Rangkuman Berita Timteng Sabtu 30 September 2017

stop perang yamanJakarta, ICMES: Mengenai referendum Kurdistan, ulama paling berpengaruh di Irak  Grand Ayatullah Sayyid Ali al-Sistani mengingatkan bahwa pemecah belahan Irak akan berdampak pada campurtangan regional dan global.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui pengiriman tim pencari fakta (TPF) kejahatan perang di Yaman.

Pasukan pemerintah Irak yang didukung oleh pasukan relawan al-Hashd al-Shaabi berhasil membebaskan dan merebut kembali belasan desa di sekitar Hawijah dari cengkraman ISIS setelah memulai tahap kedua operasi militer.

Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Hamid Reza Pourdastan menyatakan Amerika Serikat (AS) bisa memulai perang tapi tidak akan bisa menentukan kapan perang akan berakhir.

Berita selengkapnya;

PBB Setujui Pengiriman Tim Pencari Fakta Kejahatan Perang Yaman

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui pengiriman tim pencari fakta (TPF) kejahatan perang di Yaman, Jumat (29/9/2017). Bersamaan dengan ini militer Yaman menyatakan pihaknya dapat menggempur pulau-pulau yang disewa Israel di Eritrea.

Kantor berita Turki, Anatolia, melaporkan bahwa Dewan HAM PBB menyetujui usulan yang diajukan oleh Kanada dan Belanda untuk menambahkan para penyelidik internasional pada komisi pemerintah untuk penyeledikan kejahatan perang di Yaman.

Sebelumnya, Arab Saudi mengancam Kanada dan Inggris dengan mengingatkan bahwa pengajuan usulan tersebut akan berdampak negatif pada hubungan Saudi dengan dua negara tersebut.

Tak kurang dari 67 lembaga swadaya masyarakat (LSM) regional, internasional, dan lokal Yaman sendiri mendesak Dewan HAM PBB melakukan penyelidikan independen mengenai pelanggaran HAM dan hukum humaniter di Yaman, dan usulan untuk ini kemudian diajukan oleh Kanada, Belanda, dan Cina.

Sementara itu, wakil juru bicara militer Yaman, Kolonel Aziz Rashid, menyatakan Angkatan Laut Yaman dapat merudal Pulau Dahlak dan Pulau Fatimah yang disewa Israel sebagai pangkalan militer di negara Eritrea.

Dia menjelaskan bahwa dua pangkalan Israel itu bisa menjadi sasaran rudal Yaman karena Israel terlibat dalam agresi militer Saudi dan sekutunya terhadap Yaman.

Rashid mengutip pernyataan Pemimpin Ansarullah Abdel Malik Badreddin al-Houthi bahwa Yaman memroduksi rudal yang dapat menjangkau pelabuhan-pelabuhan Saudi dan menjangkau kawasan pantai Afrika di Laut Merah.

Dia menambahkan bahwa rudal-rudal Yaman di masa masa mendatang “akan dekat dengan pelabuhan-pelabuhan yang terletak di wilayah pendudukan Palestina.” (fna/rayalyoum)

Ulama Paling Berpengaruh Di Irak Rilis Pernyataan Soal Kurdistan

Ulama paling berpengaruh di Irak  Grand Ayatullah Sayyid Ali al-Sistani mengingatkan bahwa pemecah belahan Irak akan berdampak pada campurtangan regional dan global. Karena itu dia menyerukan kepada semua pihak di Irak agar konsisten kepada konstitusi yang berlaku di Negeri 1001 Malam ini dalam menyelesaikan segala persoalan.

Ahmad al-Shafi, orang kepercayaan Sayyid Ali al-Sistani dalam khutbah Jumat (29/9/2017) di depan ribuan jemaah di area makam Imam Husian ra, cucunda Nabi Muhammad SAW, di Karbala, Irak, menyatakan, “Kami menyerukan kepada semua pihak agar konsisten sepenuhnya kepada konstitusi Irak, dan melimpahkan perkara yang sulit kepada mahmakah tinggi federal sesuai konstitusi.”

Dia menambahkan, “Kami mengingatkan bahwa menempuh segala tindakan menuju disintegrasi dan memandangnya sebagai sesuatu yang realistis akan menimbulkan akibat-akibat yang tak terpuji, mengusik kehidupan Kurdi, dan bahkan menyebabkan bahaya yang lebih parah serta membuka kesempatan bagi intervensi regional dan internasional terhadap urusan Irak.”

Dia kemudian menegaskan bahwa otoritas tinggi keagamaan di Irak senantiasa menegaskan keharusan memelihara kesatuan wilayah dan bangsa Irak, dan sedapat mungkin akan berusaha mencampakkan sektarianisme dan rasisme dan mewujudkan persamaan dan keseteraan antarsesama warga Irak dengan semua entitas dan golongannya.

“Setelah melewati ujian ISIS, Irak sekarang menghadapi ujian baru yang menginginkan pemecahan Irak, dan pemutusan wilayah utaranya dengan pendirian negara merdeka,” lanjut al-Shafi.

Seperti diketahui, 25 September lalu telah berlangsung referendum disintegrasi wilayah Kurdistan dari Irak meskipun mendapat kecaman keras dari berbagai pihak di dalam dan luar negeri Irak. Berbagai pihak, termasuk Inggris, juga telah menyatakan menolak mengakui hasil referendum yang menyetujui disintegrasi Kurdistan ini. (rayalyoum)

Tahap Kedua Operasi Penumpasan ISIS Di Hawijah, Ratusan Teroris Tewas

Pasukan pemerintah Irak yang didukung oleh pasukan relawan al-Hashd al-Shaabi berhasil membebaskan dan merebut kembali belasan desa di sekitar Hawijah setelah memulai tahap kedua operasi militer penumpasan  kawanan teroris takfiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di provinsi Kirkuk utara yang kaya minyak.

Komandan operasi pembebasan Hawijah, Letnan Jenderal Abdul Amir Yarallah, Jumat (29/9/2017), mengatakan bahwa pasukan militer, pasukan Kepolisian Federal, Pasukan Kontra Terorisme, Pasukan Reaksi Cepat yang bernaung di bawah Kementerian Dalam Negeri, dan pasukan relawan al-Hashd al-Shaabi telah merebut kembali 11 desa, termasuk Gharib, al-Karnah, al-Hajamah, al-Shajarah dan Namilah.

Yarallah menyebutkan bahwa pasukan pemerintah dan sekutunya telah menyerbu wilayah al-Abbasi di barat daya Kirkuk, membebaskan komplek-komplek perumahan dan mengibarkan bendera nasional di atas sejumlah bangunan di sana.

Komandan senior militer Irak lain mengatakan bahwa tentara, polisi federal, pasukan reaksi cepat dan relawan Hashd al-Sha’abi telah membebaskan kota Rashad dan Ryadh serta daerah sekitarnya.

Dilaporkan bahwa pasukan Irak telah menghabisi 144 teroris, menghancurkan 45 bom mobil, 16 unit mesin tempur dan 13 posisi pertahanan ISIS, serta mengevakuasi 150 kepala keluarga pada tahap operasi ini.

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi telah mengumumkan dimulainya tahap kedua operasi pembebasan kawasan Hawijah dari cengkeraman ISIS, Jumat.

“Kami mengumumkan dimulainya fase kedua pembebasan Hawijah dan semua wilayah sekitarnya di sebelah barat Kirkuk, dan seperti yang dijanjikan, anak-anak negara kita akan terus berjuang membebaskan setiap inci tanah Irak dan menghancurkan gerombolan teroris Kelompok ISIS, ” tegas Abadi dalam sebuah pernyataan.

Tahap pertama operasi pembebasan Hawijah diluncurkan pada 21 September.

Operasi ini dilancarkan meskipun terjadi ketegangan antara pemerintah Baghdad dan wilayah semi-otonom Kurdistan setelah wilayah ini mengadakan referendum kontroversial untuk kemerdekaan Kurdistan dan daerah-daerah lain yang disengketakan, termasuk Kirkuk. (presstv/alalam)

Jenderal Iran: AS Bisa Memulai Perang, Tapi Tak Akan Bisa Menghentikannya

Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Hamid Reza Pourdastan menyatakan Amerika Serikat (AS) bisa memulai perang tapi tidak akan bisa menentukan kapan perang akan berakhir.

Dalam pidato pada sebuah acara peringatan Tragedi Asyura, Jumat (29/9/2017), dia menjelaskan bahwa permusuhan AS terhadap Iran karena Iran memiliki dan menerapkan jargon-jargon baru semisal kemerdekaan, kebebasan, demokrasi religius, dan wilayatul fakih pasca kemenangan revolusi Islam Iran.

Menurut Pourdastan, AS merasa bahwa jargon-jargon ini tidak berkutat di dalam wilayah Iran semata, melainkan akan menyebar ke berbagai negara regional.

“Inilah faktor yang menyebabkan mereka (AS) menerapkan embargo ketat terhadap Iran sejak hari-hari pertama kemenangan revolusi Islam, dan membuat mereka melakukan aksi-aksi pembunuhan,” terangnya.  (alalam)