Jakarta, ICMES: Abdel Fattah el-Sisi telah memenangi pemilu Mesir dan terpilih lagi sebagai presiden Negeri Piramida ini dengan perolehan suara 92 persen.
Jubir Kemlu Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa operasi militer di Ghouta Timur, provinsi Damaskus, tak lama lagi akan berakhir.
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengecam Amerika Serikat (AS) dan menyebutnya terlibat dalam bencana kemanusiaan terbesar di dunia yang terjadi di Yaman.
Selengkapnya:
El-Sisi Terpilih Lagi Sebagai Presiden Mesir
Abdel Fattah el-Sisi telah memenangi pemilu Mesir dan terpilih lagi sebagai presiden Negeri Piramida ini dengan perolehan suara 92 persen. Demikian menurut hasil awal yang dilaporkan oleh sejumlah media pemerintah.
Kantor berita resmi Mesir, MENA, serta surat kabar milik negara al-Ahram dan Akhbar el-Youm, Kamis (29/3/2018), melaporkan bahwa 23 juta atau 40 persen dari 60 juta warga yang terdaftar sebagai pemilih telah memberikan suara selama tiga hari pemungutan suara yang berakhir pada Rabu lalu.
Menurut al-Ahram, Mousa Mostafa Mousa, satu-satunya kandidat lain yang tak banyak dikenal orang dan baru menjadi pesaing el-Sisi selang beberapa jam menjelang tenggat waktu pencalonan hanya mengantongi 721.000 suara.
Mousa sendiri sebelumnya mendukung Sisi untuk masa jabatan kedua, dan partainyapun, Ghad, juga mendukung kepresidenan Sisi hanya 10 hari menjelang pencalonan Mousa.
Namun Mousa membantah tuduhan bahwa pencalonannya semata-mata hanya untuk menampilkan sandiwara persaingan.
Dua juta suara lain dinyatakan tidak sah, karena oleh penggunanya ditulisi nama-nama kandidat yang tidak disetujui.
Sisi meraih 96,0 persen suara dalam pemilihan pertamanya pada tahun 2014, setahun setelah presiden Mohamed Morsi dari kelompok Ikhwanul Muslimin dikudeta oleh pihak militer.
Pemerintah kuatir jumlah pemilih akan rendah, dan terdapat laporan mengenai adanya politik uang atau pembagian kebutuhan pokok untuk meringankan kekuatiran tersebut. (aljazeera)
Rusia Pastikan Riwayat Teroris Di Ghouta Hampir Tamat
Jubir Kemlu Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa operasi militer di Ghouta Timur, provinsi Damaskus, tak lama lagi akan berakhir, sementara Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya tampak memperkuat posisi-posisinya di Suriah.
Zakharova menjelaskan bahwa kawanan teroris di Ghouta Timur sekarang hanya tersisa di kota Douma, sementara sebagian besar penduduk kota ini sudah berhasil keluar melalui jalur kemanusiaan.
Dia kemudian menyindir PBB dengan mengatakan bahwa Rusia berharap lembaga-lembaga yang bernaung di bawah organisasi terbesar di dunia ini tetap memberikan bantuan kepada penduduk Ghouta Timur setelah kawasan yang mencakup beberapa kota dan daerah ini berhasil dibebaskan dari pendudukan kawanan teroris.
“Kami berharap kepada lembaga-lembaga PBB yang telah bergegas membantu warga sipil di Ghouta Timur ketika kawasan ini dikuasai kawanan teroris tetap memberikan bantuan kemanusiaan dengan antusias yang sama pasca pembebasan kepada penduduk yang telah menjadi korban di kawasan pinggiran ibu kota Suriah ini,” sindirnya
Mengenai gerak-gerik AS, Zakharova menyayangkan tindakan AS memperkuat eksistensi militernya di Suriah dengan cara mengirim perlengkapan militer berat ke kawasan al-Tanaf di kawasan perbatasan tiga negara Suriah, Irak, dan Yordania. (rayalyoum)
Menlu Iran: AS Terlibat Dalam Bencana Kemanusiaan Di Yaman
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengecam Amerika Serikat (AS) dan menyebutnya terlibat dalam bencana kemanusiaan terbesar di dunia karena memberikan dukungan tanpa kendali kepada agresi Arab Saudi terhadap Yaman.
Melalui halaman Twitter resminya, Kamis (29/3/2018), Zarif menyatakan bahwa AS tampak masih belum puas meskipun selama ini telah berperan mengipasi api perang Yaman, termasuk dengan cara menyuplai Saudi dengan bom dan melayani pengisian bahan bakar jet tempur Saudi.
Zarif menambahkan bahwa AS mengakui keterlibatannya dalam mengelola serangan udara Saudi, dan dengan demikian AS terlibat dalam bencana kemanusiaan terbesar di dunia.
Pernyatan ini dikemukakan Menlu Iran dua hari setelah Menhan AS James Mattis mengatakan bahwa militer AS “melakukan perencanaan” serangan militer Saudi terhadap Yaman.
“Jadi ini adalah semacam manajemen medan perang yang sangat dinamis,” tambahnya.
Mattis mengakui keterlibatan AS dalam pengisian bahan bakar jet tempur Saudi di udara, dan berdalih bahwa pengisian bahan bakar ini dapat membantu menekan jumlah korban sipil di Yaman. (presstv)