Rangkuman Berita Timteng Rabu 19 Juli 2017

metal detector di al-aqsaJakarta, ICMES: Berlanjutnya represi Rezim Zionis Israel kembali merenggut nyawa warga Palestina. Satu lagi pemuda Palestina gugur diterjang peluru pasukan Zionis Israel di kota al-Khalil.

Imam dan khatib Masjid al-Aqsa, Baitul Maqdis, Syeikh Ikrimah Sabri, menderita luka diterjang peluru karet dalam insiden bentrokan warga Palestina melawan pasukan Rezim Zionis Israel.

Menteri Pertahanan Qatar Khalid Bin Mohammad al-Atiyyah menyatakan bahwa negaranya ikut terlibat dalam serangan militer koalisi Arab terhadap Yaman tak lain karena merasa mendapat tekanan dari Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.

Pemerintah Suriah menuding Uni Eropa (UE) sebagai pendukung teroris di Suriah, dan menegaskan pihaknya sama sekali tidak memiliki senjata kimia setelah semua instalasi kimianya dibongkar pada tahun 2013.

Berita selengkapnya;

Satu Pemuda Palestina Gugur Ditembak Pasukan Israel

Berlanjutnya represi Rezim Zionis Israel kembali merenggut nyawa warga Palestina. Satu lagi pemuda Palestina gugur diterjang peluru pasukan Zionis Israel di kota al-Khalil, Selasa (18/7/2017).

Situs Walla milik Israel menyebutkan bahwa pemuda Palestina itu ditembak mati karena menyerang tentara Israel dengan menabrakkan mobil di kawasan permukiman Kiryat Arba. Serangan ini menyebabkan tiga tentara Zionis menderita luka-luka.

Sehari sebelumnya, lima warga Palestina, termasuk Mostafa Barghuti, pejuang terkemuka yang menjabat sebagai sekjen Partai Inisiatif Nasional Palestina, menderita luka-luka akibat bentrokan dengan tentara Israel.

Dalam beberapa hari ini Israel meningkatkan represinya terhadap warga Palestina, terutama setelah terjadi peristiwa serangan tiga pemuda Palestina yang menewaskan dua tentara Israel Jumat lalu. Peristiwa ini membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak segan-segan mengeluarkan instruksi penutupan Masjid al-Aqsa untuk sementara waktu.

Instruksi itu mengejutkan banyak kalangan karena belum pernah ada instruksi demikian sejak 50 tahun silam. Israel kemudian membuka lagi Masjid al-Aqsa bagi jemaah Palestina namun setelah memasang pintu-pintu metal detector di gerbang-gerbang komplek Masjid al-Aqsa.

Laporan lain dari koran Israel Yedioth Ahronoth, Selasa, menyebutkan bahwa satu unit pesawat nirawak pengintai milik Israel terjatuh di Tepi Barat.

Mengutip koran ini, laman Palestine Today menjelaskan bahwa nirawak yang terjatuh itu dikembalikan ke Israel melalui koordinasi dengan otoritas Palestina. Israel mengaku belum mengetahui sebab jatuhnya nirawak itu karena penyelidikan masih dilakukan.

Beberapa sumber pemberitaan di hari yang sama juga melaporkan bahwa satu unit nirawak Israel lain juga terjatuh di bagian selatan Gaza.  Selain itu, pekan lalu nirawak Israel juga terhempas di Tepi Barat.

Israel mengandalkan nirawak dalam operasi pengintaian serta aksi teror terhadap para pejuang terkemuka di wilayah pendudukan Palestina (irna).

Terlibat Bentrok Dengan Pasukan Zionis, Khatib Al-Aqsa Menderita Luka Tembak

Imam dan khatib Masjid al-Aqsa, Baitul Maqdis, Syeikh Ikrimah Sabri, menderita luka diterjang peluru karet dalam insiden bentrokan warga Palestina melawan pasukan Rezim Zionis Israel di sekitar masjid, Selasa malam (19/7/2017).

Sumber lembaga Bulan Sabit Merah Palestina kepada Anadolu mengatakan bahwa Syeikh Ikrimah Sabri telah dilarikan ke Rumah Sakit al-Maqasid untuk mendapatkan perawatan, namun belum ada keterangan lebih detail mengenai kondisi lukanya.

Para saksi mata mengatakan bahwa Syeikh Sabri dan sejumlah orang Palestina lainnya menderita luka-luka terkena tembakan pasukan Zionis dalam bentrokan yang terjadi di Gerbang al-Asbat, salah satu gerbang Masjid al-Aqsa, usai shalat Isya’.

Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan regu-regu penyelamatnya mengobati sebagian korban luka di lapangan dan membawa sebagian korban lainnya yang menderita luka sedang ke Rumah Sakit al-Maqasid.

Sejak Minggu lalu (16/7/2017) ribuan orang Palestina berkonsentrasi di depan Gerbang al-Asbat dan gerbang-gerbang al-Aqsa lainnya untuk menandai penolakan mereka terhadap tindakan polisi Israel memasang metal detector untuk memeriksa para jemaah yang akan masuk ke dalam masjid. Mereka menunaikan shalat di luar batasan Masjid al-Aqsa.

Sebelumnya di hari yang sama, Dirjen Biro Wakaf Islam di Al-Quds, Syeikh Azam al-Khatib, menyatakan bahwa para ulama di kota suci ini menolak pemasangan metal detector tersebut. (rayalyoum/rt)

Qatar Ikut Menyerang Yaman Karena Dipaksa Saudi

Menteri Pertahanan Qatar Khalid Bin Mohammad al-Atiyyah menyatakan bahwa negaranya ikut terlibat dalam serangan militer koalisi Arab terhadap Yaman tak lain karena merasa mendapat tekanan dari Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.

Dalam wawancara dengan channel berbahasa Inggris TRT milik Turki, Senin (17/7/2017), dia mengatakan bahwa negaranya sejak awal berseberangan sikap dengan aliansi Arab pimpinan Arab Saudi berkenaan dengan Yaman.

“Qatar merasa dipaksa oleh Saudi dan negara-negara Arab lain untuk bergabung dengan aliansi Arab di Yaman,” katanya.

Dia melanjutkan, “Tapi kami sejak awal memiliki pendapat sendiri yang berbeda mengenai penyelesaian kondisi di Yaman, tapi sayang kami merasa terpaksa bergabung dengan aliansi Arab.”

Sebelumnya dalam wawancara yang sama al-Atiyyah menegaskan bahwa Doha menolak desakan kubu Saudi terhadap Doha supaya menutup pangkalan militer Turki di Qatar. Dia juga mengancam akan mengadukan tindakan kubu Saudi kepada pengadilan internasional agar mereka membayar ganti rugi akibat boikot mereka terhadap Qatar yang berlangsung sejak 5 Juni lalu.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Qatar, Selasa malam (18/7/2017), mengumumkan bahwa pasukan Turki gelombang keenam telah tiba di Qatar.

Kementerian ini dalam statemennya menjelaskan bahwa keberadaan pasukan Turki di Qatar adalah dalam rangka kerjasama militer kedua negara yang sudah lama terjalin, dan demi mengaktivasi isi perjanjian bilateral di bidang pertahanan.

“Ini sesuai dengan perspektif pertahanan bersama untuk mendukung pemberantasan terorisme dan radikalisme serta demi memelihara keamanan dan stabilitas di kawasan,” bunyi statemen tersebut.

Statemen ini tidak menyebutkan berapa jumlah tentara Turki yang telah tiba di Qatar dalam gelobang tersebut, namun keterangan yang selama ini beredar ialah bahwa Turki telah memutuskan pengiriman pasukan sebanyak 5000 personil ke Qatar. (rt/qana)

Damaskus: Uni Eropa Dukungan Kejahatan Teroris Di Suriah

Pemerintah Suriah menuding Uni Eropa (UE) sebagai pendukung teroris di Suriah, dan menegaskan pihaknya sama sekali tidak memiliki senjata kimia setelah semua instalasi kimianya dibongkar pada tahun 2013.

Menepis tuduhan yang kerap dilontarkan Barat bahwa Suriah telah menggunakan bom kimia,  Wakil Menlu Suriah Faisal Mekdad menegaskan klaim dan tuduhan itu sama sekali tidak benar.

“Kami sama sekali tidak memiliki senjata kimia, kami telah menyudahi program kimia secara total, dan Suriah tetap menolak dan membantah klaim-klaim itu,” tegasnya.

Sementara itu, sumber pejabat lain Kemlu Suriah menyatakan UE melancarkan agitasi anti alim ulama dan para tokoh Suriah dengan dalih yang tak dapat diterima mengenai peristiwa penggunaan bom kimia di kota Khan Shaykhun, Suriah, beberapa waktu lalu.

“Sanksi baru Eropa yang datang usai penyelidikan peristiwa Khan Shaykhun tak bisa dibenarkan, mencerminkan ketimpangan para pejabat Eropa dan kebersikerasan mereka menyokong kejahatan kelompok-kelompok teroris di Suriah dan menyesatkan opini publik internasional, terutama mengingat bahwa negara-negara UE enggan merespon ajakan Suriah untuk pengiriman delegasi Organisasi Larangan Senjata Kimia (Organisation for the Prohibition of cChemical Weapons/OPCW) ke Khan Shaykhun dan pangkalan udara al-Shairat,” terang sumber anonim itu.

Dia menambahkan, “Kami kembali menegaskan bahwa Suriah sama sekali tidak memiliki senjata kimia, dan tidak pernah pula menggunakan senjata ini dalam kondisi apapun dan di manapun, karena memang tidak memiliki senjata ini setelah konsisten kepada semua kewajibannya sesuai kebergabungannya dengan OPCW pada tahun 2013.”

Di bagian akhir dia menegaskan bahwa saksi-sanksi baru Eropa terhadap Suriah merupakan dukungan langsung kepada kawanan teroris dan upaya untuk menutupi kejahatan mereka. (sana)