Rangkuman Berita Timteng Kamis 7 Juni 2018

suriah bashar al-assadJakarta, ICMES: Jubir Kemlu Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya prihatin atas adanya laporan mengenai kemungkinan akan terjadinya pertemuan Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan Presiden Korut Kim Jong-Un.

Unjuk rasa protes terhadap pemerintah Yordania yang digelar setiap malam sejak Rabu pekan lalu masih berlanjut , sementara mantan Perdana Menteri Qatar mengungkapkan dugaannya bahwa gelombang protes itu terkait dengan tekanan terhadap Yordania agar menerima prakarsa damai Amerika Serikat (AS) untuk penyelesaian krisis Palestina-Israel.

Satu pemuda Palestina gugur diterjang peluru pasukan Zionis Israel di distrik Nabi Salih di barat kota Ramallah, Tepi Barat, dalam kontak senjata dengan pasukan Israel.

Kemlu Amerika Serikat (AS) kembali mengingatkan Iran agar menghentikan secara penuh aktivitas nuklirnya, setelah Iran mengumumkan rencananya untuk menambah kemampuan pengayaan uranium.

Berita selengkapnya;

Assad Akan Ke Korut, AS Terusik

Jubir Kemlu Amerika Serikat (AS) menyatakan pihaknya prihatin atas adanya laporan mengenai kemungkinan akan terjadinya pertemuan Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan Presiden Korut Kim Jong-Un.

“Saya kira ini tidak akan membantu, tapi kita tak dapat memastikan bahwa pertemuan ini akan benar terjadi. Saya kira kita akan prihatin. Jika orang semisal Bashar Assad bertemu dengan pemimpin Korut maka ini tentu membuat kita prihatin,” ungkapnya, seperti dilansir Novosti milik Rusia, Rabu (6/6/2018).

Surat kabar Rodong Sinmun milik Korut Minggu lalu mengutip pernyataan Assad yang disampaikan pada 30 Mei lalu bahwa dia ingin berkunjung ke Korut dan mengadakan pembicaraan dengan Kim Jong-Un. Pernyataan itu disampaikan Assad ketika menerima mandat dari Mun Jong-nam, Dubes baru Korut untuk Suriah.

Suriah adalah satu diantara sedikit negara yang mempertahankan hubungan diplomatik dengan Korut selama beberapa dekade terakhir. Kedua negara menjalin hubungan resmi sejak tahun 1966.

Korut mengirim ratusan pasukan ke Suriah untuk membantu dalam melawan Israel dalam perang Arab-Israel tahun 1973. Dan belakangan ini AS menuduh Korut mendukung program senjata kimia Suriah. (alalam/dailyintelligencer)

Unjuk Rasa Berlanjut Di Yordania, Mantan PM Qatar Menduga Adanya Permainan AS

Unjuk rasa protes terhadap pemerintah Yordania yang digelar setiap malam sejak Rabu pekan lalu masih berlanjut di Amman, ibu kota negara ini, dan berbagai kota besar lainnya pada Selasa malam (5/6/2018), meskipun Hani al-Mulki sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri.

Belum lama ini mantan Perdana Menteri Qatar mengungkapkan dugaannya bahwa gelombang protes itu terkait dengan tekanan terhadap Yordania agar menerima prakarsa damai Amerika Serikat (AS) untuk penyelesaian krisis Palestina-Israel.

Aksi protes terhadap rancangan undang-undang (RUU) pajak itu masih berlanjut meskipun raja negara ini, Abdullah II, sudah menyerukan dialog dan revinsi secara menyeluruh atas RUU ini.

AFP melaporkan bahwa sekira 1300 orang berkonsentrasi di kawasan al-Shimsani di pusat kota Amman sejauh beberapa ratus meter dari Kantor Perdana Menteri mulai Selasa malam sampai dini hari Rabu (6/6/2018), pukul 02.30 waktu setempat di tengah penerapan sistem keamanan ekstra ketat.

Massa pengunjuk rasa terdiri atas berbagai kalangan profesional, termasuk pengacara, apoteker, perawat, aktivis muda, serta anak-anak kecil dan lansia.

“Sampai sekarang persoalannya belum jelas, karena itu kami turun ke jalan,” ungkap salah seorang pengunjuk rasa yang berprofesi sebagai pengacara.

Dia menambahkan bahwa protes ini bukan hanya untuk pergantian menteri, melainkan juga untuk sesuatu yang lebih besar berupa revisi RUU pajak.

Mantan Perdana Menteri Qatar Hamad bin Jasim al-Thani mengatakan bahwa “negara-negara dekat” bisa jadi berada di balik gelombang aksi di Yordania untuk menekan negara ini agar menerima prakarsa damai Palestina-Israel yang diajukan Amerika Serikat (AS) dengan nama Deal of The Century.

Hal ini dia ungkapkan di halaman Twitternya, Senin lalu, dengan menuliskan, “Saya berharap apa yang terjadi di Yordania bukanlah rencana negara-negara dekat untuk menekan negara aman ini agar menerima Deal of The Century.”

Dia menambahkan, “Saya berharap bangsa Yordania melihat kerusakan di sekitarnya, percaya kepada raja, menegurnya sebagai sesepuh keluarga Yordania tapi harus menjaga entitas ini di tengah samudera yang bergelora ini.”

Deal of The Century diajukan oleh Presiden AS Donald Trump untuk menyelesaikan krisis Palestina-Israel tapi sembari menekan Palestina agar menanggalkan haknya, termasuk kedaulatannya atas kota Al-Quds (Yerussalem). (rayalyoum/alalam)

Kontak Senjata Dengan Pasukan Zionis, Satu Pemuda Palestina Gugur

Satu pemuda Palestina gugur diterjang peluru pasukan Zionis Israel di distrik Nabi Salih di barat kota Ramallah, Tepi Barat, dalam kontak senjata dengan pasukan Israel. Demikian dilaporkan al-Alam milik Iran, Rabu (6/6/2018), tanpa keterangan lebih lanjut tentang ini.

Al-Alam kemudian memberitakan bahwa pasukan Zionis pada Rabu malam telah menangkap 13 warga Palestina yang beberapa di antaranya adalah tahanan yang sudah dibebaskan. Penangkapan dilakukan setelah pasukan Zionis menggerebek rumah-rumah mereka dan melakukan pemeriksaan di berbagai wilayah Tepi Barat dan kota al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem).

Pasukan Israel dalam statemennya menyatakan telah menangkap tujuh warga Palestina dengan dalih bahwa mereka adalah buronan karena diduga melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangkitkan gerakan perlawanan rakyat Palestina, dan mereka sedang diperiksa.

Pasukan Israel antara lain menggerebek rumah Fathi Qarawi, anggota parlemen Palestina, di kamp pengungsi Nur Shams di timur kota Tul Karam, kemudian meringkusnya putranya, Hamzah, yang merupakan tahanan yang telah dibebaskan. Hamzah digelandang pasukan Zionis ke tempat tersembunyi.

Sementara itu, bentrokan warga Palestina dengan pasukan Zionis terjadi di daerah Beit Rima hingga menyebabkan satu pemuda Palestina luka terkena tembakan peluru berlapis karet. (alalam)

AS Minta Iran Hentikan Pengayaan Uranium Dan Tak Berusaha Mengolah Plutonium

Kemlu Amerika Serikat (AS) kembali mengingatkan Iran agar menghentikan secara penuh aktivitas nuklirnya, setelah Iran mengumumkan rencananya untuk menambah kemampuan pengayaan uranium.

Jubir Kemlu AS Heather Nauert, Selasa (5/6/2018), mengatakan bahwa Menlu AS Mike Pompeo sudah memberikan pernyatan yang jelas mengenai Iran segera setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan keluarnya AS dari perjanjian nuklir Iran, yaitu bahwa “Iran harus menghentikan pengayaan uranium dan sama sekali tak berusaha mengelola plutonium.”

“Iran jangan sampai dapat membuat senjata nuklir,” imbuh Nauert.

Di pihak lain wakil Iran di Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di Wina, Swiss, pada hari yang sama memastikan pihaknya sedangkan melakukan “persiapan” tersendiri untuk memulai lagi program nuklirnya jika perjanjian nuklir buyar.

“Teheran memulai tindakan-tindakan persiapan jika perjanjian nuklir jatuh, sehingga Iran dapat memulai aktivitas nuklirnya tanpa ketentuan yang terkait dengan perjanjian itu,” ujarnya.

Di sela pertemuan Dewan Gubernur IAEA di Wina dia juga mengatakan bahwa negaranya telah memberitahu lembaga ini tekadnya untuk memulai lagi produksi gas heksafluorida uranium yang digunakan untuk pengayaan uranium.

Sebelumnya, Kepala Badan Tenaga Atom Iran Ali Akbar Salehi mengatakan bahwa Pemimpin Besar Iran Grand Ayatullah Sayyid Ali Khameneni telah mengeluarkan instruksi kepada badan ini untuk mempercepat aktivitas nuklirnya dalam kerangka perjanjian nuklir Iran (The Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).

“Badan Tenaga Atom Iran berusaha mencapai dua tujuan, yaitu memroduksi listrik dan bahan bakar nuklir… Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan bahwa kami harus memulai infrastruktur untuk membuat 190,000 unit, dan jika kami menghendaki maka akan memroduksi alat sentrifugal baru,” katanya dalam jumpa pers di Teheran, Selasa (5/6/2018).

Penambahan sentrifugal ini adalah untuk menambah kapasitas Iran dalam pengayaan uranium dan pada gilirannya menjadi tekanan terhadap Eropa terkait dengan klaim kekuatiran terhadap ambisi Iran membuat senjata nuklir.  (rayalyoum/alalam)