Jakarta, ICMES: Lembaga Conflict Armament Research (CAR) yang membidangi penyelidikan sumber senjata kelompok-kelompok yang berkonflik di sebagaian besar negara dunia melaporkan bahwa sebagian besar senjata kelompok teroris ISIS didapat dari Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku masih berkeinginan menarik pasukan AS dari Suriah, tapi dengan catatan ada kepastian bahwa kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS) sudah kalah.
Jubir pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi Kolonel Turki al-Maliki menyatakan bahwa salah satu kapal tanker minyak Saudi telah diserang oleh kelompok Ansarullah (Houthi) di perairan internasional di barat Pelabuhan Hudaydah.
Menhan Rusia Sergey Shoygu dalam pertemuan dengan sejawatnya dari Iran, Amir Hatami, memuji partisipasi Iran dalam penumpasan teroris di Suriah, sementara Hatami menyatakan negara siap melanjutkan kerjasama ini sampai semua teroris tertumpaskan di Suriah.
Selengkapnya:
CAR Miliki Bukti Kuat AS Dan Saudi Persenjata ISIS
Lembaga Conflict Armament Research (CAR) yang membidangi penyelidikan sumber senjata kelompok-kelompok yang berkonflik di sebagaian besar negara dunia melaporkan bahwa sebagian besar senjata kelompok teroris ISIS didapat dari Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Lembaga ini menyebutkan bahwa kesimpulan itu diperoleh setelah timnya tiga tahun berada di Suriah. Mereka mendapat “bukti-bukti kuat” bahwa ISISI membeli sebagian besar senjatanya dari berbagai pihak di Eropa Timur yang telah membelinya dari Amerika Serikat (AS) atau dari Saudi, dan senjata-senjata itu dibawa ke Suriah untuk menyuplai kelompok-kelompok oposisi.
“Dalam banyak kasus, senjata-senjata itu berpindah ke tangan ISIS dalam tempo kurang dari satu bulan, baik melalui dukungan dari kelompok-kelompok oposisi dukungan AS maupun melalui penjualan senjata itu di pasar gelap yang marak di Suriah,” ungkap CAR.
“Pada senjata dalam jumlah relatif besar yang telah diteliti oleh tim kami terdapat catatan bahwa senjata itu adalah hanya untuk digunakan oleh tentara AS atau Saudi, bukan untuk dijual,” lanjutnya.
Organisasi yang bermarkas di Inggris ini menyebutkan bahwa senjata-senjata sampai ke tangan ISIS juga melalui berbagai kesepakatan rahasia di mana keterlibatan AS dan Saudi sangatlah besar.
Di pihak lain, pakar strategi Saudi dan direktur Pusat Kajian Strategi Timteng, Anwar Eshki, membantah laporan bahwa Saudi terlibat dalam suplai senjata dan dana kepada kelompok teroris.
Dia mengatakan bahwa dewasa ini persenjataan dengan berbagai jenisnya campur aduk sehingga adanya senjata-senjata itu di tangan teroris tidak bisa dijadikan alasan untuk menuding suatu negara. (sputnik)
Trump Mengaku Ingin Menarik Pasukan AS Dari Suriah
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku masih berkeinginan menarik pasukan AS dari Suriah, tapi dengan catatan ada kepastian bahwa kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS) sudah kalah.
“Saya ingin keluar, saya ingin membawa pasukan kami pulang ke rumah,” kata Trump kepada wartawan sembari mengklaim bahwa AS sudah “hampir menyelesaikan” tugas mengalahkan ISIS.
Menindak lanjutinya statemennya pekan pekan lalu, kali ini dia menyebutkan penarikan pasukan segera mungkin.
“Kami akan membuat keputusan dengan sangat cepat, berkoordinasi dengan orang lain di daerah itu, seperti apa yang akan kami lakukan,” katanya dalam konferensi pers bersama para pemimpin negara-negara Baltik, Selasa (3/4/2018).
Mengenai keinginan Arab Saudi supaya pasukan AS tetap dipertahankan di Suriah, Trump meminta Saudi membayar AS jika memang menghendaki demikian.
Dalam pidato pekan lalu di Ohio Trump mengatakan bahwa AS kemungkinan akan segera keluar dari Suriah, lalu dia mengatakan bahwa keputusan akhir tentang ini ditangguhkan sampai Selasa kemarin.
Pada konferensi pers tersebut Trump mengeluhkan lagi dana miliaran dolar AS yang telah dihabiskan di Timur Tengah, lalu mengklaim bahwa dana itu lebih baik digunakan untuk proyek-proyek domestik.
“Terkadang saatnya untuk pulang… dan kami memikirkan hal itu dengan sangat serius,” katanya. (usatoday)
Ansarullah Serang Kapal Tanker Minyak Saudi
Jubir pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi Kolonel Turki al-Maliki menyatakan bahwa salah satu kapal tanker minyak Saudi telah diserang oleh kelompok Ansarullah (Houthi), Selasa (3/4/2018), di perairan internasional di barat Pelabuhan Hudaydah yang dikuasai oleh Ansarullah.
Dalam siaran persnya, Selasa, dia mengatakan bahwa serangan itu gagal karena hanya “menimbulkan kerusakan kecil yang tak berpengaruh” dan kapal tanker itu dapat melanjutkan pelayarannya ke arah utara diiringi salah satu kapal pasukan koalisi Arab.
Namun demikian, dia menambahkan, “Serangan teror ini merupakan ancaman berbahaya bagi kebebasan pelayaran dan perdagangan internasional di Selat Bab al-Mandeb dan Laut Merah, dan dapat pula menimbulkan kerusakan lingkungan dan perekonomian.”
Dia mengingatkan bahaya berlanjutnya serangan Ansarullah dan dukungan Iran kepadanya. Dia juga menyerukan keharusan pelabuhan itu diawasi oleh pihak internasional agar tidak dipakai sebagai “pangkalan militer” untuk menyerang jalur pelayaran.
Ketua Komisi Tinggi Revolusi Yaman Mohammad Ali al-Houthi Ahad lalu menegaskan, “Segala opsi terbuka untuk menghadang agresi selagi masih berlangsung terhadap bangsa Yaman. Kami akan menggunakan segala sarana yang tersedia untuk melawan.”
Dia mengatakan Ansarullah kini mengincar berbagai fasilitas strategis perekonomian Saudi.
“Ansarullah akan terus menyerang perusahaan Aramco dan fasilitas-fasilitas strategis Saudi lainnya agar ada reaksi perlawanan terhadap musuh yang arogan. Bangsa Yaman akan menyerang program ekonomi Saudi yang terepresentasi dalam perusahaan Aramco, dan ini akan mempengaruhi proyek Neom,” lanjutnya. (rayalyoum)
Menhan Rusia Apresiasi Partisipasi Iran Dalam Penumpasan Teroris Di Suriah
Menhan Rusia Sergey Shoygu dalam pertemuan dengan sejawatnya dari Iran, Amir Hatami, menjelang Konverensi Moskow untuk Keamanan Internasional, Selasa (3/4/2018), memuji partisipasi Iran dalam penumpasan teroris di Suriah.
Mengenai konferensi yang diselenggarakan pada 4-5 April 2018 itu sendiri dia mengatakan, “Tema utama konferensi ini berkenaan dengan negara kita, dan kita telah bekerjasama di Suriah hingga membuahkan hasil-hasil signifikan dan dapat membebaskan sebagian besar wiayah Suriah dari teroris internasional.”
Dia menambahkan, “Tema utamanya ialah penguatan keamanan di kawasan ini, dan beralih ke pemulihan kehidupan di Suriah serta kembalinya para pengungsi ke rumah mereka.”
Dia juga mengatakan bahwa masalah inilah yang juga akan dibicarakan oleh para kepala negara Rusia dan Iran di Ankara, Turki, Rabu (4/4/2018).
Di pihak lain, Menhan Iran Amir Hatami memastikan kesiapan negaranya melanjutkan kerjasama “sampai tertumpasnya teroris terakhir di Suriah dan tegaknya stabilitas di sana.”
Dia juga menekankan penguatan kerjasama bilateral Rusia-Iran karena memang ada cakrawala yang cerah bagi kerjasama keduanya di bidang teknologi militer setelah tercapainya perjanjian nuklir Iran dengan enam negara terkemuka dunia, serta di bidang manuver bersama dan pelatihan para kader.
Menurutnya, ada berbagai upaya pihak lain untuk mengusik kerjasama Teheran-Moskow, tapi dia juga memastikan bahwa semua itu dapat diatasi dengan akselarasi kerjasama. (rt)