Rangkuman Berita Timteng Rabu 5 September 2018

pertahanan udara suriahJakarta, ICMES: Sistem pertahanan udara Suriah telah mencegat beberapa rudal yang dilepaskan oleh jet tempur Israel ke posisi-posisi militer di provinsi Hama dan provinsi Tartus

Jet tempur Rusia melancarkan serangan udara ke provinsi Idlib Suriah tak lama setelah Amerika Serikat (AS) mengingatkan pemerintah Suriah bahwa operasi militer di sana berpotensi menimbulkan “tragedi kemanusiaan.”

Iran akan memindah pelabuhan-pelabuhan utamanya untuk ekspor minyak dari Teluk Persia ke Laut Oman agar kapal-kapal tanker yang mengekspor minyak dari Iran dapat menghindari Selat Hormuz apabila jalur strategis ini ditutup akibat konflik Iran dengan Amerika Serikat.

Pengadilan pidana khusus Arab Saudi dilaporkan telah mulai memroses pengadilan terhadap da’i ternama Syeikh Salman al-Ouda yang sudah mendekam dalam penjara sejak September tahun lalu.

Berita selengkapnya;

Suriah Tangkis Serangan Jet Tempur Israel

Sistem pertahanan udara Suriah telah mencegat beberapa rudal yang dilepaskan oleh jet tempur Israel ke posisi-posisi militer di provinsi Hama dan provinsi Tartus, Selasa (4/9/2018).

“Sistem pertahanan udara telah menghadang serangan jet tempur Israel yang masuk dengen ketinggian rendah dari barat Beirut dan bergerak ke selatan lalu menyasar beberapa posisi militer kami di provinsi Tartus dan Hama. Rudal-rudal musuh telah direaksi, sebagian di antaranya telah dijatuhkan, dan jet penyerang terpaksa kabur,” terang sumber militer Suriah kepada kantor berita Suriah, SANA.

SANA melaporkan lima rudal Israel berhasil dirontokkan di angkasa pinggiran provinsi Hama, dan penduduk setempat mengatakan serpihan rudal Israel jatuh di dekat kota Nasirah dan desa Dahr al-Qusair di bagian barat provinsi Homs.

Direktur Rumah Sakit Masyaf menyebutkan satu orang terbunuh dan empat lainnya terluka akibat serangan Israel tersebut.

Di pihak lain, sumber militer Israel di hari yang sama mengatakan pihaknya telah melancarkan 200 kali serangan ke sasaran-sasaran Iran di Suriah pada tahun lalu, dan sebanyak 800 bom dan rudal yang sebagian besarnya dilesatkan dari jet tempur ke sasaran-sasaran di Suriah telah dirontokkan.

Laman surat kabar Yedioth Ahronoth milik Israel mengutip keterangan sumber anonim bahwa militer Israel pada tahun mengungkap mundurnya pasukan Iran sejauh 80 kilometer dari perbatasan utara (Golan) dan serangan ke pangkalan-pangkalan Iran di Suriah telah diterapkan “di seluruh kawasan.”

Sumber itu kemudian mengklaim, “Serangan itu telah menyebabkan Iran meninggalkan pangkalan-pangkalan di Suriah dan menghentikan penyelundupan senjata.” (sana/raialyoum)

Baru Diingatkan AS, Rusia Malah Lancarkan Serangan udara Ke Idlib

Jet tempur Rusia melancarkan serangan udara ke provinsi Idlib di bagian barat laut Suriah, Selasa (4/9/2018), ketika Amerika Serikat (AS) baru saja mengingatkan pemerintah Suriah bahwa operasi militer di sana berpotensi menimbulkan “tragedi kemanusiaan.”

Serangan udara Rusia itu dilancarkan juga setelah Moskow menyatakan bahwa Pasukan Arab Suriah (SAA) “siap menyelesaikan masalah terorisme di Idlib,” dan empat hari menjelang pertemuan puncak segi tiga Rusia, Iran dan Turki mengenai masa depan Idlib yang kini menjadi markas terakhir kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham alias Jabhat al-Nusra serta beberapa kelompok pemberontak Suriah.

Tatapan SAA belakangan ini terfokus ke Idlib setelah tahun ini berhasil menguasai sepenuhnya provinsi Damaskus dan sekitarnya sebelum kemudian kawasan Suriah selatan. Dalam rangka ini sejak sekira sebulan lalu SAA mengerahkan personil dan mesin-mesin perangnya ke Idlib untuk persiapan mengobarkan perang besar terakhir melawan teroris dan pemberontak.

Jet tempur Rusia menggempur beberapa kawasan di Idlib setelah kawanan bersenjata di Idlib menyerang posisi SAA di provinsi Latakia hingga menewaskan tiga anggota SAA.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump di halaman Twitternya mencuit: “Presiden Suriah Bashar Assad hendaknya tidak menyerang provinsi Idlib secara membabi buta. Rusia dan Iran akan melakukan kesalahan kemanusiaan yang besar dalam tragedi kemanusiaan yang potensial ini.”

Dia menambahkan, “Ratusan ribu orang bisa terbunuh. Jangan biarkan itu terjadi! ” (raialyoum/ Guardian)

Antisipasi Penutupan Selat Hormuz, Iran Akan Pindahkan Pelabuhan Utamanya Ke Laut Oman

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan akan memindah pelabuhan-pelabuhan utamanya untuk ekspor minyak dari Teluk Persia ke Laut Oman agar nanti kapal-kapal tanker yang mengekspor minyak dari Iran dapat menghindari Selat Hormuz apabila jalur strategis ini ditutup akibat konflik Iran dengan Amerika Serikat (AS).

Dalam pidato televisi pada seremoni peresmian tiga fasilitas petrokimia baru di Aslawiyeh, wilayah pusat industri energi di Iran selatan, Selasa (4/9/2018), Rouhani menjelaskan bahwa terminal ekspor akan dipindah dari Pelabuhan Pulau Kharaj di Teluk Persia ke Pelabuhan Jask di Laut Oman, dan pemindahan ini akan selesai dilakukan pada masa akhir jabatannya di tahun 2021.

“Ini sangatlah penting bagi saya. Ini merupakan masalah yang sangat strategis. Ditetapkan pemindahan sebagian besar komoditas ekspor minyak kita dari Kharaj ke Jask,” katanya.

Untuk mencapai Pulau Kharaj kapal-kapal tanker harus melintasi Selat Hormuz sehingga memperlambat proses penyerahan minyak, dan selat ini juga digunakan sebagai jalur ekspor minyak oleh negara-negara Arab Teluk, termasuk Arab Saudi.

Belakangan ini Iran beberapa kali mengancam akan menutup Selat Hormuz jika AS jadi menghalangi ekspor minyak Iran dengan menggunakan kekuatan militer.

Ancaman terbaru di antaranya ialah ketika Rouhani menyatakan Iran selalu menjamin keamanan Selat Hormuz, tapi sembari mengingatkan kepada AS untuk “tidak bermain dengan ekor singa.”

Dengan memindah terminal ekspornya dari Teluk Persia ke Laut Oman Iran akan tetap dapat melanjutkan ekspor minyaknya meskipun Selat Hormuz ditutup.

Pada Mei lalu AS secara sepihak keluar dari perjanjian nuklir Iran yang diteken pada tahun 2015, dan pada November mendatang akan menerapkan lagi sanksinya di sektor perminyakan Iran.

Bloomberg yang berbasis di AS melaporkan bahwa Iran mengekspor minyak sebanyak 2,1 juta barel per hari pada Agustus lalu, dan para pengamat memperkirakan sanksi AS akan dapat menurunkan angka itu hingga kurang dari 1 juta barel. (raialyoum)

Kejaksaan Saudi Ajukan Tuntutan Hukuman Mati Terhadap Syeikh Salman Al-Ouda

Pengadilan pidana khusus Arab Saudi dilaporkan telah mulai memroses pengadilan terhadap da’i ternama Syeikh Salman al-Ouda yang sudah mendekam dalam penjara sejak September tahun lalu.

Tanpa menyebutkan nama Salman al-Ouda, koran Ukad milik Saudi, Selasa (4/9/2018), melaporkan bahwa Kejaksaan Umum telah mengajukan tuntutan hukuman mati dengan 37 dakwaan terhadap seorang da’i ternama. Beberapa media Saudi lainnya juga memuat laporan serupa, sementara pihak kejaksaan itu sendiri belum memberikan keterangan apapun.

Salman Al-Ouda adalah ulama Saudi yang menjabat Wasekjen Persatuan Ulama Muslim Sedunia (International Union of Muslim Scholars/IUMS), organisasi yang dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh otoritas Saudi. Dia ditangkap setelah di halaman Twitter-nya menuliskan harapan dan doanya agar Saudi dan Qatar kembali rukun dan damai.

Abdullah al-Ouda, putra Salman al-Ouda, mengatakan bahwa ayahnya semula ditempatkan di sebuah sel sempit berukuran 1×1 meter di penjara super ketat al-Hair, 29 kilometer selatan Riyadh, ibu kota Saudi, lalu dipindah ke penjara soliter di mana kemudian otoritas Saudi mengabaikan kesehatannya sehingga dia mengalami tekanan darah tinggi lagi.

“Ketika diringkus dari Dahban, kedua tangan dan kakinya terbelenggu, matanya ditutup, dan diletakkan di mobil gelap bagai kuburan,” ungkap Abdullah melalui halaman Twitternya.

Dia menambahkan bahwa penangkapan berlangsung cepat, dan Syeikh Salman beberapa terjatuh saat berjalan, dan dari mobil dia dipindah ke pesawat terbang dalam keadaan masih terbelenggu dan mata tertutup rapat.

Salman al-Ouda hanyalah salah satu tokoh agamawan ternama Saudi yang dicokok pada September lalu dalam sebuah gelombang penangkapan yang diklaim oleh aparat menyasar orang-orang yang bekerja “untuk kepentingan asing anti keamanan dan kepentingan Kerajaan.” (raialyoum)