalyoum/alalam)

IRGC: Kudeta Terhadap Ansarullah Baru Lahir Sudah Tertumpas

Panglima Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Ali Jaafari menyatakan bahwa insiden yang terjadi di Sanaa, ibu kota Yaman, belakangan ini merupakan upaya kudeta yang berhasil ditumpas ketika masih dalam “buaiannya.”

“Kudeta terhadap Ansarullah di Yaman tertumpas di saat masih dalam buaiannya,” ungkap Jafari, Selasa (5/12/2017).

Dia menambahkan bahwa Saudi dan para anteknya berusaha merusak stabilitas serta menebar fitnah di antara sesama umat Islam, dan dalam hal ini Saudi “menyertai apa yang dilakukan Rezim Zionis Israel.”

“Kejahatan yang dilakukan bangsa Irak, Suriah, Yaman, dan Bahrain ialah mereka telah belajar dari revolusi Islam (Iran) untuk tidak tunduk kepada kezaliman, dan karena itu dinasti pengkhianat Al-Saud berusaha menghantam stabilitas negara-negara ini,” imbuh Jafari.

Seperti diketahui, mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh terbunuh di tangan Ansarullah Senin lalu ketika berusaha kabur dari Sanaa setelah menyatakan perang terhadap Ansarullah. (rayalyoum)