Rangkuman Berita Timteng Rabu 29 Agutus 2018

kapal perang rusiaJakarta, ICMES: Rusia memperkuat eksistensi militernya di Suriah setelah mensinyalir adanya rencana Barat untuk segera menyerang Pasukan Arab Suriah (SAA) dengan dalih terjadi serangan bom kimia yang juga sudah direncanakan Barat untuk menyalahkan SAA.

Kemlu Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata AS Joseph Dunford telah memberitahu sejawatnya di Rusia, Valery Gerasimov, bahwa akan ada “akibat” jika pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia.

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, dikabarkan siap mengurangi dukungan militer dan intelijennya kepada Arab Saudi terkait dengan serangan militer ke Yaman.

Para aktivis pemberontak Suriah mengabarkan bahwa dewasa ini sedang berlangsung perundingan pihak intelijen Turki dengan berbagai kelompok ekstremis yang ada di provinsi Idlib, termasuk Hayat Tahrir al-Sham alias Jabhat al-Nusra yang ditekannya agar membubarkan diri.

Berita selengkapnya;

Mendapat Indikasi Barat Akan Menyerang, Rusia Perkuat Pasukan Di Suriah

Rusia memperkuat eksistensi militernya di Suriah setelah mensinyalir adanya rencana Barat untuk segera menyerang Pasukan Arab Suriah (SAA) dengan dalih terjadi serangan bom kimia yang juga sudah direncanakan Barat untuk menyalahkan SAA.

Surat kabar Kommersant, Selasa (28/8/2018), mengutip keterangan sumber staf angkatan bersenjata Rusia bahwa dua kapal fregat yang dilengkapi rudal jelajah jenis Kalibr yang sanggup menghantam sasaran di darat ataupun laut telah dilayarkan ke Laut Mediteranian pada Sabtu lalu.

Dengan demikian, seperti disebutkan oleh surat kabar Izvestia, armada Rusia kini terdiri atas 10 kapal dan 2 kapal selam di dekat Suriah sehingga tercatat sebagai eksistensi militer Rusia yang terbesar di Suriah sejak negara ini dilanda krisis pada tahun 2011.

Menurut Izvestia, armada Rusia juga mencakup tiga kapal patroli serta kapal perusak dan peluncur rudal yang bertujuan mencegat kapal selam.

Sabtu lalu militer Rusia menuding kelompok-kelompok pemberontak Suriah sedang menyiapkan “provokasi” berupa serangan bom kimia di provinsi Idlib agar pemerintah Suriah dituduh bertanggungjawab dan lalu menjadi dalih bagi Barat untuk menyerang sasaran-sasaran pemerintah di Suriah.

Pada April lalu Amerika Serikat (AS), Perancis, dan Inggris melancarkan serangan ke posisi-posisi pemerintah Suriah dengan dalih adanya serangan kimia di kota Douma. Rusia mengecam serangan Barat tersebut dan menyebutnya didasari alasan hoax.

Selasa kemarin Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov kembali menuduh kelompok teroris Hayat Tahrir Sham alias Jabhat al-Nusra yang menguasai 60% wilayah provinsi Idlib “akan segera melakukan provokasi yang sangat berbahaya dengan menggunakan bahan kimia yang mengandung klorin.”

Rusia campur tangan di Suriah sejak September 2015 untuk bersama Iran dan Hizbullah menyokong SAA dalam perang melawan kawanan pemberontak dan teroris yang didukung oleh Barat dan sejumlah negara Arab sekutunya. Dukungan Rusia dan Iran ini mengandaskan skenario Barat untuk menguasai Suriah yang notabene satu-satunya negara Arab yang pantang berkompromi dengan Rezim Zionis Israel. (raialyoum)

AS Ingatkan Lagi Suriah Soal Penggunaan Bom Kimia

Kemlu Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata AS Joseph Dunford telah memberitahu sejawatnya di Rusia, Valery Gerasimov, bahwa akan ada “akibat” jika pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia.

Jubir Kemlu AS Heather Nauert dalam jumpa pers, Selasa (28/8/2018), mengatakan, “Dunford telah berbicara dengan sejawat Rusianya dan menegaskan bahwa pemerintah AS dan para sekutunya akan segera bereaksi secara tepat terhadap keadaan yang terkonfirmasi sebagai penggunaan senjata kimia di Idlib atau tempat lain manapun di Suriah.”

Tanpa menyebutkan kapan pembicaraan antara Dunford dan Gerasimov itu terjadi Nauert  menambahkan bahwa AS mengimbau Rusia agar mencegah apa yang dia sebut sebagai penggunaan senjata kimia oleh Damaskus.

Sebelumnya di hari yang sama wakil tetap Suriah untuk PBB Bashar Jafari mengingatkan, “Segala bentuk serangan ke Suriah akan menjadi dukungan bagi teroris,”

Dia menyebutkan adanya informasi terpercaya bahwa kawanan teroris di Idlib menyiapkan serangan senjata kimia  agar kemudian pemerintah Suriah menjadi kambing hitam dan lalu mendapat serangan dari negara-negara Barat.

Hal yang sama juga dinyatakan sebelumnya oleh Kemhan Rusia yang juga menuding AS bermaksud memanfaatkan provokasi baru kawanan teroris itu untuk melancarkan serangan lagi ke Suriah. Rusia kemudian dikabarkan mengirim kapal-kapal perang yang dilengkapi rudal jelajalnya untuk mengantisipasi serangan AS dan sekutunya.

Pentagon Senin lalu membantah tuduhan Rusia tersebut. (rt)

Banyak Korban Sipil Di Yaman, AS Mengaku Akan Kurangi Dukungan Militernya Kepada Saudi

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, dikabarkan siap mengurangi dukungan militer dan intelijennya kepada Arab Saudi terkait dengan serangan militer ke Yaman.

Dua narasumber yang mengetahui langsung pendirian Pentagon menyatakan kepada jaringan berita CNN, AS, bahwa Pentagon telah memberi Saudi peringatan bahwa “Kemhan AS akan mengurangi dukungan militer dan intelijennya terkait dengan serangan udara terhadap kelompok Houthi (Ansarullah) di Yaman jika tidak terlihat tanda bahwa Saudi berusaha meminimalisir jumlah korban sipil akibat serangan itu. “

Sumber itu menambahkan, “Kekecewaan bertambah. Menhan AS James Matis dan komandan operasi tentara AS di Timteng Jenderal Jospeh Votel merasa prihatin atas dukungan AS kepada serangan yang dipimpin Saudi dan serangan yang telah membunuh banyak korban sipil.”

Menurut CNN, seorang pejabat AS mengatakan, “Pentagon, demikian pula Kemnlu AS, sekarang sudah mengirim surat langsung kepada orang-orang Saudi mengenai pembatasan jumlah korban sipil.”

Sebelumnya, CNN melaporkan bahwa senjata yang digunakan dalam serangan udara ke Yaman adalah rudal terpandu laser seberat 227 kilogram produk perusahaan udara dan pertahanan Lockheed Martin yang tergolong perusahaan terbesar mitra angkatan bersenjata AS.

Menyusul serangan ini Menhan James Matis kepada wartawan mengaku telah mengutus seorang jenderal untuk berbicara dengan Saudi mengenai apa yang terjadi dalam serangan udara itu.

Pada 12 Agustus lalu Jenderal Michael Garrett mengadakan pertemuan dengan para petinggi Saudi. Disebutkan bahwa pertemuan ini tidak biasa karena jenderal itu memberikan “pesan keras.”

Seperti diketahui, serangan udara aliansi Saudi-Uni Emirat Arab ke Yaman telah menjatuhkan banyak korban sipil. Serangan itu antara lain menewaskan 26 anak kecil di Yaman barat pada 26 Agustus lalu, dan yang lebih tragis lagi adalah serangan udara terhadap sebuah bus sekolah di provinsi Sa’dah yang menewaskan 40 siswa sekolah dasar sehingga Sekjen PBB Antonio Guterres angkat bicara menyerukan penyelidikan independen atas tragedi ini.  (raialyoum)

Turki Dikabarkan Menekan Jabhat al-Nusra Agar Membubarkan Diri

Para aktivis pemberontak Suriah mengabarkan bahwa dewasa ini sedang berlangsung perundingan pihak intelijen Turki dengan berbagai kelompok ekstremis yang ada di provinsi Idlib, termasuk Hayat Tahrir al-Sham alias Jabhat al-Nusra yang ditekannya agar membubarkan diri.

Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) yang bermarkas di Inggris, Senin (27/8/2018), mengutip keterangan sejumlah sumber yang dipercainya bahwa perundingan intelijen Turki masih berlangsung dengan Hayat Tahrir al-Sham dan sekutunya, Partai Islam Turkistan, dan berbagai kelompok lain.

Menurut SOHR, masih simpang siur kabar mengenai sudah adanya kesepakatan dalam perundingan itu, namun terjadi blunder di tengah para pemimpin kelompok-kelompok itu dan sebagian besarnya enggan membubarkan diri dan menolak segala persyaratan Turki.

SOHR menyebutkan bahwa Turki semakin banyak mendapat tekanan regional dan global supaya menggunakan pengaruhnya dan membujuk Hayat Tahrir al-Sham yang unsur utamanya adalah Jabhat al-Nusra yang menguasai sebagian besar provinsi Idlib agar membubarkan diri.

SOHR melanjutkan bahwa Turki mengingatkan resiko yang akan diterima oleh Hayat Tahrir al-Sham jika menolak pembubaran diri, dan akan bertanggungjawab atas akibat operasi militer yang akan segera dilancarkan oleh Pasukan Arab Suriah. (rt/railayoum)