Jakarta, ICMES: Gerakan Fatah Palestina menyerukan pemutusan hubungan dunia Islam dengan negara-negara yang akan memindah Kedubes masing-masing untuk Israel dari Tel Aviv ke Al-Quds (Yerussalem).
Menlu Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan negaranya memandang semua negara Islam dengan pandangan yang sama sehingga tidak ada apa yang belakangan ini disebut-sebut sebagai “poros Turki-Iran-Qatar”.
Ribuan anggota kelompok teroris ini dilaporkan bergerak menuju Eropa melalui Turki berdasarkan kesepakatan antara AS dan kubu oposisi Suriah.
Menlu Bahrain Khalid bin Ahmad bin Mohammad Al-Khalifa melontarkan pernyataan pedas terhadap Iran dan menyebutnya “barang sementara” sehingga mendapat reaksi yang tak kalah pedasnya dari Iran.
Kelompok Ansarullah (Houthi) menuding pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi sengaja menebar berita hoax demi “menutupi kejahatannya terhadap warga sipil di Yaman.”
Berita selengkapnya;
Fatah Minta Dunia Islam Beri Pelajaran Telak Terhadap Guatemala
Gerakan Fatah yang dipimpin ketua otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Selasa (26/12/2017), menyerukan pemutusan hubungan dunia Islam dengan negara-negara yang akan memindah Kedubes masing-masing untuk Israel dari Tel Aviv ke Al-Quds (Yerussalem).
Jubir Fatah Jamal Nazzal dalam siaran persnya menyerukan kepada negara-negara Arab dan Israel agar “bereaksi terhadap negara-negara yang mengubah sikapnya terhadap Al-Quds dalam bentuk pengakuan atasnya sebagai ibu kota Israel, atau memindah kedubesnya ke Al-Quds dengan reaksi yang membuat mereka kehilangan semua kepentingan dan hubungannya dengan Arab dan Muslimin.”
Menanggapi rencana negara Guatemala memindah kedubesnya ke Al-Quds yang praktis mengakui kota ini sebagai ibu kota Israel, Nazzal menegaskan, “Negara-negara Arab hendaknya membuat pihak yang lancang terhadap ranah peradaban dan hak politik kami membayar harga mahal.”
Dia menambahkan, “Kita harus menempatkan Al-Quds sebagai masalah kehormatan yang tak dapat diabaikan atau berkompromi dengan pihak yang melancanginya. Adanya godaan dan tekanan yang dialami oleh negara tertentu untuk mengubah kebijakannya terhadap Al-Quds membuat Arab dan Muslim berhak mencampakkan dan menindak negara manapun yang menistakan mereka.”
Nazzal mengingatkan “pentingnya menggunakan uang, harta, dan kekayaan Arab dan Islam untuk mengeringkan kesempatan bagi orang yang meremehkan kebudayaan dan kehormatan Arab dan umat Islam.” (rayalyoum)
Cavusoglu: Tak Ada “Poros Turki-Iran-Qatar”
Menlu Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan negaranya memandang semua negara Islam dengan pandangan yang sama sehingga tidak ada apa yang belakangan ini disebut-sebut sebagai “poros Turki-Iran-Qatar”.
“Tak ada sesuatu yang namanya poros Turki-Iran-Qatar. Turki sekarang menjabat ketua periodik Organisasi Konferensi Islam (OKI), memandang semua negara Islam dengan pandangan yang sama, dan mengatakan salah kepada pihak yang berbuat salah,” katanya dalam jumpa pers bersama Menlu Sudan Ibrahim Ghandour di Khartoum, ibu kota Sudan, Selasa (26/12/2017).
Dia menyatakan, “Turki adalah negara yang paling banyak mengritik Iran berkenaan dengan krisis Suriah dan Irak. Tidak boleh mengartikan pendekatan antarnegara sebagai poros atau aliansi.”
Dia kemudian memberi contoh dengan mengatakan, “Kami sekarang memiliki pendekatan dengan Sudan, apakah ini berarti ada poros atau aliansi Turki dengan Sudan? Jangan sampai terseret ke balik fitnah demikian.”
Dia menambahkan, “Kami tidak ingin memecah belah dunia Islam sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang dengan cara menebar kerusuhan di negara-negara Islam. Kami tidak ingin menimbulkan krisis antarnegara berdasarkan klaim-klaim kosong, dan kami tidak akan menjual masalah Palestina kepada pihak lain.” (rayalyoum)
Ribuan Anggota ISIS Dilarikan Menuju Eropa
Surat kabar Amerika Serikat (AS) Business Insider (BI), Selasa (26/12/2017), melaporkan bahwa setelah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kalah di Irak dan Suriah, ribuan anggota kelompok teroris ini bergerak menuju Eropa melalui Turki berdasarkan kesepakatan antara AS dan kubu oposisi Suriah.
Seperti dikutip laman berita Al-Masalah yang berbasis di Irak, BI melaporkan bahwa penyelundupan para teroris ke Eropa itu dilakukan dengan modus raswah.
Dilaporkan bahwa sebelum pembebasan kota Raqqa di Suriah dari tangan ISIS aksi pelarian para teroris itu bahkan sudah dilakukan dengan kedok pengungsi serta dengan memberi raswah mereka berhasil lolos di semua pos pemeriksaan dan keamanan di sepanjang rute pelarian. Sebagian teroris yang lolos adalah para kader ISIS yang berlevel amir, kepala kepolisian, dan kepala administrasi.
Menurut BI, AS kemungkinan melakukan pelarian para anggota ISIS dengan tujuan menekan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait kedekatannya dengan Rusia.
BI menyatakan tidak mendapat informasi mengenai kondisi sekarang dan program mendatang ribuan pelarian ISIS menuju Eropa tersebut, namun mengutip pernyataan seorang perwira tinggi anonim AS bahwa para politisi Barat dalam waktu dekat akan membayar mahal.
“Para politisi Barat telah berusaha menggunakan para teroris sebagai alat untuk menekan Suriah dan Libya, dan suatu hari para teroris ini akan kembali kepada mereka,” katanya. (irna)
Menlu Bahrain Sebut Republik Islam “Barang Sementara”, Apa Kata Iran?
Menlu Bahrain Khalid bin Ahmad bin Mohammad Al-Khalifa melontarkan pernyataan pedas terhadap Iran dan menyebutnya “barang sementara” sehingga mendapat reaksi yang tak kalah pedasnya dari Iran.
Melalui akun Twitter-nya, Selasa (26/12/2017), Khalid menyatakan, “Saya ulangi dan tidak akan membuang kesempatan, Iran adalah sesuatu yang tercela, sedangkan republik Islam adalah perkara darurat, kondisi aneh, dan sesuatu yang temporal.”
Dia juga mencuit, “Republik Islam dan para pengikutnya mengetahui siapa yang menghadang rencana ekspansif penuh kebencian mereka, dan mereka berkonspirasi terhadapnya…. Semoga Allah melindungi Sang Raja dan orang-orangnya yang ikhlas.”
Di cuitan lain dia juga menyebutkan, “Jika Republik Islam (Iran) tidak terkesima pada pernyataan kami maka silakan ia meneguk laut dan membenturkan kepalanya ke empat dinding. Kami dan saudara-saudara kami berdiri meneropong mereka dan rencana-rencana mereka.”
Sehari sebelumnya Menlu Bahrain juga membuat cuitan serupa dengan menuliskan, “Iran adalah sesuatu yang langgeng, sedangkan republik Islam adalah sesuatu yang sementara.”
Menanggapi pernyataan Menlu Bahrain tersebut jubir Kemlu Iran Behram Qassemi menyatakan kepada pemerintah Bahrain, “Kalian terlampau remeh dan kecil untuk berbicara tentang Iran yang menjulang tinggi dengan sejarah dan kebudayaannya yang tua dan luhur.” (rayalyoum)
Ansarullah: Saudi Tebar Hoax Untuk Menutupi Kejahatannya Di Yaman
Kelompok Ansarullah (Houthi) yang berkuasa di Sanaa, ibu kota Yaman, menuding pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi sengaja menebar berita hoax demi “menutupi kejahatannya terhadap warga sipil di Yaman.”
“Penyebaran kabar keterbunuhan para pimpinan yang mendukung Houthi tak lain adalah upaya para agresor untuk menutupi kejahatannya sekarang terhadap warga sipil di provinsi Hudaydah dan Taiz,” ungkap Ali Al-Qahoum, anggota biro politik Ansarullah, Selasa (26/12/2017).
Dia menyebutkan bahwa jet tempur pasukan koalisi pimpinan Saudi hari itu telah menyerang sebuah pasar di Taiz hingga menjatuhkan puluhan korban tewas dan luka di kalangan sipil, menggempur sebuah rumah warga di distrik Al-Tahita, provinsi Hudaydah, hingga menewaskan 14 warga sipil yang beberapa di antaranya perempuan dan anak kecil, dan membom sebuah area pertanian di distrik Al-Khukha hingga menewaskan empat warga sipil.
“Pihak agresor hanya berbicara mengenai pembenaran serangan terhadap warga sipil dengan cara menyebar berita-berita demikian. Organisasi-organisasi internasional hendaknya datang dan melihat sendiri siapa yang menjadi sasaran serangan,” lanjutnya.
Sejumlah media internasional Senin lalu melansir kabar bahwa tokoh terkemuka Ansarullah Yasir Al-Ahmar dan sejumlah orang yang bersamanya terbunuh, sementara pihak presiden tersingkir Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi yang bermusuhan dengan Ansarullah tidak mengkonfirmasi kabar tersebut.
Al-Qahoum menegaskan bahwa serangan udara dan blokade pasukan koalisi Arab tidak akan membuat Yaman menyerah, dan malah justru semakin mengobarkan tekad mereka untuk berjuang dan melawan. (rayalyoum)