Rangkuman Berita Timteng Rabu 14 Februari 2018

jenderal qasem soleimaniJakarta, ICMES: Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Qasem Soleimani menyebut Arab Saudi telah menjual diri kepada Amerika.

Seorang anggota parlemen Tunisia dari kubu oposisi telah mengoyak bendera Israel dalam sidang parlemen.

Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan siap menyerang Suriah jika isu penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil di Suriah terbukti benar adanya.

Pemerintah Damaskus mengancam akan memberi Israel “kejutan lagi” jika Tel Aviv masih mencoba mengagresi Suriah.

Rusia menuding Amerika Serikat (AS) berusaha “menciptakan negara kuasi”  atau sebentuk negara dalam negara di Suriah melalui keberadaan milisi Kursi yang bernama Pasukan Demokrasi Suriah (SDF).

Selengkapnya:

Jenderal Soleimani: Saudi Menjual Diri Kepada Amerika

Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayjen Qasem Soleimani mengecam keras Arab Saudi karena negara monarki absolut ini bersekutu dengan Amerika Serikat (AS) yang oleh Iran justru disebut “Setan Besar”.

“Jelas bahwa negara-negara yang hidup dibawah dominasi AS telah kehilangan air mukanya, dan kondisi hakikat negara-negara ini telah terungkap,” katanya dalam sebuah acara HUT ke-39 kemenangan revolusi Islam Iran, sebagaimana dilansir Ray Al-Youm, Selasa (13/2/2018).

Dia menambahkan, “Negara-negara ini telah menjual segalanya kepada AS, maka lihatlah apa yang terjadi sekarang; negara yang menyebut dirinya ‘Ummul Qura’ di Dunia Islam kini menjual tanah dengan harga murah, dan hilang dan di luar gelanggang sejarah.”

Ummul Qura dalam sejarah Islam merupakan sebutan untuk kota suci Mekkah Al-Mukarromah.

Soleimani menilai persekutuan dengan AS itu sebagai racun bagi umat Islam sehingga sama sekali tak dapat dibandingkan dengan Iran yang getol memerangi rencana-rencana kotor AS melalui terorisme di Irak dan Suriah.

“Bangsa Iran telah membantu bangsa Irak membasmi Partai Baath (milik diktator Irak mendiang Saddam Hossein) dan menumpas fenomena terorisme paling berbahaya, yaitu ISIS dan aliran takfiri. Pihak musuhpun mengakui Iran menang di kancah ini,” tuturnya.

Presiden Iran Hassan Rouhani Minggu lalu mengatakan negara ini siap memulihkan hubungan dengan Saudi asalkan Saudi bersedia menghentikan agresinya terhadap Yaman dan ketundukannya kepada Israel.

Senada dengan ini, di hari yang sama Jubir Kemlu Iran Behram Qasemi menyebut Riyadh “berkhianat” terhadap Dunia Islam dan rakyat Palestina karena berusaha menormalisasi hubungan Saudi dengan Israel.

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Ali Khemenei sebelumnya juga mengecam Saudi karena, menurutnya, telah menjadi pelayan bagi AS dan Israel. (rayalyoum)

Oposisi Tunisia Bakar Koyak Bendera Israel Dalam Sidang Parlemen

Seorang anggota parlemen Tunisia dari kubu oposisi telah mengoyak bendera Israel dalam sidang parlemen sebagai protes terhadap penundaan pembahasan mengenai draf undang-undang yang menganggap normalisasi hubungan dengan Israel sebagai kejahatan.

Anggota parlemen bernama Ammar Amroussia dari Front Rakyat (Al-Jabhat Al-Shaabiyyah) , kelompok oposisi terkemuka Tunisia, itu menunjukkan bendera kertas Israel kemudian mengoyaknya  dalam sidang parlemen yang ditayangkan secara langsung di televisi pada Selasa (13/2/2018).

Dia mencabik bendera rezim penjajah Palestina itu sembari berseru, “Inilah bendera Rezim Zionis di majelis yang hina ini….. Hidup dan merdeka Palestina! Mulialah Tunisia, umat Arab, dan kaum merdeka dunia!”

Front Rakyat yang merupakan aliansi partai-partai kiri dan nasionalis pada 31 Desember 2017 telah mengajukan draf undang-undang kriminalisasi pemulihan hubungan dengan Israel. Mereka didukung oleh sekira 100 dari 217 total jumlah anggota parlemen, namun Komisi Hukum dan Kebebasan parlemen ini pada Jumat pekan lalu mengumumkan penangguhan pembahasan mengenai draf itu.

“Apa yang terjadi pada hari Jumat itu merupakan skandal berat, semua kota Tunisia dari utara hingga selatan menjadi saksi untuknya, berkenaan dengan isu Palestina sejak tahun 1948,” ujar Amroussia.

Tunusia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun Front Rakyat dan beberapa partai lain yang dekat dengannya sejak beberapa tahun silam menuntut supaya normalisasi hubungan dengan Israel dianggap sebagai kejahatan. Tuntutan ini menguat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan keputusan menjadi Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota Israel. (rayalyoum)

Macron: Perancis Siap Menggempur Suriah Jika Isu Bom Kimia Terbukti

Presiden Perancis Emmanuel Macron, Selasa (14/2/2017), menegaskan “Prancis akan menyerang” Suriah jika terbukti telah terjadi penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil dalam konflik Suriah.

Namun, Macron yang pernah menyebut penggunaan senjata kimia sebagai pelanggaran terhadap “garis merah” mengaku belum menemukan bukti demikian.

Dalam sebuah pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat lalu dia menyatakan keprihatinannya atas tanda-tanda adanya penggunaan bom klorin terhadap warga sipil di Suriah.

“Pada senjata kimia, saya memberi garis merah dan saya mengkonfirmasi bahwa garis merah. Jika kita memiliki bukti yang menunjukkan adanya penggunaan senjata kimia yang terlarang dalam perjanjian maka kita akan menyerang tempat pembuatannya,” katanya kepada wartawan.

“Saat ini, agensi kami, angkatan bersenjata kami belum menetapkan bahwa senjata kimia, sebagaimana tercantum dalam perjanjian, telah digunakan terhadap warga sipil,” lanjutnya.

Pemerintah Suriah menepis keras tuduhan telah menggunakan senjata kimia, dan mengaku hanya menyerang kawanan teroris dan pemberontak. (reuters)

Suriah Ancam Israel Dengan “Kejutan Lagi”

Pemerintah Damaskus mengancam akan memberi Israel “kejutan lagi” jika Tel Aviv masih mencoba mengagresi Suriah.

“(Suriah) percaya penuh bahwa agresor akan sangat terkejut karena mengira perang ini , perang Suriah selama bertahun-tahun , telah membuatnya tidak mampu menghadapi serangan,” kata Wakil Menlu Suriah Faisal Mekdad, dalam sebuah konferensi pers di ibukota Damaskus, Selasa (13/2/2018).

“Insya Allah, mereka akan melihat kejutan lagi kapanpun mereka mencoba menyerang Suriah,” imbuhnya.

Dua hari sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pasukan Israel akan tetap melanjutkan operasi militernya di wilayah Suriah meskipun sistem pertahanan udara Suriah telah berhasil merontokkan jet tempur F-16 Israel yang melancarkan serangan ke Suriah.

Seperti diketahui, Sabtu lalu televisi pemerintah Suriah melansir pernyataan seorang pejabat militer anonim Suriah bahwa sistem pertahanan udara negara ini telah menembak jatuh setidaknya satu jet tempur tempur F-16 Israel yang menyerang sebuah pangkalan militer Suriah di bagian tengah negara ini.

Sebuah aliansi militer pro-pemerintah Suriah menegaskan bahwa mulai sekarang Israel akan menerima reaksi yang lebih sengit dan serius terhadap “terorisme” nya. (presstv)

Rusia Sebut AS Berusaha Menciptakan Negara Dalam Negara Di Suriah

Rusia menuding Amerika Serikat (AS) berusaha “menciptakan negara kuasi”  atau sebentuk negara dalam negara di Suriah melalui keberadaan milisi Kursi yang bernama Pasukan Demokrasi Suriah (SDF).

Menlu Rusia Sergei Lavrov menilai AS bermaksuk menempuh “langkah-langkah sepihak ” daripada mencoba “mencapai kesefahaman” di antara semua pihak di Suriah.

Lavrov menilai tujuan AS yang sebenarnya adalah memecah belah Suriah, dan tindakannya belakangan ini, termasuk pembentukan Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) yang beroperasi di bawah komando Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) telah menimbulkan banyak tanda tanya bagi Rusia.

“Kami curiga AS ingin tinggal di sana untuk waktu yang lama, jika tidak selamanya,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (13/2/2018).

Dia juga mengatakan, “AS, menurut saya, mencoba menempuh langkah-langkah sepihak yang berbahaya… Tindakan ini terlihat lebih dan lebih menyerupai bagian dari sebuah garis untuk menciptakan keadaan kuasi tertentu di sebagian besar wilayah Suriah di sisi timur sungai Furat hingga perbatasan Irak.”  (rt)