Jakarta, ICMES: Sistem pertahanan udara Suriah telah mencegat “sasaran penyerang” di dekat Damaskus, dan pesawat Israel menggunakan banyak balon udara panas di atas wilayah udara Lebanon untuk mengantisipasi kejaran rudal pertahanan udara Suriah.
Tentara Arab Suriah (SAA), didukung oleh pasukan Rusia, telah bergerak ke sebuah desa di provinsi Aleppo, Suriah utara, setelah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang disponsori dan dipimpin Kurdi memutuskan untuk menyerahkannya kepada pasukan pemerintah.
Lembaga Amnesty International mengaku telah menerima “laporan yang dapat dipercaya” bahwa pasukan keamanan Sudan telah menembak mati 37 pengunjuk rasa dalam represi terhadap gelombang demonstrasi yang mengguncang negara ini.
Presiden Pakistan Arif Alvi secara terbuka mengecam intervensi militer Amerika Serikat (AS) di pelbagai negara semisal Suriah, Irak, dan Afghanistan.
Berita selengkapnya:
Video: Pertahanan Udara Suriah Bidik “Sasaran Penyerang”
Sistem pertahanan udara Suriah telah mencegat “sasaran penyerang” di dekat Damaskus, Selasa malam (25/12/2018). Demikian dilaporkan kantor berita resmi Suriah, SANA.
Laporan serupa dinyatakan oleh televisi pemerintah tanpa memberikan keterangan rinci mengenai target itu.
Sumber militer senior mengatakan kepada Sputnik milik Rusia bahwa pesawat Israel menggunakan banyak balon udara panas di atas wilayah udara Lebanon untuk mengantisipasi kejaran rudal pertahanan udara Suriah.
Sumber itu mengatakan bahwa pertahanan udara Suriah berhasil menjatuhkan delapan dari 10 rudal yang ditembakkan oleh jet tempur Israel dari Libanon.
Kantor Berita Nasional (NNA) Libanon Selasa malam menyebutkan bahwa jet tempur Israel melakukan serangan tiruan di ketinggian rendah di Lebanon selatan, dan melepaskan balon panas ke atas wilayah Sidon dan Tirus.
Menurut NNA, beberapa jet tempur Israel melanggar wilayah Zahrani dari laut dan “menyeberang lebih dari satu kali menuju Nabatiyah dan daerah al-Tuffah.”
Militer Israel mengaku mengoperasikan sistem pertahanan udara terhadap rudal yang diluncurkan dari wilayah Suriah.
“Sebuah sistem pertahanan udara diaktifkan terhadap rudal anti-pesawat yang diluncurkan dari Suriah,” tulis juru bicara militer Israel Avichay Adrai di halaman Twitter-nya pada Selasa malam.
Dia menambahkan bahwa tidak ada korban ataupun kerusakan di dalam wilayah Israel akibat insiden itu. (raialyoum)
Jelang Operasi Militer Turki, SAA Dikerahkan Ke Daerah Dekat Wilayah Milisi Kurdi
Tentara Arab Suriah (SAA), didukung oleh pasukan Rusia, telah bergerak ke sebuah desa di provinsi Aleppo, Suriah utara, setelah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang disponsori dan dipimpin Kurdi memutuskan untuk menyerahkannya kepada pasukan pemerintah.
Sebuah sumber anonim lokal mengatakan kepada kantor berita Suriah al-Masdar yang pro-pemerintah bahwa tentara Suriah memasuki desa Arima, 20 kilometer timur laut kota al-Bab dan 65 kilometer ( 40 mil) timur laut Aleppo, pada Selasa (25/12/2018), setelah militan Kurdi menarik diri dari daerah itu.
Sumber itu menambahkan bahwa 40 truk pengangkut tentara Suriah, dua unit tank, truk pembawa peralatan militer dan kendaraan lapis baja terlihat menyeberang ke desa di timur laut Manbij itu.
Perkembangan ini terjadi menyusul dugaan persiapan Turki untuk menggelar operasi militer terhadap milisi Unit Perlindungan Rakyat (YPG), tulang punggung Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) di Suriah utara.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar, Selasa, mengatakan bahwa persiapan untuk serangan di wilayah sisi timur Sungai Efrat terhadap militan YPG Kurdi sedang berjalan sesuai rencana.
“Semuanya sudah direncanakan dan diprogram. Semuanya berjalan sesuai dengan itu dan sesuai dengan jadwal, ”kata Akar kepada wartawan sebelum pertemuan kelompok parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Ankara, ibukota Turki.
Dia mencatat bahwa dalam beberapa hari mendatang pembicaraan akan diadakan dengan para pejabat AS tentang peta jalan bagi Manbij.
“Mengerjakan peta jalan Manbij terus dilakukan secara intensif,” ujarnya.
Dia juga menyebutkan bahwa para petinggi militer Turki melakukan kontak dengan para sejawat mereka di AS, dan informasi lebih lanjut tentang jadwal peta jalan itu akan dirilis setelah dirampungkan. (presstv)
Sudan Dilanda Gelombang Unjuk Rasa, 37 Orang Tewas
Lembaga Amnesty International mengaku telah menerima “laporan yang dapat dipercaya” bahwa pasukan keamanan Sudan telah menembak mati 37 pengunjuk rasa dalam represi terhadap gelombang demonstrasi yang mengguncang negara ini.
Protes anti-pemerintah melanda berbagai kota dan daerah di Sudan sejak Rabu pekan lalu setelah pemerintah menaikkan harga roti menjadi tiga kali lipat.
Pihak berwenang mengatakan delapan pengunjuk rasa telah tewas dalam kerusuhan itu, sementara pemimpin oposisi utama Sudan Sadiq al-Mahdi Sabtu lalu menyebutkan jumlah korban jiwa 22 orang.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin malam bahwa pihaknya “memiliki laporan yang kredibel bahwa 37 pengunjuk rasa telah ditembak mati oleh pasukan keamanan dalam lima hari demonstrasi anti-pemerintah”.
“Fakta bahwa pasukan keamanan menggunakan pasukan mematikan yang begitu tidak peduli terhadap para pemrotes yang tidak bersenjata sangat meresahkan,” kata Sarah Jackson, direktur Amnesty untuk Afrika Timur, Danau Besar dan Horn.
“Dengan terbunuhnya puluhan orang, pemerintah harus mengendalikan penggunaan kekuatan mematikan ini dan mencegah pertumpahan darah yang tidak perlu,” imbuhnya.
Belum ada tanggapan dari pemerintah Sudan terhadap pernyataan tersebut.
Sementara itu, ratusan massa berdunjuk rasa di salah satu jalan protokol di pusat ibukota Sudan, Khartoum, setelah pasukan keamanan mencegah akses ke istana presiden.
Polisi reguler dan polisi anti huru hara dikerahkan di persimpangan jalan utama dengan membawa pentungan, dan di atap rumah yang menghadap ke jalan istana.
Himpunan Profesional Sudan yang melibatkan dokter, insinyur, guru, dan dosen dalam sebuah komunike, Selasa (25/12/2018), menyebutkan bahwa massa itu bergerak menuju istana Presiden Omar al-Bashir , “untuk menyerahkan sebuah memorandum kepada presiden yang menyerukan agar presiden segera mundur sebagai tanggapan atas kehendak rakyat Sudan dan hak kami untuk mengamankan jiwa.”
Pernyataan itu menambahkan bahwa jika al-Bashir bersedia mundur maka himpunan tersebut akan mengusulkan, “pembentukan pemerintahan transisi dengan kompetensi dan tugas-tugas khusus yang bersifat konsensual di antara kelompok-kelompok masyarakat Sudan.”
Himpunan Profesional Sudan Minggu lalu menyerukan aksi mogok dan kemudian banyak kalangan berpartisipasi. (afp/themonitor)
Langka, Presiden Pakistan Kecam Intervensi Militer AS Di Berbagai Negara
Satu tindakan langka terjadi, Presiden Pakistan Arif Alvi secara terbuka mengecam intervensi militer Amerika Serikat (AS) di pelbagai negara semisal Suriah, Irak, dan Afghanistan.
Mengomentari keputusan Presiden AS Donald Trump menarik pasukan AS dari Suriah, Arif Alvi mengecam kehancuran yang disebabkan oleh kehadiran militer AS di negara-negara itu.
“Negara-negara yang menjadi ajang ujicoba kebijakan semacam itu telah sangat menderita. Setelah pengakuan ini, langkah selanjutnya jelas bisa merupakan ganti rugi kemanusiaan atas kerusakan dan penderitaan yang disebabkan oleh perang ini,” cuit Alvi.
Menanggapi cuitan Trump, Alvi mengutip pernyatan Rand Paul, seorang senator Partai Republik, yang mewaspadai intervensi militer AS dengan menyebutkan, “Seharusnya bukan pekerjaan AS mengganti rezim di seluruh dunia. Ini adalah apa yang diakui Presiden Trump di Irak, bahwa itu adalah bencana kebijakan luar negeri terbesar dalam beberapa dekade terakhir, dan dia benar… Para jenderal masih belum menyadari kesalahan. ”
Setelah keputusan penarikan yang diumumkan pekan lalu itu Trump memuji keberadaan pasukan Turki di Suriah atas instruksi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Presiden @RT_Erdogan dari Turki telah dengan sangat kuat memberi tahu saya bahwa dia akan memberantas apa pun yang tersisa dari ISIS [Daesh] di Suriah …. dan dia adalah orang yang dapat melakukannya plus, Turki berada tepat di sebelah. Tentara kami akan pulang! ” cuit Trump.
Gedung Putih juga dilaporkan memerintahkan pemulangan separuh pasukannya dari Afghanistan, yang bertetangga dengan Pakistan.
Hubungan antara Pakistan dan AS dalam aliansi “perang melawan teror” telah merosot dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Afghanistan.
Namun, beberapa perkembangan baru-baru ini, terutama bantuan Islamabad dalam membawa Taliban kepada perundingan tentang Afghanistan, telah sedikit meredakan ketegangan diplomatik antara kedua negara. (raialyoum/anadolu)