Rangkuman Berita Timteng Kamis 8 Maret 2018

rudal iranJakarta, ICMES: Komandan Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa produksi rudal Iran meningkat tiga kali lipat.

Pasukan Suriah berhasil menguasai lebih dari 50% wilayah Ghouta Timur dan telah mencapai di distrik Masraba, Dira, dan kantor administrasi kendaraan.

Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah mengumumkan situasi darurat pada barisannya guna mengantisipasi agresi militer Rezim Zionis Israel terhadap Lebanon.

Selengkapnya:

Iran Nyatakan Volume Produksi Rudalnya Meningkat Tiga Kali Lipat

Komandan Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa produksi rudal Iran meningkat tiga kali lipat.

Dalam kata sambutannya pada acara Festival Prajurit di Teheran, Rabu (7/3/2018), Hajizadeh menyatakan bahwa pengembangan industri pertahanan di negara ini sekarang semakin termotivasi meskipun barisan musuhnya yang terdiri atas kaum arogan dan imperialis dunia menentangnya dan melakukan berbagai konspirasi untuk merongrong Iran.

“Pemerintah, parlemen, dan semuanya kompak terkait dengan sistem pertahanan, terutama rudal balistik,” katanya.

Dia melanjutkan, “Dulu kita memberikan memberikan penjelasan kepada berbagai lembaga mengenai langkah-langkah  kita, tapi sekarang situasinya berbeda, dan produksi rudal kita sekarang meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya.”

Dia mengingatkan masyarakat Iran untuk tidak menggubris komentar media musuh mengenai rudal Iran, karena media itu memang memusuhi bangsa Iran sehingga kerap menebar kabar hoax, termasuk bahwa gempa yang melanda sebuah kawasan di Iran adalah akibat ujicoba rudal IRGC.

Dia mengecam undang-undang yang berlaku di dunia dan menyebutnya lebih buruk daripada hukum rimba.

“Hukum rimba stabil, sedangkan hukum internasional ditulis dengan tangan AS, Inggris, Perancis, Zionis dan para arogan lainnya serta dapat berubah kapan saja mereka mau,” ujarnya.

Mengenai AS dia mengatakan bahwa presiden Negeri Paman Sam ini, Donald Trump, bahkan tidak menghargai hukum negaranya sendiri.

Dia juga mengatakan, “AS terus mengembangkan senjata nuklirnya dengan dalih membela kepentingannya, sedangkan Iran tidak boleh memiliki rudal.”

Pernyataan Komandan Angkatan Udara IRGC ini dimuat oleh beberapa laman media Israel, termasuk Haaretz, Times of Israel, dan Jerussalem Post. (mm/alalam)

Ghouta Timur Jadi Dua Bagian, Tentara Suriah Kuasai 50% Lebih

Sumber terpercaya di Ghouta Timur menyatakan bahwa pasukan Suriah berhasil menguasai lebih dari 50% wilayah Ghouta Timur dan telah mencapai di distrik Masraba, Dira, dan kantor administrasi kendaraan.

Sumber itu, Rabu (7/3/2018), mengatakan, “Rekan-rekan di Ghouta telah menjual wilayah ini.” Dia juga memastikan adanya kesepakatan kelompok Jaish al-Islam untuk pergi meninggalkan kawasan ini menuju Daraa, sedangkan kelompok Failaq al-Rahman menuju wilayah operasi militer Turki “Perisai Furat”.

Pasukan pemerintah Suriah bergerak maju ke distrik Beit Siwa dan area pertaniannya serta  kawasan al-Ashari dan area pertaniannya, dan berhasi membelah Ghouta Timur menjadi dua bagian; satu bagian berada di utara yang mencakup Douma, Harasta, dan area pertanian al-Reihan, dan satu lainnya berada di selatan yang mencakup Hamuriah, Arbin, Kfar Batna, dan Zamalka.

Tentara Suriah sejauh ini telah menguasai 52% kawasan Ghouta Timur yang semula dikuasai oleh kubu oposisi dan teroris sejak negara ini dilanda perang.

Sumber yang dekat dengan pemerintah Suriah sebelumnya di hari yang sama menyatakan bahwa tentara Suriah dan pasukan sekutunya telah melakukan penguatan pasukan dalam jumlah besar selama 48 jam terakhir.

“Sebanyak 6500 pasukan pemerintah dan sekutunya telah mencapai Ghouta dalam dua hari lalu untuk memperkuat front-front Ghouta anti pasukan oposisi,” katanya.

Dia juga menyebutkan bahwa pasukan Suriah mengerahkan lebih dari 30,000 personilnya ke berbagai front dan sebagian besar di antaranya bergerak ke bagian selatan dan barat laut Ghouta Timur.

Pasukan Suriah berhasil meraih kemajuan besar hingga mencapai pinggiran kota Douma yang menjadi markas kelompok Jaish al-Islam dan membebaskan sejumlah kawasan strategis di beberapa front, sementara penduduk di sejumlah distrik telah mengibarkan bendera resmi Suriah serta menyatakan dukungan mereka kepada pemerintah dan meminta para pemberontak dan teroris keluar dari Ghouta Timur.

Ghouta Timur di pinggiran kota Damaskus dihuni sekitar 400.000 penduduk.Dalam beberapa minggu terakhir kawasan yang dikepung oleh pasukan Suriah itu dilanda pertempuran mereka melawan pemberontak dan teroris takfiri yang kerap meluncurkan serangan mortir ke ibu kota Suriah.

Suriah dilanda gejolak pemberontakan dan terorisme yang didukung asing sejak Maret 2011. Pemerintah Suriah memastikan para pemberontak dan teroris itu didukung Israel dan sekutunya di Barat dan Timteng untuk menghancurkan Suriah yang bersekutu dengan Iran dan pantang menyerah kepada Israel. (rayalyoum/alalam)

Hizbullah Terapkan Status Darurat Untuk Mengantisipasi Serangan Israel

Sumber terpercaya dari Poros Resistensi (Jabhat Muqawamah) menyatakan bahwa kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah mengumumkan situasi darurat pada barisannya guna mengantisipasi agresi militer Rezim Zionis Israel terhadap Lebanon.

Sumber itu menyebutkan bahwa siaga maksimal diterapkan setelah ada informasi intelijen bahwa tentara Israel melakukan latihan perang terselubung bersamaan dengan latihan perang resmi mereka sekarang bersama pasukan Amerika Serikat (AS) di wilayah Palestina pendudukan dan Laut Tengah.

Menurut sumber itu, militer AS memberi lampu hijau kepada militer Israel untuk melancarkan serangan terhadap Hizbullah di Lebanon, namun Israel tampak masih keberatan melancarkan serangan karena resikonya akan tinggi dan fatal.

Dia menyinggung bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meyakinkan AS mengenai perlunya serangan cepat pasukan Israel ke satu titik di Lebanon, tapi serangan ini berpotensi menyulut perang besar di kawasan karena reaksi Hizbullah akan menghebat.

Di sisi lain, sumber itu tidak menilai tidak tertutup kemungkinan akan terjadinya gelombang aksi pembunuhan “tersendiri” di Lebanon menjelang pemilu parlemen dengan sasaran para tokoh Kubu 14 Maret dan lawannya, Kubu 8 Maret, dan jika ini terjadi maka akan timbul fitnah, ketegangan, dan instabilitas yang praktis berdampak negatif pada pemilu parlemen dan keamanan negara ini secara umum.

Pemilu parlemen Lebanon akan diselenggarakan pada Mei mendatang, dan bisa menjadi peristiwa krusial dalam sejarah modern negara ini, dan sekarang semua kekuatan politik Lebanon mulai termobilisasi penuh secara politik dan propaganda dalam rangka ini. (mm/rayalyoum)