Rangkuman Berita Timteng Jumat 26 Oktober 2018

jamal khashoggi lilinJakarta, ICMES:  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa kasus pembantaian wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi di dalam konsulat negaranya di Istanbul, Turki, merupakan “Eksekusi di luar hukum (extra judicial)” yang dilakukan oleh pemerintah Saudi, dan karena itu PBB mendesak supaya dilakukan “penyelidikan internasional” atas kasus ini.

Arab Saudi telah menerima informasi dari Turki bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di konsulat Saudi di Istanbul, telah merencanakan kejahatan itu sebelumnya.

Koran Haaretz memublikasi foto-foto sistem pertahanan udara Suriah S-300 yang didapat dari Rusia belum lama ini.

Sedikitnya 21 warga sipil tewas terkena serangan udara pasukan koalisi Arab Saudi-Uni Emirat Arab terhadap sekelompok warga petani di pasar al-Khidar, provinsi Hudaydah, di bagian barat Yaman.

Berita selengkapnya:

PBB: Kasus Khashoggi, Eksekusi Di Luar Hukum Oleh Pemerintah Saudi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa kasus pembantaian wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi di dalam konsulat negaranya di Istanbul, Turki, merupakan “Eksekusi di luar hukum (extra judicial)” yang dilakukan oleh pemerintah Saudi, dan karena itu PBB mendesak supaya dilakukan “penyelidikan internasional” atas kasus ini.

“Apa yang kami tahu cukup untuk menunjukkan dengan sangat kuat bahwa Tuan Khashoggi adalah korban eksekusi di luar hukum,” ungkap Agnes Callamard, pelapor khusus PBB tentang eksekusi di luar hukum dan tindak sewenang-wenang.

Khashoggi yang kritis terhadap Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), hilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Setelah sekian minggu menyangkal, pada 20 Oktober lalu pemerintah Saudi akhirnya mengkonfirmasi kematian Khashoggi, namun sembari mengklaim kematian itu terjadi karena perkelahian. Klaim ini justru memicu kecaman dan kemarahan khalayak dunia sehingga menjadi krisis bagi negara eksportir minyak terbesar di dunia ini.

“Pertama, kami tahu bahwa pembunuhan dilakukan di konsulat, yang mewakili negara Arab Saudi. Kedua, orang-orang yang hadir pada saat penghilangan dan dugaan pembunuhan adalah perwakilan negara. Selanjutnya, selama beberapa hari terakhir setidaknya, otoritas Saudi telah mengakui individu pada tingkat tertinggi dari struktur otoritas yang terlibat dalam penghilangan dan pembunuhan,” papar Callamard

“Semua elemen ini menunjukkan bahwa hilangnya dan sekarang pembunuhan Jamal Khashoggi mengandung ciri eksekusi di luar hukum,” lanjutnya.

Dia menambahkan, “Sekarang akan sampai pada penyelidikan yang menyeluruh dan tidak memihak untuk menentukan sejauh mana hal ini berjalan dan siapa pembuat keputusan tertinggi.” (mm/aljazeera)

Jaksa Umum Saudi: Turki Laporkan Pembunuhan Khashoggi Terencana

Arab Saudi telah menerima informasi dari Turki bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di konsulat Saudi di Istanbul, telah merencanakan kejahatan itu sebelumnya.

“Informasi yang diperoleh dari Turki menunjukkan bahwa tersangka dalam kasus itu merencanakan tindakan itu sebelumnya,” ungkap Jaksa Agung Saudi Saud al-Mujeb, sebagaimana dikutip kantor berita Saudi, SPA, Kamis (25/10/2018).

Menurut al-Mujeb, kejaksaan Saudi melanjutkan penyelidikan atas kasus pembunuhan Kashoggi pada 2 Oktober lalu itu, mengingat adanya informasi yang diterima dari Turki tersebut.

Khashoggi terakhir terlihat pada 2 Oktober ketika ia memasuki Konsulat Saudi di Istanbul.

Setelah beberapa hari menyangkal mengetahui keberadaan Khashoggi, para pejabat Saudi pekan lalu mengakui bahwa wartawan telah tewas di dalam Konsulat.

Putra  Mahkota Saudi Mohamad bin Salman, Kamis, memimpin pertemuan komite yang baru dibentuk yang bertugas merestrukturisasi aparat intelijen Saudi.

Raja Saudi Salman telah memecat wakil kepala badan intelijen Saudi serta memerintahkan penangkapan 18 tersangka. Tindakan ini dilakukan ketika para pemimpin dunia terus mendesak otoritas Saudi agar bersikap transparan mengenai seluk beluk kasus ini. (anadolu)

Rilis Foto S-300 Suriah, Israel Mengklaimnya Belum Aktif

Koran Haaretz memublikasi foto-foto sistem pertahanan udara Suriah S-300 yang didapat dari Rusia belum lama ini.

Surat kabar Israel ini, Rabu (24/10/2018), menyebutkan bahwa satelit-satelit negara Zionis ini telah melakukan pencitraan dengan hasil yang memperlihatkan empat mesin peluncur rudal di dekat Misyaf di bagian barat provinsi Hama, Suriah.

Haaretz mengklaim mesin-mesin itu belum beroperasi akibat tidak adanya beberapa komponen, dan di kawasan itu terdapat sejumlah tempat yang dijadikan oleh kelompok pejuang Hizbullah Lebanon untuk produksi senjata serta jaringan industri keamanan Suriah sendiri.

Koran ini memperkirakan bahwa pelatihan tentara Suriah yang berkonsentrasi di lokasi-lokasi penempatan sistem tersebut masih akan memakan waktu.

Pada 2 Oktober lalu Rusia mengaku telah menuntaskan penyerahan sistem S-300 kepada pemerintah Suriah.  Dalam jumpa pers yang diadakan oleh jubir Presiden Rusia Dmitry Peskov Menteri Pertahanan Sergei Shoygu mengaku telah memberitahu Presiden Putih bahwa pihaknya telah menyerahkan sistem itu kepada Suriah.

Peskov sendiri mengatakan bahwa tentara Rusia sudah mulai melatih para ahli di angkatan bersenjata Suriah untuk penggunaan sistem itu, dan pelatihan ini akan selesai dalam jangka waktu tiga bulan.

Serangan Israel ke wilayah Suriah terhenti sejak Rusia mengumumkan penyerahan sistem S-300 kepada Suriah. Namun Israel mengaku masih akan melancarkan serangan dengan berbagai teknik militer yang dapat mengatasi sistem S-300, termasuk dengan mengoperasikan jet tempur F-35. (raialyoum)

Serangan Jet Tempur Saudi Tewaskan 21 Warga Sipil Di Hudaydah

Sedikitnya 21 warga sipil tewas terkena serangan udara pasukan koalisi Arab Saudi-Uni Emirat Arab terhadap sekelompok warga petani di pasar al-Khidar, provinsi Hudaydah, di bagian barat Yaman.

Serangan udara itu menimpa tempat pencucian sayur para petani distrik Bait al-Faqif, Hudaydah. Apa yang dilakukan warga di tempat itu tak lain adalah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun pasukan koalisi menyerang secara membabi buta tanpa pandang bulu, sebagaimana sudah sering mereka lakukan di Yaman.

Tragedi yang menewaskan puluhan warga sipil ini terjadi beberapa jam setelah kejahatan lain yang menewaskan tiga warga sipil, satu di antaranya anak kecil, dan melukai enam orang lainnya di kawasan “7 Juli” di provinsi yang sama.

Peristiwa ini menambah daftar panjang kejahatan pasukan koalisi itu di provinsi Hudaydah maupun di provinsi lain selama mereka menginvasi Yaman dengan dukungan Amerika Serikat sejak empat tahun silam di tengah kebungkaman khalayak internasional. (alalam)